HIV/AIDS,CNN DAN ABC

Meskipun penyebaran HIV sekarang juga terjadi melalui penyalahgunaan narkotika (injection drug users) dan kehamilan ibu pengidap virus, perilaku seks menyimpang tetap menjadi faktor penyebab yang berpengaruh sangat besar. Karena itu, salah satu metode yang direkomendasi untuk mencegah penularan HIV-AIDS adalah pendekatan “CNN”. Ini bukan nama sebuah stasiun televisi di AS, namun singkatan dari: (C)ondom use, for those who engage in risky behavior (penggunaan kondom bagi mereka yang berperilaku seks penuh risiko); (N)eedles, use clean ones (jarum, gunakan yang bersih/steril); (N)egotiating skills, negotiating safer sex with a partner and empowering women to make smart choice (ketrampilan bernegosiasi kepada teman kencan untuk melakukan hubungan seks yang aman, dan menguatkan peran wanita untuk secara cerdas memilih jenis hubungan seks yang aman).

Secara teknis, efektif. Namun, pendekatan “CNN” cenderung bertolak dari asumsi bahwa manusia-manusia sekarang ini sudah tidak dapat lagi hidup tanpa seks bebas. Semua orang maniak seks. Jadi, cara untuk mengatasi supaya tidak tertular HIV-AIDS adalah mengamankan setiap aktivitas seksual dari risiko tersebut. Dengan kata lain, seks bebas silakan saja, asal pakai kondom! Pendekatan ini juga cenderung mengasumsikan wanita-wanita masa kini adalah penikmat-penikmat seks, bukannya korban-korban libido dan kekerasan seks kaum pria. Kaum wanita bahkan mau melayani nafsu seks kaum pria dengan menuruti selera laki-laki, misalnya oral seks. Melalui pendekatan ini, para wanita didorong untuk menjadi smart dalam memilih jenis hubungan seks yang aman bagi dirinya. Dengan kata lain, wanita dipersilakan menikmati seks bebas, yang penting smart. Artinya, pendekatan “CNN” tidak menyentuh masalah perbaikan moral umat manusia. Pendekatan ini justru menunjukkan jalan aman bagi orang-orang yang hendak melakukan seks bebas. Bagi anak-anak muda yang suka eksperimen, barangkali justru menambah kegairahan untuk semakin melakukan percobaan. Demikian juga petunjuk praktis tentang penggunaan jarum suntik yang steril. Peringatan itu tidak membuat para pecandu narkotika bertobat, malahan semakin giat, sebab telah mengetahui cara-cara aman supaya tidak tertular virus HIV-AIDS.

Pendekatan “ABC” Pendekatan lain yang menurut penulis lebih bersifat kultural-religius dan berorientasi pada pembaruan peradaban adalah pendekatan “ABC” yang kini direkomendasi oleh pemerintah AS. Ini bukan nama merk baterai terkenal, tetapi singkatan dari: (A)bstinence or delay of sexual activity, especially for youth (menahan nafsu hubungan seksual, terutama untuk anak muda); (B)eing faithful, especially for those in committed relationships (setia pada pasangan, terutama bagi mereka yang sudah berada pada suatu hubungan); (C)ondom use, for those who engage in risky behavior (penggunaan kondom, untuk orang yang perilaku seksualnya berisiko).

Penggunaan kondom tetap disarankan bagi mereka yang memang tidak bisa menahan diri. Artinya, pendekatan ini realistis, mengingat masalah seks merupakan kebutuhan yang bisa membuat orang menjadi ketagihan dan terikat padanya. Namun, ini bukan cara yang utama dan bukan pula menjadi alasan pembenar bagi perilaku amoral. Hal pertama yang harus ditumbuhkan adalah pengendalian diri, terutama bagi anak-anak muda. Hal pengekangan hawa nafsu berkaitan dengan kedewasaan mental dan kepribadian serta perilaku yang bermoral. Riset membuktikan bahwa semakin dini remaja berpacaran, semakin cepat mereka masuk dalam kegiatan intim seksual. Menurut penelitian Brent C Miller dan Terrence D Olsen di AS, 91 persen dari remaja yang mulai berpacaran pada usia 12 tahun melakukan hubungan seks pertama mereka pada akhir masa SMU. Tetapi, hanya 20 persen dari remaja yang mulai berpacaran pada usia 16 tahun melakukan hubungan seks pertama mereka pada akhir masa SMU.

Hal kedua yang harus dikembangkan adalah kesetiaan terhadap pasangan hidup, jangan berganti-ganti pasangan. Pendekatan ini mengarah pada penekanan prinsip komitmen kepada istri/suami dan prinsip menghormati lembaga perkawinan. Majalah Fortune (10 Agustus 1992) mencatat apa yang terjadi di AS setiap hari: 1.000 remaja di bawah umur menjadi ibu, 1.106 remaja wanita melakukan aborsi, dan 2.750 anak-anak melihat orangtua mereka bercerai. Betapa institusi keluarga tidak lagi dihargai sebagai sebuah persatuan pria-wanita yang diberkati oleh Sang Pencipta.

Pendekatan “ABC” yang berbasis pendidikan moral dan penegakan ajaran agama ini ternyata berhasil diterapkan di Uganda, mampu menurunkan epidemi AIDS sampai 15 persen. Antropolog Edward Green dari Harvard memuji keberhasilan Uganda dalam mengintensifkan peran agama, pendidikan, pelayanan konseling, dan kearifan-kearifan tradisional untuk menyelamatkan penduduknya dari epidemi AIDS.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *