Sekilas tentang Rangkang

“Sejak berdirinya kerajaan Peurelak di Aceh, penyelenggaraan pendidikan di Aceh berorientasi pada ajaran agama Islam. Pendidikan Islam bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan rasulNya, akhlak mulia, beridisiplin tinggi, bijaksana, dapat berdiri sendiri, bertanggung jawab, cerdas dan trampil, sehat jasmani, dan rohani, aktif dan kreatif, cermat dan teliti, sabar serta menyerah diri pada ketetapan Allah SWT. Begitulah tujuan pendidikan yang harus dicapai oleh perserta didik menuju ajaran Islam.” (AR Rum 51). p. 48.

1. Pendidikan Meunasah
Meunasah(red, tempat ibadah) terdapat di setiap Gampong (desa). Meunasah berfungsi ganda: satu, sebagai tempat ibadah, dua, sebagai tempat belajar, tiga, sebagai tempat musyawarah.
Watee meuruno( jadual belajar) :
Seupot (sore) : 7. 30. – 9.00am
Malam 20.00 – 22.00pm

Peserta didik terdiri dari Anak-anak yang berusia antara 7-14 tahun. Semua anak-anak berada dalam satu kampung belajar di Meunasah. Mereka diserahkan oleh orang tuanya masing-masing kepada guru mengaji/teungku dengan satu upacara khusus. Upacara itu sebagai tradisi masyarakat mengantarkan anak mengaji.

2. Pendidikan Rangkang
Pendidikan Rangkang dibangun pada setiap kemukiman. Biasanya pembangunan rangkang berdekatan dengan Mesjid. Gunanya untuk memudahkan peserta didik untuk shalat berjama’ah setiap waktu.
Pada zaman dahulu mesjid hanya terdapat pada setiap kemukiman. Jumlah rangkang di Aceh sama banyaknya dengan jumlah kemukiman pada waktu.
Peserta didik pada tingkat rangkang berasal dari anak-anak kampung yang telah menyelesaikan pelajarannya di Meunasah. Bagi mereka yang ingin melanjutklan pelajaran yang lebih tinggi mereka diantarkan oleh orang tuanya ketempat itu.
Karena pembangunan rangkang berjauhan dengan kampung, peserta didik kebanyakan memondok di kawasan rangkang.
Waktu belajar di rangkang biasanya pagi dan sore. Pada malamnya mereka belajar dengan teman-temannya di tempat pemondokan masing-masing. Cara belajar berkelompok sudah lama dipraktekkan di rangkang dengan bimbingan kawan sebaya (Tengku Sida).

3. Pendidikan Dayah
Pendidikan Dayah terdapat di setiap Negeri. Satu Negeri terdiri dari beberapa buah kemukiman. Kepala pemerintahan negeri disebut Ulee Balang. Pembangunan pendidikan dayah mungkin berdekatan dengan mesjid ada juga yang tidak. Apabila pembangunan pendidikan dayah tidak berdekatan dengan mesjid, dalam komplek dayah itu dibuat sebuah Aula tempat peserta didik shalat berjama’ah.
Peserta didik tingkat Dayah adalah mereka yang telah menyelesaikan pendidikan nya dirangkang. Pendidikan tingkat dayah diatur lebih rapi. Pada umumnya peserta didik memondok. Kegiatan belajar lebih banyak. Ada yang berlangsung pada waktu pagi, ada pula yang berlangsung pada waktu sore, dan ada pula yang berlangsung pada waktu malam hari. Belajar di dayah lebih mandiri. Latihan lebih banyak. Seperti latihan berpidato, latihan dakwah, latihan berbicara, dengan bahasa Arab dan lain-lain.
Latihan-latihan itu dilakukan supaya peserta didik lancar melakukan kegiatan-kegiatan dalam masyarakat. Pada waktu libur panjang bulan puasa dan pada bulan haji siswanya pulang kampung masuk kampung untuk mempraktekkan pengetahuannya.

4. Pendidikan Dayah Chik
Dayah Chik merupakan perguruan tinggi Islam zaman dulu. Setiap kerajaan Islam di Aceh memiliki dayah Chik tersebut. Kerajaan-kerajaan Islam tersebut:
1. Kerajaan Islam Peurelak
2. Kerajaan Islam Tamiang
3. Kerajaan Islam Dayah
4. Kerajaan Islam Banda Aceh Darussalam
Jumlah dayah tinggi sejak dari tahun 840-1903 (Masehi) lebih 50 buah di seluruh Aceh.

Dayah Chik Cot Kala ialah yang tertua Di Aceh berlokasi di Cot Kala, wilayah kerajaan Islam Peurelak
Pendiri: Teungku Muhammad Amin atau Teungku Chik Cot Kala
Teungku Chik Kala kemudian menjadi raja di kerajaan Islam Peurelak (Aceh Timur) Memerintah dari 922-964 Masehi bergelar Sultan Malik Muhammad Amin Syiah Johan.

Dayah Chik Tanoh Abee berlokasi di dekat Lampisang, Seulimeum (Aceh Rayeuk). Didirikan oleh Teungku Chik Tanoh Abee pada tahun 1870 Masehi. Terkenal dengan perpustakaannya yang terbesar.

Dayah Chik di Rundeng
Berlokasi di Rundeng, Singkil. Didirikan oleh Hamzah Fansuri, paman dari Teungku Syeh Abdul Rauf Syiah Kuala. sekitar tahun 1600 Masehi. Terkenal se Asia Tenggara.

Dayah Suro, Terletak di Suro, Simpang Kanan, Singkil. Didirikan oleh Ayahnda Tgk. Syeh Abdul Rauf pada abad 16.

Dayah Teungku Chik Di Anjong
Didirikan oleh Sayed Abubakar bin Husein Balfaqih tahun 1760 Masehi. Berlokasi di Peulanggahan, Banda Aceh, semasa Sultan Alaidin Muhammad Syiah tahun 1760-1791.

Dayah Teungku Chik Mesjid RAYA BAITURRAHMAN
Didirikan pada masa Sultan Iskandar Muda. Terdiri dari beberap Fakultas:
a. Darrut Tafsir Wal Hadis (Jurusan Tafsir dan Hadist)
b. Darrut Thab (Fakultas Kedokteran)
c. Darul Kimia (Fakultas Ilmu Kimia)
d. Darut Tarikh(Fakultas Ilmu Sejarah)
e. Darul Hisab (Fakultas Ilmu Pasti)
f. Darul Srayasah (Fakultas Ilmu Politik)
g. Darul Aqli (Fakultas Ilmu Akal)
h. Daruz Zira’ah (Fakultas Pertanian)
i. Darul Ahkam (Fakultas Hukum)
j. Darul Falsafah (Fakultas Ilmu Tauhid)
k. Darul Kalam (Fakultas Ilmu Bahasa dan Sastra)
l. Darul Qizarah (Fakultas Ilmu Pemerintahan)
m. Darul Khasanah Baitul Mal (Fakultas Ilmu Keuangan Negara)
n. Darul Ardli (Fakultas Ilmu Pertambangan)
o. Darul Nahwa (Fakultas Tata Bahasa)
p. Darul Mazahib (Fakultas Ilmu Perbandingan Agama)
q. Darul Harb (Fakultas Ilmu Peperangan)

Seluruh lembaga Pendidikan dari setingkat Meunasah hingga Dayah dibangun oleh masyarakat. Pada zaman Iskandar Muda, system administrasi dan organisasinya disempurnakan. (pp. 48-54)

Umumnya Meunasah dan Rangkang satu lokasi dengan Dayah beserta Mesjidnya. Staf Pengajarnya selain dari Ulama Ulama besar seperti Teungku Syeh Abdul Rauf Al Fanshuri, Teungku Syeh Nurdin Ar Raniri, Hamzah Al Fanshuri, Syamsuddin Al Sumatrani, termasuk juga guru-guru besar luar negeri seperti Turki, Arab, Persia, India, dll. ( Sumber : Nagor, Drs. H. T. M. Yunus, 1995).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *