Konsep Dasar Air Susu Ibu, Tehnik Menyusui dan Variabel Yang Berhubungan

1.Air Susu Ibu
1.1. Pengertian Air Susu Ibu
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya Sedangkan ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 4 (empat) bulan tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali sirup obat. ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal ( Siregar, 2004).
Secara alamiah, seorang ibu mampu menghasilkan Air Susu Ibu (ASI) segera setelah melahirkan. ASI diproduksi oleh alveoli yang merupakan bagian hulu dari pembuluh kecil air susu. ASI merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi karena mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat oleh manusia ataupun susu yang berasal dari hewan seperti susu sapi, susu kerbau, atau susu kambing. Pemberian ASI secara penuh sangat dianjurkan oleh ahli gizi diseluruh dunia. Tidak satupun susu buatan manusia (susu formula) dapat menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi, seperti yang diperoleh dari susu kolostrum (Kamalia, 2005).
Pernyataan tersebut didukung oleh Syahmien Moehji (2002) yang mengatakan bahwa ASI merupakan makanan yang mutlak untuk bayi yaitu pada usia 4-6 bulan pertama kehidupannya. ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi dengan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi. Jika dibandingkan dengan susu sapi, Air Susu Ibu (ASI) mempunyai kelebihan antara lain mampu mencegah penyakit infeksi, ASI mudah didapat dan tidak perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Melalui ASI dapat dibina kasih sayang, ketentraman jiwa bagi bayi yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan jiwa bayi. Dengan demikian ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi danmempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh susu sapi (Kamalia, 2005).
Oleh karena itu ASI harus diberikan pada bayi, sekalipun produksi ASI pada hari-hari pertama baru sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi. Pemberian air gula, air teh, air tajin dan makanan prelaktal (sebelum ASI lancar produksi) lain, harus dihindari untuk mendapatkan manfaat maksimal dari ASI, maka sebaiknya menyusui dilakukan setelah bayi lahir (dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir) karena daya hisap pada saat itu paling kuat untuk merangsang pengeluaran ASI selanjutnya (Kamalia, 2005).

1.2. Kebaikan Asi dan Menyusui.
ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:
a. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
b. ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat. yang bermanfaat untuk: Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen. Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin. Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat. Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium, magnesium.
c. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin.
d. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi.
e. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu: Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan” kepada bayinya.
f. Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.
g. Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil
h. Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
i. Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberpa bulan (menjarangkan kehamilan)
Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang (Siregar, 2004).

1.3 Produksi Asi
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pictuitary Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pictuitary Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down Replex, dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar
Pictuitary Posterior untuk menghasilkan hormon oksitolesin, yang dapat merangsang serabutotot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar.Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk menampunga air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan tenunan aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di dalam putting dengan cabang yang menjadi ranting semakin mengecil. Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang besar menuju saluran ke dalam putting. Secara visual payudara dapat di gambarkan sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mengsekresi dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel Myoepithelial di dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam aerola dan membentuk sinus lactiterous. Pusat dari areda (bagan yang berpigmen) adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk kedalam) mulut bayi (siregar, 2004)

1.4. Komposisi ASI
Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum mengandung berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum dan hanya sekitar 1% dalam air susu mature, lebih banyak mengandung imunoglobin A (Iga), laktoterin dan sel-sel darah putih, terhadap, yang kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan penyakit (Infeksi) lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak, mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium (Na) dan seng (Zn) (Siregar, 2004).
ASI memiliki komposisi yang berbeda-beda dari hari ke hari.
1. Kolostrum.
Kolostrum merupakan cairan pertama yang berwarna kekuning-kuningan (lebih kuning dibandingkan susu matur). Cairan ini dari kelenjar payudara dan keluar pada hari kesatu sampai hari keempat-tujuh dengan komposisi yang selalu berubah dari hari kehari. Kolostrum mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan ASI matur. Selain itu, kolostrum dapat berfungsi sebagai pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang.
2. ASI Transisi (Peralihan).
ASI transisi diproduksi pada hari ke-4 sampai 7 hari ke-10 sampai 14. Pada masa ini kadar protein berkurang, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak serta volumenya semakin meningkat.
3. ASI Mature.
ASI mature merupakan ASI yang diproduksi sejak hari ke-14 dan seterusnya dengan komposisi yang relatif konstan. Pada ibu yang sehat dan memiliki jumlah ASI yang cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik bagi bayi sampai umur enam bulan (Roesli, 2001).

1.5. Volume ASI
Hasil penyelidikan Suhardjo yang dikutip oleh Kamalia (2005), volume ASI dari waktu ke waktu berubah, yaitu:
1 Enam bulan pertama : 500-700 ml ASI/ 24 jam
2 Enam bulan kedua : 400-600 ml ASI/ 24 jam
3 Setelah satu tahun : 300-500ml ASI/ 24 jam
Menurut Kamalia (2005) bahwa dalam kondisi normal kira kira100 ml ASI pada hari kedua setelah melahirkan, dan jumlahnya akan meningkat sampai kira-kira 500 ml dalam minggu kedua. Secara normal, produksi ASI yang efektif dan terus-menerus akan dicapai pada kira-kira 10-14 hari setelah melahirkan. Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap 24 jam. Volume ASI yang dapat dikonsumsi bayi dalam satu kali menyusu elama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang dapat diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan, hanya memproduksi sejumlah kecil ASI. Emosi seperti tekanan (stress) atau kegelisahan merupakan faktor penting yang mempengaruhi jumlah produksi ASI selama minggu-minggu pertama menyusui.

1.6. Aspek Imunologik Air Susu Ibu.
Imunoglobulin adalah suatu golongan protein yang mempunyai daya zat anti terhadap infeksi. Di dalam tubuh manusia terdapat 5 macam imunoglobulin.
1. Imunoglobulin G.
IgG sudah terbentuk pada kehamilan bulan ketiga, dapat menembus plasenta pada waktu bayi lahir kadarnya sudah sama dengan kadar IgD ibunya. Fungsi dari pada IgG ini ialah anti bakteri, anti jamur, anti virus dan anti toksik.
2. Imunoglobulin M.
IgM mulai dibentuk pada kehamilan minggu ke-14 dan mencapai kadar seperti orang dewasa pada umur 1-2 tahun. Fungsi dari pada IgM ini ialah untuk aglutinasi.
3. Imunoglobulin A.
IgA sudah dibentuk pula oleh janin tetapi jumlahnya masih sangat sedikit. Ada 2 macam IgA ialah serum (di dalam darah) dan IgA sekresi (berasal dari sel mokosa) yang selanjutnya disebut SigA. IgA serum mencapai kadar seperti pada orang dewasa pada usia 12 tahun, sedangkan SigA sudah mencapai puncaknya pada usia 1 tahun.
4. Imunoglobulin D.
IgD belum banyak diketahui, baik pembentukannya maupun fungsinya.
5. Imunoglobulin E.
IgE belum diketahui tetapi diduga berfungsi seperti anti alergik.
6. Perpindahan Immunoglobulin dari Ibu ke Bayi.
Terdapat bukti yang nyata bahwa ada hubungan yang erat antara imunoglobulin ibu dan anak, baik pada manusia maupun pada binatang menyusui (mamalia). Selama janin masih didalam kandungan, janin telah mendapat imunoglobulin dari pada ibunya melalui plasenta, terutama imunoglobulin G, oleh karena itulah janin tidak pernah sakit (infeksi) selama didalam kandungan (Sunoto 2001).
Menurut Kamalia (2005), Selain imunoglobulin, ASI mengandung pula faktor-faktor kekebalan seperti berikut ini:
1. Faktor Bifidus
Merupakan suatu karbohidrat yang mengandung nitrogen, diperlukan untuk pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus. Dalam usus bayi yang diberi ASI, bakteri ini mendominasi flora bakteri dan memproduksi asam laktat dari laktosa. Asam laktat ini akan menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan parasit lainnya
2. Faktor Laktoferin
Suatu protein yang mengikat zat besi ditemukan terdapat dalam ASI. Zat besi yang terikat tersebut tidak dapat digunakan oleh bakteri-bakteri usus yang berbahaya, yang membutuhkannya untuk pertumbuhan. Oleh karena itu, pemberian zat besi tambahan kepada bayi yang disusui harus dicegah, karena mungkin dapat mempengaruhi daya perlindungan yang diberikan laktoferin
3. Faktor Laktospirosidase
Merupakan enzim yang terdapat dalam ASI dan bersama-sama dengan peroksidase hydrogen dan ion tiosinat membantu membunuh streptokokus
4. Faktor Anti Stafilokokus
Faktor tersebut merupakan asam lemak yang melindungi bayi terhadap penyerbuan stafilokokus
5. Faktor Sel -Sel Fagosit
Merupakan pemakan bakteri yang bersifat patogen.
6. Sel Limfosit dan Makrofag
Berfungsi untuk mengeluarkan zat antibodi untuk meningkatkan imunitas terhadap penyakit.
7. Lisozim
Lisozim merupakan salah satu enzim yang terdapat dalam ASI sebanyak 6-300 mg/100 ml, dan kadarnya bisa naik hingga 3000-5000 kali lebih banyak dibandingkan dengan kadar lisozim dalam susu sapi. Enzim demikian memiliki fungsi bakteriostatik terhadap enterobakteria dan kuman gram negatif mungkin juga berperan sebagai pelindung terhadap berbagai macam virus.
8. Interferon
Berfungsi menghambat pertumbuhan virus
2.1.7. Penggunaan ASI secara Tepat
Menurut Kamalia (2005), adalah bayi tampak tenang, badan bayi menempel pada perut ibu, mulut bayi terbuka lebar, dagu menempel pada payudara ibu, sebagian besar kalang payudara masuk ke dalam mulut bayi, puting susu ibu tidak terasa nyei, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus, kepala tidak menengadah
ASI betapapun baik mutunya sebagai makanan bayi, tapi belumlah merupakan jaminan bahwa gizi selalu baik, kecuali apabila ASI tersebut diberikan secara tepat dan benar. Ibu tidak dapat melihat berapa banyak ASI yang telah masuk ke perut bayi (Kamalia, 2005).
Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI, beberapa kriteria yang dapat dipakai sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak yaitu:
1. Air Susu Ibu yang banyak dapat merembes keluar melalui puting
2. Sebelum disusukan payudara merasa tegang
3. Berat badan naik dengan memuaskan sesuai dengan umur,
4. Air Susu Ibu yang banyak dapat merembes keluar melalui puting
2. Sebelum disusukan payudara merasa tegang
3. Berat badan naik dengan memuaskan sesuai dengan umur,
(Kamalia, 2005).
2.1.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan ASI.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ibu memberikan ASI kepada bayinya antara lain (Kamalia, 2005).
1. Perubahan sosial budaya.
1) Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.
2) Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol.
2. Faktor psikologis
1) Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita.
2) Tekanan batin
3. Faktor fisik ibu Ibu sakit, seperti mastitis biasanya enggan menyusui bayinya karenapayudaranya terasa nyeri bila digunakan untuk menyusui bayinya.
4. Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI.
5. Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI.
6. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjukan penggantian ASI dari susu kaleng.
2.1.9. Pemberian ASI Eksklusif
2.1.9.1. Pengertian pemberian ASI Eksklusif
ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,,pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli 2000).
Pemberian ASI eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu minimal 4 bulan dan akan lebih baik lagi apabila diberikan sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah bayi berusia 6 bulan ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, dan pemberian ASI dapat diteruskan sampai ia berusia 2 tahun (Roesli, 2001).
2.1.9.2. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif Bagi Bayi.
Menurut Roesli (2001), manfaat pemberian ASI sangat banyak antara lain:
1. Sebagai Nutrisi Terbaik.
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya. ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan melaksanakan tata laksana menyusui yang tepat dan benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal sampai dengan usia 6 bulan. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan atau daya tahan tubuh dari ibunya melalui plasenta. Tetapi kadar zat tersebut akan cepat menurun setelah kelahiran bayi. Sedangkan kemampuan bayi membantu daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat, selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan tersebut dapat diatasi apabila bayi diberi ASI sebab ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, dan jamur.
2. Tidak mudah tercemar
ASI steril dan tidak mudah tercemar, sedangkan susu formula mudah dan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu kurang mengetahui cara pembuatan susu formula yang benar dan baik.

3. Melindungi bayi dari infeksi
ASI mengandung berbagai antibodi terhadap penyakit yang disebabkan bakteri, virus, jamur dan parasit yang menyerang manusia..
4. Mudah dicerna
ASI mudah dicerna, sedangkan susu sapi sulit dicerna karena tidak mengandung enzim pencernaan.
5. Menghindarkan bayi dari alergi
Bayi yang diberi susu sapi terlalu dini mungkin menderita lebih banyak masalah alergi, misalnya asma dan alergi.
2.1.10. Minuman Buatan sebagai Pengganti Air Susu Ibu
Betapapun baiknya ASI sebagai makanan bayi dan keberatan para ahli kesehatan anak di seluruh dunia terhadap penggunaan susu sapi sebagai makanan bayi, akan tetapi dalam keadaan tertentu, susu sapi akan sangat diperlukan sebagai minuman buatan untuk bayi. Karena itu, perlulah diketahui dalam keadaan apakah ASI dapat diganti dengan minuman buatan.
Menurut Depkes RI (2007) minuman buatan yang terbuat dari susu hewan terutama susu sapi, dapat diberikan kepada bayi sebagai pelengkap atau sebagai pengganti ASI dalam keadaan sebagai berikut:
a. Air susu ibu tidak keluar sama sekali, dalam keadaan seperti ini satu-satunya makanan yang dapat menggantikan ASI adalah susu sapi.
b. Ibu meninggal sewaktu melahirkan atau waktu bayi masih memerlukan ASI.
c. ASI keluar tetapi jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi bayi karena itu perlu tambahan. Pemberian makanan atau minuman pengganti ASI berbahaya bagi bayi karena saluran pencernaan bayi belum cukup kuat untuk mencernakan makanan atau minuman selain ASI.
Selain karena sulitnya dicerna, bahaya lain dari pemberian susu formula bagi bayi yaitu karena selama penyiapan susu formula ada kemungkinan terkontaminasi oleh bakteri dan terlalu encernya air susu dapat terjadi. Umumnya sulit untuk memberikan susu formula kepada bayi secara higienis. Namun kemungkinan adanya kontaminasi oleh bakteri dapat berkurang dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Dot botol.
Karena dot botol mudah terkontaminasi, maka sebaiknya dot botol harus terbuat dari bahan yang bermutu tinggi dan tahan terhadap proses pendidihan. Lubang pada dot harus dapat mengeluarkan air susu dengan kecepatan yang tetap (konstan) bila botol dibalikkan.
2. Pencucian alat.
Cuci semua alat makan atau minum bayi segera setelah digunakan, menggunakan air dingin dan sabun atau detergen dengan memakai sikat botol.Dot botol dilumuri dengan garam untuk menghilangkan gumpalan susu. Lalu semuanya dicuci dengan baik.
3. Sterilisasi alat.
Setelah itu sterelisasi dengan air mendidih kemudian letakkan peralatan termasuk dot botol dalam satu wadah yang berisi air sepertiganya, kemudian penuhi dengan air dan didihkan selama 5 menit. Tiriskan dan keringkan, dan simpan dalam keadaan tertutup sampai saatnya digunakan. Apabila dirasakan tidak praktis untuk mendidihkannya setiap habis digunakan, maka pendidihan satu atau dua kali dalam sehari sudah cukup. Bila sterilisasi dengan cara pendidihan tidak mungkin dilakukan, alat seperti diatas dapat dicuci menggunakan air panas, kemudian dibilas dengan air minum (air matang yang telah dingin) atau larutan garam. Setelah itu ditiris dan dikeringkan, serta peralatan diletakkan dalam keadaan tertutup. Usahakan untuk melakukan pendidihan paling tidak sekali dalam sehari (Depkes RI, 2007).
2.1.11. Teknik menyusui yang baik dan benar
Saat menyusui ibu harus rileks dan nyaman, bayi melekat menghadap puting ibu, kepala dan tubuh bayi berada pada garis lurus, seluruh puting dan sebagian besar areola (bagian payudara yang berwarna lebih gelap kecokelatan) masuk ke dalam mulut bayi, dagu bayi menyentuh payudara dan bokong bayi ditopang (Runtulalo, 2004).
Bayi dapat mengisap dengan baik jika mulut terbuka lebar, bibir bawah terlipat keluar, pipi bayi tidak cekung, tapi membulat dan isapannya teratur lambat dan dalam. ASI dapat dikatakan benar-benar kurang jika berat badan (BB) bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per bulan, BB lahir dalam waktu 2 minggu belum kebal, ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam, cairan urin pekat, bau dan warna kuning (Runtulalo, 2004).
Posisi yang kurang benar dapat menyebabkan rasa sakit, lecet, dan luka pada puting serta membuat ibu dan bayi frustrasi. Bayi akan frustasi karena lapar dan ibu akan merasa cemas karena ketidak mampuan menyusui bayi. Kurangnya pengeluaran ASI dari payudara ibu bisa menyebabkan kepenuhan, bengkak payudara, dan bahkan kegagalan menyusui (Ramaiah, 2006).
Menurut Depkes RI, (2007) cara yang tepat ibu memeluk bayinya saat menyusui adalah:
1. Kepala dan badan bayi berada dalam satu garis lurus.
2. Wajah bayi harus menghadap payudara dengan hidung berhadapan dengan puting.
3. Ibu harus memeluk badan bayi dekat dengan badannya.
4. Jika bayi baru lahir, ibu harus menyangga seluruh badan, bukan hanya kepala dan bahu.
Menurut Depkes RI, (2007) cara menyangga payudara adalah sebagai berikut:
1. Ibu harus meletakkan jari-jarinya di dinding dada dibawah payudara, sehingga jari telunjuk membentuk topangan di bagian dasar payudara.
2. Ibu dapat menekan lembut payudaranya dengan jari-jari, cara ini dapat memperbaiki bentuk payudara sehingga mempermudah bayi untuk melekat dengan baik, sebaiknya ibu tidak memengang payudara terlalu dekat ke puting.
3. ibu harus menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar, sebelum membawa bayi kepayudara. Mulut bayi perlu membuka lebar untuk memasukkan payudara sepenuh mulutnya.
Menurut Depkes RI (2007) cara mendekatkan bayi kepayudara sebagai berikut:
a. Ibu harus mendekatkan bayi ke payudara, bukan mendekatkan badan atau payudara kebayi.
b. Ibu harus mengarahkan bibir bawah bayi ke bawah puting, sehingga dagu bayi akan menyentuh payudara.
Ibu dapat menyusui dengan berbagai posisi berbeda, misalnya berdiri. Penting bagi ibu untuk tetap nyaman dan santai, dan bagi bayi untuk bisa memasukkan cukup payudara kedalam mulutnya, sehingga bayi dapat menyusui secara efektif (Depkes RI, 2007).
Adapun tanda-tanda menyusui berjalan dengan baik dan benar adalah:
1. Umum ibu,
a. ibu tampak sehat,
b. ibu tampak rileks dan nyaman
c. terlihat tanda bonding ibu bayi.
2. Umum Bayi,
a. tampak sehat,
b. bayi tampak tenang dan rileks
c. bayi mencari payudara bila lapar.
3. Payudara,
a. Payudara tampak sehat,
b. puting keluar dan lentur,
c. terasa nyaman, tak nyeri,
d. payudara ditopang dengan baik oleh jari-jari yang jauh dari puting.
4. Posisi bayi,
a. kepala dan badan bayi dalam garis lurus,
b. bayi dipeluk dekat badan ibu,
c. seluruh badan bayi ditopang,
d. bayi mendekat kepayudara, hidung berhadapan dengan puting.
5. Pelekatan bayi:
a. Tampak lebih banyak ariola diatas bibir,
b. mulut bayi terbuka lebar,
c. bibir bawah terputar keluar,
d. dagu bayi menempel pada payudara.
6. Menghisap,
a. Hisapan lambat, dalam dengan istirahat,
b. pipi membulat waktu menghisap,
c. bayi melepaskan payudara waktu selesai,
d. ibu merasakan, tanda-tanda reflek oksitosin (Depkes RI, 2007).

2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. (Notoatmodjo, 2003)
Rogers (dalam Notoatmodjo, 2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya
4. Trial, dimana subjek mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus
5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang dicakup dalam hal kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menyimpulkan materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang di pelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi atau keadaan yang sebenarnya Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan atau
menguraikan dan menganalisis suatu material atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. (Notoatmodjo, 2003)
Menurut Soemanto (2004), tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini, antara lain : Usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pengalaman.

3.Umur Ibu
Usia muda menyebabkan kurangnya pengetahuan Ibu dalam mempersiapkan ASI dan ketidaktahuan ibu bahwa Reflek let down sangat tergantung dari isapan bayi pada putting susu serta belum matangnya emosi sering menyebabkan timbulnya kecemasan akan kemampuan pemberian ASI ( Farer, 2001).
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20 -30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2 – 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 – 34 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah umur 35 tahun

4.Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula penguasaan dan pemahaman terhadap kemampuan. Pendidikan adalah suatu proses yang terdapat unsur masukan dan unsur keluaran. Unsur masukan adalah berupa sarana pendidikan, sedangkan unsur keluaran adalah berupa bentuk prilaku dan kemampuan baru dari sarana pendidikan (Notoatmodjo, 2005).
Berdasarkan proses intelektual secara operasional, tujuan pendidikan dibedakan menjadi 3 (tiga) aspek, yaitu Kognitif (pengetahuan), Afektif (sikap) dan Psikomotor (ketrampilan). Jalur pendidikan akan membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan teori dan logika, pengetahuan umum dan kemampuan analisis serta pengembangan kepribadian. (Notoatmodjo, 2005)

5.Pekerjaan
Kemajuan membuka kesempatan bagi wanita untuk bekerja diluar rumah, sehingga banyak ibu yang cepat menyapih bayinya kerena bekerja (Samsuddin dan Tjokronegoro, 1986). lebih lanjut dikatakan bahwa pada ibu bekerja kesempatan menyusui bayinya paling kurang hanya 4 bulan setelah itu diberi susu bantu selama ibu bekerja diluar rumah. Winarno (1995) mengungkapkan ibu yang bekerja jauh dari rumah selama menyusui seringkali mengalami kesulitan, sehingga ibu tersebut terpaksa harus menyusui bayinya dipagi hari dan dimalam hari saja, sehingga ibu memerlukan susu formula sebagai penganti ASI selama ibu bekerja (Pujiadi, 2000).
Partisipasi wanita dalam pembangunan makin besar, sehingga banyak wanita yang bekerja. Kehamilan bukanlah merupakan halangan dalam bekerja asalkan dikerjakan dengan pengertian sedang hamil. Wanita yang sedang hamil mendapat hak cuti selama tiga bulan untuk dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi persalinannya nanti, yang dapat diambil sebulan menjelang kelahiran dan 2 bulan setelah persalinan. Selama hamil perhatikan hal-hal yang dapat membahayakan kehamilannya (Erika, 2008).
Calon ibu seorang yang bekerja dan hal ini tidak terlalu menyebabkan ketegangan fisiknya maka pekerjaan bisa dilanjutkan setelah kehamilannya. Di banyak negara diberlakukan peraturan yang memberikan pembayaran terhadap terhadap ibu yang mengambil cuti pada minggu ke-6 sampai 8 kehamilannya. Setelah kelahiran biasanya diapun diberi cuti selama 4-6 minggu, sehingga ibu dapat mempersiapkan dirinya dalam menghadapi persalinan dan dapat merawat bayinya dengan baik (Jones, 2002).

6.Sumber Informasi
Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan, pemberitahuan kabar atau berita tentang sesuatu melalui media dan alat sarana komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, spanduk, dan selebaran. (Tugiman, 2006).
Media informasi adalah media yang digunakan pembaca untuk mendapatkan suatu informasi atau hal tentang pengetahuan Berkaitan denagn penyediaan informasi bagi manajemen dalam pengambilan keputusan, informasi yang diperoleh haruslah berkualitas. (Tugiman, 2006). Dengan kriteria: Tinggi, jika mendapat informasi > dari 6 media Sedang, jika mendapat informasi dari kurang 6-4 media, dan Rendah, jika mendapatkan informasi dari 1-3 media. (Notoatmodjo, 2005).

0 thoughts on “Konsep Dasar Air Susu Ibu, Tehnik Menyusui dan Variabel Yang Berhubungan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *