Konsep Dasar tentang Stress

1. Stres
1.1. Pengertian Stres
Stres adalah keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan internal maupun eksternal (stimulus) yang dapat membahanyakan, tak terkendali atau melebihi kemampuan individu sehingga individu akan bereaksi baik secara fisiologis maupun psikologis (respon) dan melakukan usaha-usaha penyusuaian diri terhadap situasi tersebut (proses). Skala adaptasi stres Perubahan Hidup Holmes dan Rahe adalah skala yang digunakan untuk mengukur tingkat stres pada individu yang terdiri dari 31 peristiwa perubahan hidup yang dialami selama 1 tahun. Penilaian yang dilakukan dengan seoring. Skor > 150 menunjukkan adanya stres dan skor < 150 menujukkan tidak adanya stres (Al Banjary, 2009)
Stres adalah respons tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan yang terganggu, suatu penomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres member dampak secara total pada individu yang terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stress dapat mengancam keseimbangan fisiologis (Rasmus, 2004), .
Yang dimaksud dengan stress (Hans Selye) adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Misalnya bagaimana respons tubuh seseorang manakala yang bersangkutan mengalami beban pekerjaan yang berlebihan. Bila ia sanggup sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stress. Tetapi sebaliknya bila ternyata ia mengalami gangguan pada satu atau lebih oraga tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami distress . (Dadang, 2004),
1.2.Penggolongan Stres
Apabila ditijau dari penyebab stress, dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Stres Fisik, disebabkan oleh suhu atau temperature yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b. Stres Kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormone, atau gas.
c. Stres Mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit.
d. Stres Fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e. Stres Proses Pertumbuhan dan Perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
f. Stres Psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial, budaya, atau keamanan menurut. (Sunaryo, 2004)
Adapun menurut Brench Grad (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian, percerian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
b. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, sperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.
1.3.Sumber Stres
Sumber stress dapat berasal dari dalam tubuh dan diluar tubuh, sumber stress dapat berupa biologik/psikosiologi, kimia, psikologok, sosial spiritual.
a. Stresor biologik dapat berupa : mokroba, bakteri, virus dan jasad renik lainnya, hewan, binatang, bermacam tumbuhan dan makhluk hidup lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan.
b. Stresor fisik dapat berupa : perubahan iklim, alam, suhu, cuaca, geografi, yang mengikuti letak tempat tinggal, domisili, demografi, berupa jumlah anggota dalam keluarga, nutrisi, radiasi, kepandatan penduduk, imigrasi dan kebisingan.
c. Stresor kimia, dari dalam tubuh dapat berupa serum darah dan glukosa, sedangkan dari luar tubuh dapat berupa obat pengobatan, pemakaian alkohol, pencemaran lingkungan, bahan kosmetik dan bahan pengawet.
d. Stresor sosial psikologi, yaitu labelling dan prasangka, ketidak kepuasan terhadap diri sendiri, kekejaman, konplik peran, percaya diri yang rendah, perubahan ekonomi, emosi yang negative, dan kehamilan.
e. Stresor spiritual yaitu adanya persepsi negative terhadap nilai-nilai ke- Tuhanan.
Stressor menurut Esperanza (1997) Fundamental of nursing practice a nursing poscess approach :
a. Perubahan patotogi dari penyebab penyakit atau suatu injuri.
b. Troma (injuri, luka bakar, serangan, elektrik, shok).
c. Tidak adekuatnya makanan, kehangatan, dan pencegahan.
d. Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar (kelaparan, gangguan sexk sual).
e. Program trapi (diet, trapi fisik, spikotrapi).
f. Kekacoan hubungan sosial dan keluarga.
g. Komplik sosial dan budanya.
h. Prubahan spisiologi yang normal (puberitas, mentuasi, kehamilan dan menaupouse)
i. Situasi positif dari pristiwa kehidupan. (Rasmus, 2004)
1.4.Tanda-tanda Bahaya Stres
Ada beberapa tanda bahaya yang menujukan kerja destruktif dari stress. Tanda-tanda ini bersifat fisiologis dan psikologis. Penyakit psikologis, meskipun senyata dan sedestruktif penyakit fisik, bias lebih sulit dideteksi dan disembuhkan. Ada pelbagi penyakit emosional dan psikologis yang ditimbulkan oleh stres, dari yang ringan sampai yang meningkat, dari yang sementara sampai yang kronis. Serangannya bias pelahan-lahan atau mendadak. Penyakit-penyakit ini dapat dipicu oleh sebab biologis dan sebab psikologis. Ini merupakan sebuah topic besar, dan saya disini hanya menyebutkan beberapa tanda yang mengindikasikan berjangkitnya stress.
Keletihan yang tak diketahui sebab-musababnya.
a. Gangguan makan, seperti kehilangan nafsu makan atau makanan berlebihan.
b. Gangguan tidur, seperti tak bias tidur, tidur tapi sebentar bentar bangun, dan mimpi buruk berulang.
c. Keluarnya air mata tanpa bias dikendalikan.
d. Pikiran untuk bunuh diri.
e. Hilangnya ketertarikan pada hal-hal semisal berpenampilan rapi dan aktifitas-aktifitas sosial.
f. Tak bias berkonsentrasi.
g. Sering merasa mengerut ketika demam dan terkenak infeksi.
h. Tegang atau sakit kepala yang tak diketahui sebab-musababnya.
i. Minum alkohol secara berlebihan atau merasa panic.
j. Lekas marah atau mudah terprovokasi.
k. Selalu ingin melakukan sesuatu yang radikal.
Peristiwa-peristiwa atau keadaan-keadaan yang menimbulkan stres disebut stressor. Ada empat macam stressor yaitu :
a. Stressor episodik. Kecelakan yang belum lama terjadi dan perselisihan dengan orang lain adalah contoh peristiwa yang memicu stress sekali waktu.
b. Sekues stressor. Perceraian, kehilangan pekerjaan, dan kematian tercinta adalah peristiwa-peristiwa yang memicu stress yang bertahan lebih lama.
c. Stressor periodik. Periksa secara periodic ke dokter gigi, sakit pinggang yang sesakali terasa, dan sering berpergian karena tuntutan kerja merupakan contohnya.
d. Stressor kronis. Penyakit permanen, masalah-masalah suami isteri yang berlarut-larut, dan ketak mampuan menyelesaikan persoalan keuangan adalah pemantik stress yang bertahan sangat lama. (Khavari. A, 2006)

1.5. Tahapan Stres
1.5.1. Stres Tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stress yang paling ringan, dan biasanya di sertai dengan perasaa-perasaan sebagai berikut :
a. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)
b. Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya
c. Merasa mapu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa di sadari cadangan energy dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan pula
d. Merasa senag dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, namun tanpa di sadari cadangan energy semakin menipis.
1.5.2. Stres Tahap II
Dalam tahapan ini dampak stress yang semula “menyenangkan” sebagaimana yang di uraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang di sebabkan karena cadangan energy tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk beristirahat.Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stress tahap II adalah sebagai berikut :
a. Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.
b. Merasa mudah lelah sesudah makan siang
c. Lekas merasa capai menjelang sore hari
d. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort)
e. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar)
f. Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang
g. Tidak bias santai
1.5.3. Stres Tahap III
Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana di uraikan pada stress tahap II tersebut diatas, maka yang bersangkutan akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu yaitu :
a. Gangguan lambung dan usus semakin nyata, misalnya keluhan “maag” (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare).
b. Ketegangan otot-otot semakin terasa
c. Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat
d. Ganguan pola tidur (insomnia) misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi/dini hari tidak dapat kembali tidur (lae insomnia)
e. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan)
1.5.4. Stres tahap IV
Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter sehubungan dengan keluhan-keluhan stress tahap III diatas, oleh dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya.Maka gejala stress tahap IV akan muncul :
a. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit
b. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudan di selesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit
c. Yang semula tanggapan terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate)
d. Ketidak mampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari
e. Gangguan pola tidur di sertai dengan mimpi-mimpi yang menyenagkan
f. Sering kali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan kegairahan
g. Daya konsentrasi dan daya ingat menurun
h. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat di jelaskan apa penyebabnya
2.1.5.5. Stres tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stress tahap V yang di tandai dengan hal-hal berikut :
a. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and psychological exhaustion)
b. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana
c. Gangguan system pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder)
d. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah binggung dan panic
1.5.6. Stres Tahap VI
Tahap ini merupakan tahap klimaks, seseorang mengalami serangan panic (panic attack) dan perasaan takut mati tidak jarang orang yang mengalami stress tahap IV ini berulang kali di bawa ke UGD bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirnya di pulangkan karena tidak di temukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stress tahap VI ini adalah sebagai berikut :
a. Debar jantung teramat keras
b. Susah bernafas (sesak dan megap-megap)
c. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
d. Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
e. Pingsan atau kolaps (collaps). (Dadang, 2004)
2.1.6. Reaksi Tubuh Terhadap Stres
Sebagaimana telah disebutkan dimuka bahwa yang dimaksud dengan stress adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Kecuali gejala-gejala tahapan stress maupun perubahan perilaku yang telah di uraikan di muka, maka seseorang yang mengalami stress dapat pula di lihat atupun di rasakan dari perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya misalnya antara lain:
a. Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam.
b. Mata
Ketajaman mata sering kali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas karena kabur
c. Telinga
Pendengaran sering kali terganggu dengan suara berdenging (tinitus)
d. Daya pikir
Kemampuan berfikir dan mengingat serta konsentrasi menurun.Orang menjadi pelupa dan sering kali mengeluh sakit kepala atau pusing.
e. Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stress Nampak tegang, dahi berkerut, mimic Nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum/tertawa dan kulit muka kedutan (tin facialis)
f. Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar menelan, hal ini di sebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa “tercekik”
g. Kulit
Pada orang yang mengalami stress reaksi kulit bermacam-macam pada kulit dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan.
h. Sistem pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stress dapat terganggu misalnya nafas terasa berat dan sesak di sebabkan terjadi penyempita pada saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot rongga dada
i. System Kardiovasculer
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovasculer dapat terganggu faalnya karena stress
j. Sistem pencernaan
Orang yang mengalami stress sering kali mengalami gangguan pada system pencernaannya.Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedih.
k. Sistem perkemihan
Orang yang sedang menderita stress faal perkemihan (air seni ) dapat juga terganggu.Yang sering di keluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya messkipun ia bukan penderita kencing manis (diabetes mellitus)

l. Sistem otot dan tulang
Stress dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot dan tulang (musculosceletal). Yang bersangkutan sering mengeluh otot terasa sakit (keju) seperti di tusuk-tusuk, pegal dan tegang
m. Sistem Endokrin
Gangguan pada system endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stress adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bias mengakibatkan penyakit kencing manis (diabetes mellitus)
n. Libido
Kegairahan seseorang di bidang seksual dapat pula terpengaruh karena stress. (Dadang, 2004)
1.7. Jenis Adaptasi atau Stres
1.7.1. Pengertian
Ada beberapa pengertian tentang adaptasi, antara lain:
W.A. Gerungan (1996) menyebutkan bahwa “Penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri)”.
Menurut Soeharto Heerdjan (1987), “Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan kehambatan.”

1.7.2. Jenis Adaptasi
Dan adapun jenis-jenis adaptasi adalah sebagai berikut:
a. Adaptasi fisiologik bias terjadi secara local atau umum contaoh :
a) Seseorang yang mampu mengatasi stress, tangannya tidak berkeringat dan tidak gemetar, serta wajahnya tidak pucat.
b) Seseorang yang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang berat dan merasa mengalami gangguan apa-apa pada organ tubuh.
b. Adaptasi psikologis bias manjadi secara :
a). Sadar : individu mencoba memecahkan/ menyesuaikan diri dengan masalah.
b). Tidak sadar : Menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)
c). Menggunakan gejala fisik (Konversi atau Psikofisiologik/psikosomatik)
Apabila seseorang mengalami hambatan atau kesulitan dalam beradaptasi, baik berupa tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi dapat menimbulkan stress. Stres bias terjadi apabila tuntutan atau keinginan diri tidak terpenuhi. (Sunaryo, 2004)
2.1.8. Cara Mengendalikan dan Penanganan Stres
Kiat untuk mengendalikan stress menurut Grant Brench (2000) sebagai berikut :
1. Sikap, keyakinan dan pikiran kita harus positif, fleksibel, rasional, dan adaptif terhadap orang lain. Artinya, jangan terlebih dahulu menyalahkan orang lain sebelum introspeksi diri dengan pengendalian internal.
2. Kendalikan factor-faktor penyebab stress dengan jalan :
a. Kemampuan menyadari (awareness skills)
b. Kemampuan untuk menerima (acceptance skills)
c. Kemampuan untuk menghadapi (coping skills)
d. Kemampuan untuk bertindak (action skills)
e. Perhatikan diri anda, proses interpersonal dan interaktif, serta lingkungan anda.
f. Kembangkan sikap efisien
g. Relaksasi
h. Visualisasi (angan-angan terarah)
i. Circuit breaker dan koridor stress.
Tehnik singkat untuk menghilangkan stress, misalnya melakukan pernafasan dalam, mandi santai dalam bak, tertawa, pijat, membaca, kecanduan positif (melakukan yang di sukai secara teratur), istirahat teratur dan ngobrol.(Sunaryo, 2004)
Adapun berbagai strategi penanganan stress dapat di lakukan dengan banyak cara. Satu hal yang penting dalam penanganan stress yang efektif adalah bahwa mahasiswa dapat menggunakan lebih dari satu strategi untuk membawa mereka menghadapi stress. Sebagai contoh, saran yang di berikan bagi mahasiswa yang mengalami sejumlah besar stress dapat berupa hal-hal berikut ini :
a. Mengembangkan sikap percaya
b. Mengurangi kemarahan
c. Meningkatkan self-efficacy
d. Menggunakan berbagai strategi koping
e. Menyisihkan waktu untuk bermain dan relaksasi
f. Berhenti merokok
g. Turunkan berat badan
h. Berolahraga beberapa kali seminggu
i. Mengembangkan gambaran diri yang lebih positif. (Al Banjari,2009)

2. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) merupakan angka yang menujukkan Prestasi Akademik atau kemajuan belajar mahasiswa secara kumulatif yang dicapai melalui dari semester pertama samapai dengan semester paling akhir untuk semua mata kuliah yang ditempuh. Atau ringkasanyan, IPK adalah final result dari proses pembelajaran anda. Paling tidak masalah IPK menjadi satu dari beberapa tujuan utama ketika kuliah. (Adi Subarta, 2009)
Prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegitaan pembelajaran di sekolah atau Perguruan Tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penelitian. Penilaian prestasi belajar diperguruan tinggi yaitu dengan melihat indeks prestasi yaitu evaluasi keberhasilan belajar mahasiswa tiap semester. Dalam penelitian ini prestasi belajar mahasiswa dilihat dari IPK semester 5, dimana prestasi dikatakan rendah jika IPK 2,75. (Al. Banjary, 2009).
Prestasi yang dicapai seseorang memberikan gambaran tentang posisi tingkat keberhasilan dirinya dibandingkan dengan orang lain. Dalam lingkungan kampus, nilai yang didapat dari hasil prestasi akademik dikenal dengan istilah indeks Prestasi (IP) yang dapat dilihat tiap akhir semester yang telah dilalui. (Al. Banjary, 2009).
Kunci keberhasilan dalam akademi adalah disiplin dan efisien dalam kebiasaan belajar ada 7 (tujuh) strategi dibawah ini akan membantu anda meningkatkan IPK anda sekaligus meminimaalkan stress dan memaksimalkan waktu belajar anda.
a. Masuklah kedalam kelas, mungkin hal ini terdengar bodoh, tetapi ini sangat penting. Banyak dosen yang mengajar langsung lewat power point atau mengunakan hand out. Hal tersebut sangat membuat anda sangat tergoda untuk meninggalkan kelas, anda akan terpancing untuk mengkopi bahan yang akan diajarkan dan berusaha belajar sendiri.
b. Duduklah dibarisan depan, duduk dibaris terdepan tidak hanya memberikan anda rasa percaya diri, tapi juga akan membuat anda terhubung dengan sipengajar.
c. Buatlah catatan kaki, efek negtif dari era power point adalah membuat mahasiswa menjadi malas mencatat.
d. Lakukan review setiap minggu, masalah yang paling sering dialami oleh siswa adalah mencoba menelan semua materi sepanjang semester dalam satu malam.
e. Temui para dosen pada jam kerja, professor biasanya akan dapat ditemui pada jam-jam kantor dimana mareka sedang tidak mengajar.
f. Temukan orang pintar untuk anda ajak kerja sama, dalam mata kuliah yang membutuhkan kerjasama kelompok, hal ini menjadi sangat penting.
g. Hindari bergadang semalaman untuk belajar, biasanya menjadi seorang yang seperti ini berarti anda mencoba memasukan semua yang ada dalam suatu semester pada satu malam. Jika anda mengunakan strategi semacam ini, anda akan gagal. Anda akan menjadi cepat stress dan frustasi karena anda seperti dikejar-kejar waktu. (Ridwansyah, 2008)
Berdasarkan hasil penelitian Al Banjary (2009) didapatkan bahwa ada beberapa faktor yang berhubungan dengan stres pada mahasiswa, yaitu : Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), faktor sosial, kesehatan fisik, umur atau tahun kelulusan.
Pada penelitian Arijanto & Gill (2009), juga disimpulkan bahwa IPK, ras dan Jenis Kelamin berhubungan dengan tingkat stres pada mahasiswa.

3.Tahun Kelulusan SMA
Tahun kelulusan adalah tahun dimana mahasiswa menyelesaikan pendidikan terakhir sebelum melanjutkan kenjanjang pendidikan tinggi. Tahun kelulusan pada penelitian ini dapat dikaitkan dengan umur seseorang mahasiswa. Mahasiswa yang lulus SMA tahun 2005 secara rasional umurnya akan lebih muda bila dibandingkan dengan tahun 2004 atau sebelumnya. Berdasarkan penelitian (Komari, 2008), umur tidak berhubungan dengan tingkat stres pada lansia di panti wredha dharma bakti surakarta.

4.Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah semua yang berhubungan dengan seseorang (pria maupun wanita), termasuk peranan-peranan, tingkah laku dan semua sifat-sifat sebagai pria atau wanita didalam sebuah kebudayaan yang ada sekarang ini. (Isnarti, 2006)
Pada umumnya setiap orang pernah mengalami stress tetapi kita tidak pernah menyadarinya, Karena stres merupan suatu perasaan yang tidak mudah digambarkan. Stres dapat dikatakan sebagi suatu tekanan, ketegangan yang mempengaruhi seseorang dalam kehidupan. Stres kerja, oleh para ahli perilaku organisasi telah dinyatakan sebagai agen penyebab dari berbagai masalah fisik, mental bahkan output organnisasi. (Isnarti, 2006)
Stres kerja tidak hanya berpengaruh terhadap individu, tetapi tetapi juga terhadap organisasi dan industri. Dengan bertambahnya kemajuan jaman, manusia yang bekerja bukan saja kaum pria sebagai pencari nafkah, tetapi juga kaum wanita yang pada hakekatnya adalah istri, ibu dan penyelenggara rumah tangga. Di dalam bekerja, wanita dituntut keterlibatan yang penuh dengan peekerjaannya. Tuntutan peran ini sering bertubrukan dengan perannya yang lain, yaitu sebagai ibu rumah tangga, istri dan ibu dari anak-anaknya. Selain itu, perannya sebagai pekerja menuntut baik energi maupun waktu sehingga banyak wanita yang mengalami tekanan yang lama kelamaan dapat berubah menjadi stres.(Isnarti, 2006)
Hasil pendahuluan dari percobaan yang dilakukan terhadap hewan oleh penelitian dari the Children’s Hospital of Philadelphia dapat menunjukan sedikit gambaran mengenai hal yang membinggungkan dan menjadi pertanyaan dari pria dan wanita yaitu kenapa wanita lebih sering merasa stress dibandingkan pria. Pada penelitian terhadap tikus yang dilakukan oleh neuroscientist Dr. Rita Valentino, para penelitian menemukan bahwa tikus betina lebih sensitif terhadap hormone yang berkaitan dengan stress yaitu corticotropin-releasing factor (CRF). Dr. Rita Valentino dan rekan peneliti lain yang menyatakan bahwa penelitian ini potensial mempunyai relevansi terhadap manusia, karena CHF merupakan karakteristik terjadinya stres yang dikaitkan dengan gangguan mental. (Valentino, 2008)
Penelitian yang telah di terbitkan dalam the journal Molecular Psychiatry, menemukan bahwa tikus betina yang ditempatkan dalam situasi yang menimbulkan stres (dipaksa untuk berenang) menunjukkan sensitivitas yang lebih besar terhadap CRF. Sedangkan tikus jantan sebaliknya mareka bereaksi mengeluarkan hormon dengan cara mengatur respon mareka. Sehingga tikus betina dua kali lebih rentan untuk mengalami stres dibandingkan dengan tikus jantan. (Valentino, 2008)
Wanita memang lebih sering didagnosa dengan kondisi depresi, kecemasan, akan tetapi penyebab utama perbedaan reaksi dari kedua jenis kelamin ini masih belum jelas. Jika dimana mendatang, penelitian terhadap manusia juga menemukan adanya ketidak samaan mengenai sensitifitas terhadap CRF, maka hal ini tersebut tidak hanya dapat menjelaskan perbedaan terhadap kedua jenis kelamin tetapi juga memberikan telah mendalam mengenai penyebab dari gangguan akibat stres pada pria dan wanita atau mungkin bahkan metode spesifik untuk terapi penanganan stres berdasarkan jelis kelamin penderitanya. (Valentino, 2008)
Pada penelitian Isnarti, (2006) Subjek dalam penelitian adalah dosen-dosen Universitas Gunadarma yang dibedakan menjadi pria dan wanita. Untuk mengukur stres kerja dilakukan dengan mengunakan skala stress kerja yang diadaptasi dari Meutia (2004) yang berbentuk skala likert yang terdiri dari 4 (empat) komponen. Uji hipotesis dengan menggunakan uji Mann-Whitney menunjukan nilai Z = 7,916 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 ( p < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan “ada perbedaan tingkat stres kerja ditinjau dari jenis kelamin” pada penelitian ini diterima. (Isnarti, 2006)

4 thoughts on “Konsep Dasar tentang Stress

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *