FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MENCARI PENGOBATAN

  Konsep Perilaku

  Berbicara tentang perilaku manusia itu selalu unik. Artinya tidak sama antar dan inter manusianya baik dalam hal kepandaian, bakat, sikap, minat maupun kepribadian. Manusia berperilaku atau beraktifitas karena adanya kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan adanya need atau kebutuhan dalam diri seseorang maka akan muncul motivasi atau penggerak. (Widayatun, 2009).

  Definisi perilaku menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud digerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan. (Kaunang, 2009).

  Perilaku diartikan sebagai suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. (Qym, 2009).

  Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku terbentuk melalui suatu proses tertentu, dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang memegang peranan didalam pembentukan perilaku dapat dibedakan menjadi 2 faktor yakni faktor intern dan faktor ekstern. (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku kesehatan merupakan respon seseorang atau organisme terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. (Syamrilaode, 2011).

 

 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Perilaku merupakan respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya tigkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya. Faktor ekternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik dan sebagainya. (Anonim, 2011).

Perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktifitas seseorang yang merupakan hasil bersama atau resultanre antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Dengan kata lain perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai bentangan yang sangat luas. (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Ghana (2008) perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adlah faktor yang ada dalam dirinya yaitu ras/ keturunan, jenis kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat dan intelegensia. Sedangkan faktor eksternalnya antara lain pendidikan, agama, kebudayaan, lingkungan dan sosial ekonomi.

Menurut Anderson R (1968) dalam behavioral model of families use of health services, perilaku orang sakit berobat ke pelayanan kesehatan secara bersama-sama dipengaruhi oleh faktor predisposisi (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan), faktor pemungkin (ekonomi keluarga, akses terhadap sarana pelayanan kesehatan yang ada dan penanggung biaya berobat) dan faktor kebutuhan (kondisi individu yang mencakup keluhan sakit). (Supardi dkk, 2011).

Menurut J. Winardi (2001), perilaku tidak hanya dideterminasi oleh keinginan saja, akan tetapi perilaku juga dipengaruhi juga oleh lingkungan, pengetahuan, persepsi, norma-norma social, sikap-sikap dan mekanisme-mekanisme pertahanan.

 Ruang Lingkup Perilaku

Benjamin Bloom, seorang psikolog pendidikan, membedakan adanya 3 bidang perilaku yakni kognitif, afektif dan psikomotor. Kemudian dalam perkembangannya, domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi 3 tingkat yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. (Wikipedia, 2011).

1    Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. (Notoatmodjo, 2003).

Menurut teori WHO, pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. (Bascom, 2009).

Notoatmodjo (2003), membagi pengetahuan dalam 6 tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

a. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajarinya, seperti mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangtan yang telah diterima.

b. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real.

d. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi/ suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada aitannya satu sama lain.

e. Sintesis

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhanyag baru.

 f. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2 .   Sikap

Menurut Wikipedia (2011), sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau obje tertentu yang melibatkan faktor pendapat yang bersangkutan.

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka terhadap objek, sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. (Bascom, 2009).

Newcomb, salah seorang ahli psikologis social, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau esediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif-motif. Tertentu. (Notoadmojo, 2003).

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:

a.       Menerima

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

b.      Merespon

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c.       Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan suatu masalah.

d.                  Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung.

3.Praktik atau Tindakan

Tindakan ini merujuk pada perilaku yang dideskripsikan dalam bentuk tindakan yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki. (Wikipedia, 2011).

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yata diperlukan faktor-faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain. (Notoatmojo, 2003).

a.       Persepsi

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

b.      Respon terpimpin

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

c.       Mekanisme

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu sesuai denagn benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

d.      Adopsi

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

 Sarana Pengobatan Masyarakat

     Sebagian besar masyarakat hampir tidak pernah lepas dari pelayanan sekaligus mengharapkan adanya pelayanan yang memuaskan. Untuk memenuhi kebutuhannya manusia berusaha tidak langsung melalui aktifitas orang lain. Seperti yang dikatakan oleh AS. Moenir (1998) proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain langsung disebut pelayanan. (Anonim, 2011).

Sedangkan J.S Poerwadarminta melihat pelayanan sebagai melakukan perbuatan, melayani apa yang diperlukan dan diharapkan oleh orang lain dengan bantuan pihak lain yang menyediakan sesuatu diperlukan oleh orang lain tersebut. (Anonim, 2011).

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu aspek yang berperan dalam penciptaan derajat kesehatan yanbg merata kepada seluruh masyarakat. Sesuai dengan tujuasn penyelenggaraan pembangunan kesehatan yaitu terwujudnya masyarakat yang mandiri untuk menggapai pelayanan kesehatan dan perilaku hidup sehat. (Syaer, 2010).

Sumber  pengobatan di Indonesia menurut Kalangie (1984), mencakup 3  sektor  yang  saling  berkaitan  yaitu  pengobatan  rumah ,  tangga  atau

pengobatan dirumah, pengobatan tradisional dan juga pengobatan medis professional (praktek  tenaga kesehatan, poli klinik, puskesmas dan rumah sakit). (Supardi dkk, 2011).

1. Rumah Sakit

Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan professional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga ahli kesehatan lainnya. (Wikipedia, 2011).

Sementara menurut Siregar (2003) menyatakan rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan untuk berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. (Ujang Ketul, 2009).

 Berikut merupakan tugas dan fungsi Rumah Sakit menurut Wikipedia   (2011):

a.       Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis.

b.      Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis tambahan.

c.       Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman.

d.      Melaksanakan pelayanan medis khusus.

e.       Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan.

f.       Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi.

g.      Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial.

h.      Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan.

i.        Melaksanakan pelayanan rawat jalan/ rawat darurat dan rawat tinggal.

j.        Melaksanakan pelayanan rawat inap.

k.      Melaksanakan pelayanan administrative.

l.        Melaksanakan pendidikan para medis.

m.    Melaksanakan pendidikan tenaga medis spesialis.

n.      Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan.

o.      Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi.

Diseluruh dunia, ditemui keluhan adanya peningkatan biaya Rumah Sakit yang tinggi, meningkat melampaui biaya-biaya lainnya. Di Philipina dilaporkan bahwa banyak Rumah Sakit yang mengalami kesulitan biaya dan akan dijual. Masyarakat tidak mampu lagi membayar. Hanya 20-30% rakyat yang mampu membayar Rumah Sakit, sementara Rumah Sakit mendapat kesulitan untuk membayar gaji karyawan-karyawannya. (Sulastomo, 2007).

Meskipun demikian, kenaikan biaya tidak sama diberbagai Negara. Tergantung berbagai factor, antara lain tersedianya tempat tidur, system pelayanan kesehatan, organisasi Rumah Sakit, manajemen atau system keuangan dan bahkan teknologi yang diterapkan. (Sulastomo, 2007).

Ada 2 faktor penting yang mempengaruhi sektor Rumah sakit yaitu kekuatan ekonomi pemerintah daerah dan kekuatan ekonomi masyarakat. Semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah, maka kemungkinan sumber pembiayaan untuk kesehatan dari daerah akan semakin besar. Semakin tinggi kekuatan ekonomi masyarakat maka dapat dilihat bahwa daya beli masyarakat terhadap pelayanan kesehatan akan semakin besar.

 2.  Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten atau Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah. (Syafrudin dkk, 2009).

Menurut Supriyanto (1998) bahwa pemanfaatan pelayanan Puskesmas adalah penggunaan pelayanan yang telah diterima pada tempat atau pemberi pelayanan kesehatan. (Syafruddin dkk, 2009).

Ada 2 faktor yang mempengaruhi persepsi dari masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah pengalaman pribadi dan manfaat akan keberadaan dari Puskesmas itu sendiri. Sedangkan faktor ekstern meliputi hubungan sosial dalam pelayanan kesehatan seperti sosialisasi kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas. (Anonim, 2011).

Menurut Syafruddin Syaer (2010), banyak faktor yang berperan dalam hal pengunaan Puskesmas. Faktor tersebut dikelompokkan dalam 2 kelompok yaitu yang bersal dari puskesmas itu sendiri dan faktor yang berasal dari masyarakat. Faktor yang berasal dari Puskesmas meliputi faktor tenaga, perilaku petugas, program pelayanan, fasilitas yang tersedia, letak Puskesmas dan sumber daya yang tersedia. Sedangkan faktor dari masyarakat meliputi pendidikan, pendapatan, jarak dan pekerjan.

Fungsi Puskesmas menurut Syarifuddin dkk (2009) ada 3 fungsi,

yaitu:

 a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha diwilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.

           b. Pusat pemberdayaan masyarakat

         Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Upaya kesehatan Puskesmas menurut Syarifuddin Syaer (2010) terdiri dari:

a.       Upaya kesehatan wajib

1)      Upaya promosi kesehatan

2)      Upaya kesehatan lingkungan

3)      Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

4)      Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

5)      Upaya pengobatan

b.      Upaya kesehatan pengembangan

1)      Upaya kesehatan sekolah

2)      Upaya kesehatan lingkungan

3)      Upaya perawatan kesehatan masyarakat

4)      Upaya kesehatan kerja

5)      Upaya kesehatan gigi dan mulut

6)      Upaya kesehatan jiwa, mata dan usia lanjut

7)      Upaya pembinaan dan pengobatan tradisional

Berdasarkan hasil penelitian Supardi dkk (2004) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pasien berobat ke Puskesmas dengan menggunakan data sekunder SKRT 2004 dan Susenas 2004, didapatkan data karakteristik pasien rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas persentase terbesar berusia 26-35 tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan SD (tidak tamat/tamat), belum bekerja/ tidak, status ekonomi mampu menurut kategori pusat statistic (BPS), tempat tinggal pedesaan dan tidak ada penanggung biaya berobat.

 Pengobatan Sendiri/ Pengobatan Di Rumah

Pengobatan sendiri dalam pengertian umum adalah yang dilakukan orang awam untuk menanggulangi sendiri keluhan sakitnya menggunakan obat, obat tradisional, atau cara lain tanpa petunjuk tenaga kesehatan. Tujuan pengobatan sendiri adalah untuk peningkatan kesehatan, pengobatan sakit ringan dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah perawatan dokter. Alasan pengobatan sendiri adlah praktis dari segi waktu, kepercayaan terhadap obat tradisional, masalah privasi, biaya lebih murah, jarak yang jauh ke pelayanan kesehatan dan kurang puas terhadap pelayanan kesehatan. (Supardi dkk, 2011).

Perilaku penduduk yang memilih pengobatan dirumah penduduk yang berobat jalan dalam kurun waktu setahun menurut Riskesdas 2007 sebesar 1,6% sementara menurut data Susenas 2007 penduduk yang memilih berobat dirumah sebesar 57,7%, pengobatan medis 35,5% dan pengobatan trasdisional 6,8%. (Supardi dkk, 2011).

Menurut Supardi dkk (2011) karakteristik penduduk sakit yang memilih pengobatan dirumah persentase terbesar adalah jenis kelamin perempuan, status perkawinan cerai hidup/ mati, kelompok umur pralansia/ lansia, tidak bekerja, lokasi tinggal dipedesaan dan jenis kebutuhan sakit malaria dan demam tipoid.

 Pengobatan Tradisional

Pengobatan tradisional merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern dan dipergunakan sebagai alternative atau pelengkap pengobatan kedokteran modern tersebut. (Kurniasari, 2011)

Ramuan tradisional adalah media pengobatan yang menggunakan tamanan dengan kandungan bahan-bahan alamiah sebagai bahan bakunya. (Agromedia, 2008).

Kecendrungan meningkatnya penggunaan obat tradisional disadari pada beberapa alasan yaitu harga obat-obatan buatan pabrik saat ini sudah semakin mahal, efek samping yang ditimbulkan oleh obat tradisional sangat kecil dan kandungan unsure kimia yang terkandung didalam obat tradisional sebenarnya menjadi dasar pengobatan kedokteran modern. (Agromedia, 2008).

Dari hasil penelitian Herlina (2001) menunjukkan bahwa variabel sikap dan pekerjaan berhubungan dengan pemilihan pengobatan alternative. Sementara umur, pendidikan, pendapatan, pengetahuan dan keyakinan didak berhubungan dengan pemilihan jenis pengobatan alternatif. Dari variabel-variabel tersebut, yang paling dominant hubungannya dengan pemilihan jenis pengobatan alternatif adalah sikap. Proporsi pengobatan alternatif yang memilih jenis ketrampilan adalah 62% yang terdiri dari 49% ditolong oleh tukang pijat, 10% oleh tukang pijat refleksi dan 3% oleh sinshe akupuntur. Sementara itu proporsi yang memilih pengobatan alternative jenis ramuan obat adalah 38% terdiri dari ramuan 19%, penjual jamu 16%, tabib 2% dan pengobatan dengan menggunakan pendekatan agama yang dipadukan dengan ramuan 1%.

   

 Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan-epidemiologi. Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau kematian menurut golongan umur. . (Syafruddin dkk, 2009).

Untuk keperluan perbandingan maka WHO menganjurkan   pembagian-pembagian umur sebagai berikut (Syafruddin dkk, 2009):

a.       Menurut tingkat kecerdasan

1)      0-14 tahun            : Bayi dan anak-anak

2)      15-59 tahun           : Orang muda dan orang dewasa

3)      > 50 tahun            : Orang tua

b.      Interval 5 tahun

1)      < 1 Tahun              : 1-4 tahun

2)      5-9 Tahun

3)      10-14 tahun dan sebagainya

            Menurut teori perkembangan psikososial Erikson, dikutip dari Whalley & Wong’s (1999), tahap perkembangan manusia menurut umur di bagi dalam 8 tahapan. Tiga diantaranya berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut (Maulana, 2008):

a.       < 20 tahun

b.      21-35 tahun

c.       > 35 tahun

Penelitian Supardi dkk (2011) mengatakan bahwa sebagian besar berusia antara 26-35 tahun (28,8%) yang berobat ke Puskesmas dan proporsi penduduk yang memilih berobat di rumah lebih banyak pada kelompok umur pra lansia atau lansia.

 Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan suatu akibat dari dimorfisme seksual, yang pada manusia dikenal menjadi laki-laki dan perempuan. (Wikipedia, 2011).

Jenis kelamin dikaitkan pula dengan aspek gender, karena terjadi diferensiasi peran sosial yang dilekatkan pada masing-masing jenis kelamin. Pada masyarakat yang mengenal “machoisme”, umpamanya, seorang laki-laki diharuskan berperan secara maskulin (“jantan” dalam bahasa sehari-hari) dan perempuan berperan secara feminin. (Wikipedia, 2011).

Setiap masyarakat menekankan peran tertentu yang setiap jenis kelamin harus bermain, meskipun ada lintang luas dalam perilaku yang dapat diterima untuk setiap gender. (Anonim, 2011).

Karakteristik penduduk yang memilih pengobatan di rumah proporsi terbesar adalah berjenis kelamin perempuan. (Supardi dkk, 2011)

Begitu juga dengan penelitian Supardi dkk (2004) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pasien berobat ke Puskesmas sebagian besar adalah perempuan (56,4%).

   Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan dasar dalam pengembangan wawasan serta untuk memudahkan bagi seseorang untuk menerima pengetahuan, sikap dan perilaku yang baru. Tingkat pendidikan formal yang pernah diperoleh seseorang akan meningkatkan daya nalar seseorang dan jalan untuk memudahkan seseorang untuk menerima motivasi. (Syaer, 2011).

Tingkat pendidikan seseorang dapat menentukan peminatan kesehatan, tinggi rendahnya permintaan terhadap pelayanan kesehatan dapat ditentukan oleh tinggi rendahnya pendidikan. Indikatornya adalah pendidikan terakhir, berpendidikan rendah tetap memanfaatkan pelayanan kesehatan dan tahu manfaat pelayanan kesehatan. (Syaer, 2010).

Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, yaitu tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional terbagi atas tiga tingkat pendidikan formal yaitu pendidikan dasar (SD/Madrasah Ibtidaiyah serta SMP/Madrasah Tsanawiyah), pendidikan menengah (SMU/Madrasah Aliyah dan sederajat) serta pendidikan tinggi (Akademi dan Perguruan tinggi). (Maulana, 2008).

Dari hasil penelitian Supardi dkk (2011) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pasien berobat ke Puskesmas diperoleh karakteristik pasien rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas adalah pendidikan SD (tamat/ tidak tamat SD). Persentase pasien dengan pendidikan dasar lebih cenderung rawat inap di Puskesmas dibandingkan dengan yang berpendidikan lanjutan.

 

   Pendapatan/ penghasilan

Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. (Syafruddin dkk, 2009).

Berdasarkan peraturan Gubernur Aceh tahun 2011 upah minimal regional daerah Aceh sebesar Rp 1.350.000 perbulan. Ini menggambarkan bahwa penghasilan keluarga minimal untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar keluarga di Aceh adalah Rp 1.350.000 perbulan. Pengasilan menurut (Pergub Aceh) ada 3 kategori :

Tinggi        :  > Rp 1.350.000 perbulan

Sedang      : Rp 650.000 sampai Rp.1.350.000 perbulan

Rendah      : < Rp 650.000

Tingkat pendapatan yang memadai akan memberikan kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar untuk datang ke fasilitas kesehatan, memeriksakan diri, serta mengambil obat. Hal ini dapat dihubungkan dengan biaya transport yang dimiliki. Jadi dari tingkat pendapatan yang memadai dapat diharapkan penderita akan berobat secara teratur walaupun jarak ke tempat pelayanan kesehatan jauh. (Syaer, 2010).

Maya Kurniasari (2011), mengatakan faktor ekonomi ikut berperan dalam pemilihan tempat pengobatan. Hal ini dapat dilihat dari klasifikasi pasien yang datang ketempat pengobatan tradisional sebagian besar pekerjaannya adalah buruh kasar, sopir dan tukang parkir.

    Pekerjaan

Menurut Daryanto (1997) pekerjaan adalah kegiatan rutin yang dilakukan subjek penelitian diluar rumah yang menghasilkan imbalan materi maupun uang. (Nurhasanah, 2008).

Nurhasanah (2008) membagi pekerjaan menjadi 2 yaitu bekerja dan tidak bekerja. Bekerja apabila subjek penelitian memiliki kegiatan rutin yang dilakukan diluar rumah yang menghasilkan imbalan materi maupun uang. Sedangkan tidak bekerja apabila subjek penelitian tidak memiliki kegiatan rutin yang dilakukan diluar rumah yang menghasilkan imbalan materi maupun uang.

Pekerjaan adalah penduduk yang berpotensial dapat bekerja, yang dapat memproduksi barang atau jasa ada permintaan terhadap tenaga mereka mau berpartisipasi dalam rangka aktifitas tersebut. Menurut Labor Force Consepth, yang digolongkan bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan, baik mereka yang bekerja penuh maupun tidak. Pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk mencari atau mendapatkan nafkah. (Syaer, 2011).

Bekerja atau tidaknya seseorang akan turut berpengaruh peminatan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, semakin baik jenis pekerjaan dari seseorang semakin tinggi permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Indikatornya adalah mempunyai pekerjaan tetap memanfaatkan pelayanan kesehatan walaupun harus meninggalkan pekerjaan. (Syafruddin Syaer, 2010).

Persentase pasien tidak bekerja yang rawat jalan di Puskesmas lebih besar daripada yang bekerja. Hubungan antara pekerjaan pasien dan perilaku pasien rawat jalan di Puskesmas secara statistik bermakna. (Supardi dkk, 2011).

Hasil penelitian Herlina (2001) menunjukkan bahwa variabel sikap dan pekerjaan berhubungan dengan pemilihan jenis pengobatan alternatif.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *