Kecintaan kita Sama
Mengawali tulisan ini, alangkah baiknya kita menyimak apa yang pernah di ucapkan oleh sahabat sekaligus pelayan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam Anas bin Malik radhyallahu anhu.
شَهِدْتُهُ يَوْمَ دَخَلَ الْمَدِينَةَ فَمَا رَأَيْتُ يَوْمًا قَطُّ، كَانَ أَحْسَنَ وَلَا أَضْوَأَ مِنْ يَوْمٍ دَخَلَ عَلَيْنَا فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَشَهِدْتُهُ يَوْمَ مَوْتِهِ، فَمَا رَأَيْتُ يَوْمًا كَانَ أَقْبَحَ، وَلَا أَظْلَمَ مِنْ يَوْمٍ مَاتَ فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“ Aku menyaksikan Nabi ketika pertama kali masuk kota Madinah, maka aku tidak pernah melihat satu haripun yang lebih indah dan lebih bercahaya dari hari dimana Rasulullah shallallahu álaihi wasallam masuk bertemu kami. Dan aku juga menyaksikan hari dimana beliau wafat, maka aku tidak pernah melihat hari yang lebih buruk, lebih gelap dari hari wafatnya Rasulullah shallallahu álaihi wasallam ” (HR Ad-Darimi no 89 dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Seluruh para sahabat seolah tak percaya akan berita kematian Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, mereka masih meyakini bahwa beliau pergi hanya sesaat, seperti Musa alaihissalam yang pergi meninggalkan kaumnya hanya beberapa hari saja. Sampai, tibalah Abu Bakar Ash Shiddiq radhyallahu anhu berdiri dihadapan manusia dan berkata :
أَمَّا بَعْدُ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَإِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ مَاتَ، وَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ يَعْبُدُ اللَّهَ فَإِنَّ اللَّهَ حَيٌّ لاَ يَمُوتُ
” Amma ba’du, barang siapa di antara kalian yang menyembah Muhammad maka sesungguhnya beliau telah mati, dan barang siapa di antara kalian yang menyembah Allah, sesungguhnya Allah itu Maha hidup dan tidak akan mati. “
Lalu beliaupun membaca ayat..
(وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولࣱ قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِهِ ٱلرُّسُلُۚ أَفَإِی۟ن مَّاتَ أَوۡ قُتِلَ ٱنقَلَبۡتُمۡ عَلَىٰۤ أَعۡقَـٰبِكُمۡۚ وَمَن یَنقَلِبۡ عَلَىٰ عَقِبَیۡهِ فَلَن یَضُرَّ ٱللَّهَ شَیۡـࣰٔاۗ وَسَیَجۡزِی ٱللَّهُ ٱلشَّـٰكِرِینَ)
” Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika ia wafat atau di bunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?, Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. “ (QS Ali Imran:144).
Suasana mulai berubah, seluruh para sahabat sadar bahwa orang yang selama ini mereka cintai melebihi orang tua, anak bahkan manusia manapun kini telah tiada. Kesedihan luar biasa menyelimuti hati mereka, setiap kali mereka hadir ke masjid, seolah-olah Rasulullah masih ada bersama mereka dan mengimami shalat di masjid. Wajah Rasulullah selalu ada menyertai mereka, maka tidaklah heran di saat Bilal bin Rabah radhyallahu anhu tersungkur dan menangis di saat melafadzkan adzan tersebut nama baginda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Sejak saat itulah, beliau memutuskan untuk tidak mengumandangkan azan, dan pergi meninggalkan kota madinah.
Saudaraku..!
Kesedihan kita yang tidak pernah melihat baginda Rasululullah shalallahu alaihi wasalam, tidaklah sebanding dengan kesedihan para sahabat pada waktu itu. Akan tetapi, hendaknya kita memiliki Kecintaan yang sama kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, agar kita dapat membersamai beliau di dalam syurga..😭😭😭😭
اللَّهُمّ إِنِّي أَسْأَلُكَ إِيمَانًا لاَ يَرْتَدُّ، وَنَعِيمًا لاَ يَنْفَدُ، وَمُرَافَقَةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم فِي أَعْلَى جَنَّةِ الْخُلْدِ
” Ya Allah, aku memohon kepada-Mu keimanan yang tidak membimbangkan, kenikmatan yang tidak ada habis-habisnya, dan membersamaii nabi-Mu Muhammad saw di surga tertinggi yang kekal. “
Ditulis oleh Ustadz Muhammad Abu Usamah