PERENCANAAN KETENAGAAN KEPERAWATAN
Masalah ketenagaan di fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya tenaga keperawatan di rumah sakit perlu mendapatkan perhatian khusus dari pihak manajerial dengan suatu visi perencanaan yang jauh ke depan. Hal ini sangat penting, mengingat produk yang ditawarkan oleh suatu rumah sakit adalah suatu pelayanan jasa yang berbentuk instan, sehingga aspek ketenagaan khususnya tenaga keperawatan memegang peranan yang sangat besar. Kekurangan tenaga keperawatan, baik dalam arti kuantitas maupun kualitas akan sangat mengganggu kualitas produk yang ditawarkan dan hal ini akan berdampak kepada citra pelayanan keperawatan yang diberikan kepada konsumen oleh sebuah rumah sakit. Hal lain yang perlu juga mendapat perhatian bahwa pengadaan tenaga yang dibutuhkan oleh sebuah rumah sakit tidak dapat dilakukan dalam seketika, kalaupun tenaga tersebut tersedia namun perlu adanya penyesuaian dan membutuhkan waktu sebelum tenaga tersebut digunakan dengan optimal.
Perencanaan tenaga keperawatan adalah proses estimasi terhadap jumlah sumber daya keperawatan berdasarkan tempat, ketrampilan, dan perilaku yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan keperawatan. Dengan kata lain, meramalkan atau memperkirakan siapa mengerjakan apa, dengan keahlian apa, kapan dibutuhkan dan berapa jumlahnya. Untuk memudahkan perencanaan tenaga keperawatan di rumah sakit dapat dilakukan dengan melakukan analisis situasi tenaga keperawatan yang ada dan menghitung kebutuhannya. Analisis kebutuhan tenaga keperawatan tentunya tidak logis kalau terlalu sering dilakukan, jadi perlu adanya gejala-gejala yang harus dikenali sehingga memang diperlukan suatu analisis tentang kondisi ketenagaan keperawatan di rumah sakit tersebut.
Gejala-gejala yang perlu dikenali untuk melakukan suatu analisis tenaga keperawatan di rumah sakit adalah:
- Adanya penambahan atau perubahan jumlah tempat tidur.
Dengan adanya penambahan jumlah tempat tidur maka rasio jumlah perawat per tempat tidur otomatis akan berubah, oleh karenanya perlu dilakukan analisis apakah tenaga yang ada memang dapat mendukung adanya penambahan beban kerja akibat dari penambahan jumlah tempat tidur. Umumnya penambahan jumlah tempat tidur sudah direncanakan jauh sebelumnya, sehingga antisipasi untuk penambahan dan perubahan tenaga keperawatan dapat dilakukan sekaligus pada waktu perencanaan penambahan jumlah tempat tidur dilakukan.
2. Adanya penambahan atau perubahan fasilitas pelayanan.
Masalah ini juga merupakan suatu hal yang bisa diantisipasi, sehingga penambahan atau pengaturan tenaga keperawatan bisa disesuaikan dengan jenis penambahan atau perubahan fasilitas pelayanan yang akan dilakukan di suatu rumah sakit.
3. Adanya penurunan motivasi, prestasi dan kepuasan kerja dari tenaga perawat yang ada.
Gejala penurunan motivasi, prestasi maupun kepuasan kerja dapat terlihat secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara kualitatif misalnya terlihat dari semangat kerja yang menurun, pekerjaan yang semakin lambat selesai, terlambat datang, cepat pulang dan semacamnya. Sedangkan secara kuantitatif dapat dilihat dari jumlah absensi yang semakin banyak, waktu penyelesaian pekerjaan yang semakin lambat, dan melalui hasil survei berkala tentang prestasi maupun kepuasan kerja yang menurun. Gejala ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya: suasana manajemen yang kurang menyenangkan, gaya kepemimpinan yang kurang memperhatikan bawahan, reward yang tidak sesuai dengan beban kerja, atau beban kerja yang terlalu berat. Jika beban kerja yang dikeluhkan oleh tenaga keperawatan, maka sudah waktunya untuk melakukan analisis situasi tenaga keperawatan.
4. Adanya keluhan pasien tentang pelayanan yang diterima.
Keluhan pasien merupakan gejala pelayanan keperawatan yang tidak memuaskan yang dapat disebabkan antara lain oleh masalah tenaga, fasilitas, maupun biaya. Secara obyektif dapat dilihat apakah memang keluhan tersebut bersifat kasus, mengenai tenaga tertentu, atau secara menyeluruh. Keluhan-keluhan pasien yang dapat dijadikan dasar perlunya analisis tenaga adalah: survei kepuasan pasien menunjukkan penurunan dan lamanya waktu tunggu pasien, baik di admission, menerima pelayanan di rawat jalan, masuk ke pelayanan rawat inap, menerima pelayanan di rawat inap, menunggu obat, maupun sewaktu akan pulang.
ANALISIS SITUASI TENAGA KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT.
Dalam melakukan analisis situasi tenaga keperawatan di rumah sakit, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para perencana ketenagaan, antara lain:
- Analisis Beban Kerja Perawat.
Analisis beban kerja perawat dapat dilakukan dengan menghitung beban kerja personel, secara umum terdapat tiga macam cara penghitungan beban kerja:
Work Sampling.
Teknik ini merupakan pengembangan dari dunia industri untuk mengetahui beban kerja personel pada suatu unit, bidang, ataupun jenis tenaga tertentu dengan cara mengamati. Pada work sampling hal-hal yang dapat diamati adalah: 1) Aktivitas apa yang sedang dilakukan oleh seorang perawat pada waktu jam kerja. 2) Apakah kegiatan perawat berkaitan dengan fungsi dan peran tugasnya pada waktu jam kerja. 3) Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif dan tidak produktif. 4) Pola beban kerja perawat dikaitkan dengan waktu, schedule jam kerja. Jadi, pada work sampling yang diamati adalah aktivitas atau kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat dalam menjalankan tugasnya sehari-hari di ruang kerjanya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan survei beban kerja perawat dengan teknik work sampling: 1) Tentukan jenis personel perawat yang ingin diamati. 2) Bila personel jumlahnya banyak, perlu dilakukan pemilihan sampel sebagai subjek personel yang akan diamati. 3) Membuat formulir daftar kegiatan perawat yang dapat diklasifikasi sebagai kegiatanproduktif, kegiatan keperawatan langsung atau tidak langsung sesuai dengan fungsi dan peran perawat. 4) Melatih pengamat sesuai kebutuhan. 5) Menentukan interval waktu pengamatan produktif atau tidak, biasanya 2 sampai dengan 15 menit/ perawat dan tergantung kebutuhan.
Rumus untuk teknik work sampling dan penentuan beban kerja:
Jumlah perawat yang diamati X 60 menit/ interval waktu pengamatan X 24 jam X Jumlah hari pengamatan = Jumlah sampel pengamatan. Kemudian jumlah waktu untuk kegiatan produktif (keperawatan langsung dan tidak langsung) dan kegiatan pribadi serta non produktif dihitung perbandingannya. Bila waktu yang digunakan ≥ 80 % untuk aktivitas keperawatan produktif (keperawatan langsung dan tidak langsung), maka dapat disimpulkan beban kerja perawat di unit tersebut tinggi. Perlu diingat bahwa teknik ini tidak untuk mengukur kualitas pekerjaan.
Time and Motion Study.
Pada teknik Time and Motion Study, pengamat akan mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat. Pada teknik ini, pertama perawat yang akan dijadikan sebagai sampel pengamatan harus ditentukan terlebih dahulu. Kedua, pembuatan kegiatan perawat yang akan diamati diklasifikasi menjadi kegiatan profesional dan non profesional serta waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Teknik ini sangat berpatokan kepada standar.
Daily log.
Pada teknik ini perawat menulis sendiri kegiatan keperawatan yang dilakukan dan waktu yang digunakan untuk kegiatan tersebut pada formulir yang telah disediakan. Kegiatan yang dicatat menyangkut semua yang dilakukan perawat beserta waktunya sejak perawat masuk ke tempat kerja sampai dengan pulang. Kerja sama dan kesediaan untuk menuliskan secara jujur dan apa adanya dari kegiatan yang dilakukan serta waktu yang dibutuhkan, menjadi kunci kesuksesan teknik Daily Log.
Analisis persediaan.
Dalam melakukan analisis persediaan tenaga keperawatan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
- Jumlah dan kualifikasi tenaga keperawatan yang ada.
- Jumlah personel yang keluar karena meninggal dunia, pensiun, pindah, dan tugas belajar atau pelatihan.
- Jumlah personel yang masuk karena pindah dari tempat lain maupun yang aktif kembali.
- Analisis kebutuhan tenaga.
- Metode rasio.
- Standar metode rasio menurut SK Menkes RI No. 262 tahun 1979
- Formula Gillies.
- Formula Lokakarya PPNI.
- Formula Nina.
- Formula UGD.
- Formula ICU.
SUMBER / REFERENSI DIKUTIP DARI : Hajjul Kamil,( 2000 ) Bahan Kuliah Manajemen Keperawatan, PSIK-FK Unsyiah Banda Aceh.