PAK BAGUS…
Ada seorang teman, Pak Bagus namanya.
Beliau adalah seorang guru yang sangat ceria, menyenangkan dan kocak.
Siapapun yang berada di dekatnya merasa gembira ria.
Keunikannya adalah bahwa ia selalu berkata, “Bagus itu!” untuk segala hal.
Di matanya segalanya adalah karunia.
Hujan?
“Bagus itu, banyak berkah, saatnya berdoa”
Sakit?
“Bagus itu, saatnya untuk beristirahat”
Tidak naik kelas?
“Bagus itu, jadi kamu bisa belajar lebih dalam”
Dipecat?
“Bagus itu, saatnya belajar sungguh-sungguh menjadi pengusaha”
Di sisi lain ia perfeksionis luar biasa.
Ia bisa melihat kesalahan sampai titik koma sekalipun.
Bedanya dengan guru lain, ia tak pernah marah hanya gara-gara kurang titik koma.
Ia akan dengan sangat teliti memberikan masukan.
“Tulisan kamu bagus. Kamu cukup kritis dan analitis. Supaya lebih sempurna, coba pelajari bagaimana kamu bisa menyusun kata-kata agar lebih meyakinkan.
Bagus itu, kamu jadi tahu dan bisa belajar lebih baik lagi.”
“Bagus itu” tak pernah ketinggalan.
Baginya semua muridnya punya perjalanannya masing-masing.
Tak ada yang bodoh, tak ada yang kurang ajar.
Semua “bagus” dan bisa dibantu untuk “lebih bagus lagi.”
Di sinilah perannya sebagai seorang guru, untuk memberdayakan muridnya agar bisa mengeluarkan potensi terbesarnya.
Sebagai guru ia memilih untuk menjadi fasilitator, bukan instruktur.
Ia memilih untuk bertanya, dan bukan memerintah.
Ia memberdayakan, bukan mengoreksi.
Hal yang sama dilakukannya juga untuk semua temannya.
Tak ada korban gossip di matanya, karena semua orang “bagus” dan “hebat.”
Ia bisa melihat kebaikan dari semua hal-hal sampai yang terkecil.
Istrinya, anaknya, teman-temannya, semua adalah berlian-berlian dalam hidupnya yang benar-benar disyukurinya.
Tak ada yang buruk, semua bagus.
Pak Bagus tak bisa dibilang ganteng,
tapi melihat wajahnya semua orang merasa teduh.
Wajah yang senyum terus.
Ia tak bisa dibilang kaya raya, tapi ia selalu sejahtera, selalu bisa berbagi dan menjadi tangan di atas.
Rejekinya adaaaaa saja. Seakan keberuntungan selalu ada di pihaknya.
“Hoki” kalau kata orang.
Ia jarang sakit, dan keluarganya pun jarang sakit. Jadi hemat sekali mereka sebagai keluarga.
Itulah dia Pak Bagus, sebuah karunia bagi semua yang ada di sekitarnya.
Karena kita semua tak bisa mengeluh, tak bisa bergossip, tak bisa marah, karena semua dijawab dengan, “Bagus itu!”
Dan teman-temannya yang sudah siap mengeluh pun jadi berfikir, “Ia juga ya. Keluhanku itu sebenarnya bagus. Kenapa nggak terfikir kemarin-kemarin ya?”
Nah, teman-teman, kalau ada yang mau mengeluh, bayangkan ada Pak Bagus di samping dan langsung saja bilang, “Bagus itu.” Kata Itu dulu.
Nanti otak kita akan langsung mencerna dan mencari “bagusnya” di mana.
Otak pintar kok. Ia akan menyesuaikan diri pada kata-kata kita.
Kalau ada yang mau gossip dekat kita, gossipin orang yang suka marah-marah. Langsung jawab, “Dia suka marah-marah? Bagus itu. Jadi kita tahu dimarahin itu nggak enak maka sebaiknya kurangilah kemarahan kita pada orang lain.
Sekarang kamu punya jalan dapat pahala kan?”
Kalau ada yang kesal gara-gara kehilangan barang, “Bagus itu. Siapa tahu kamu kurang sedekah. Bagus cuma kehilangan barang itu. Kalau hidupmu yang diambil, gimana?”
Ada yang nangis baru diceraikan
“Bagus itu. Kamu bisa mendapatkan orang yang lebih baik lagi.”
Semua bagus/Ada Hikmahnya…
Karena semua kejadian terjadi sebagai akibat atas perbuatan kita sendiri, dan semua mengajarkan kepada kita untuk menanam kebajikan, agar kita memanen kebajikan pula.
Kita saja yang seringkali sulit mencari hikmah di balik semua kejadian.
Semua orang pun baik apa adanya, karena di dalam diri semua orang, bersemayamlah Sang Maha Bagus.
Semua yang hadir dalam kehidupan kita memberi pelajaran, agar kita bisa lebih bagus lagi dalam hidup, lebih dekat lagi dengan sesama kita, dan bersedia mempersembahkan yang paling bagus buat sesama kita.
Semua bagus.
Semua indah.
Semua Ada Hikmahnya.
#kirimansahabat