Konsep DEMENSIA

1.Pengertian

Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive). Grayson (2004 dalam Kusumawati, 2009) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.

Menurut Wibowo (2007) demensia adalah sindrom klinik penurunan fungsi intelektual akibat penyakit di otak. Sindrom ini ditandai oleh gangguan kognitif, emosional dan psikomotor yang menyebabkan penderita tak mampu mengikuti aktifitas sosial dan mengurus diri sendiri. Gangguan kognitif pada demensia menyebabkan perubahan tingkah laku yang sederhana pada demensia tingkat ringan, sampai perubahan tingkah laku yang sangat mengganggu dan melelahkan fisik dan psikis bagi yang merawat.

Sedangkan Allison (2008:59) menjelaskan bahwa dimesia adalah suatu sindroma organik yang ditandai oleh kemunduran global bertahap dari fungsi mental yang lebih tinggi tanpa adanya gangguan kesadaran.

2.  Penyebab

Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan. Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain (Kusumawati, 2009).

Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya. Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir (Kusumawati, 2009).

Menurut Allison (2008:59) penyebab-penyebab tersering lebih dari 90% kasus dimensia disebabkan oleh penyakit Alzheimer, dimensia vaskuler, dimensia badan, penyakit pick, hidrosefalus tekanan normal dan penyakit prion.

3 . Gejala

Menurut artikel Alzheimer Australia (2005) proses dimensia yaitu tanda-tanda awal demensia sangat lemah dan samar-samar, dan mungkin tidak segera menjadi jelas. Tanda-tanda awal juga mungkin sangat bervariasi. Namun biasanya orang mengamati ada masalah dengan ingatan, khususnya dalam mengingat peristiwa yang belum lamaterjadi. Gejala umum lainnya termasuk: bingung, perubahan kepribadian, apatis dan menyendiri,kehilangan kemampuan melakukan tugas sehari-hari.

David (2004) membagi gejala dimensia dalam dua stadium yaitu:

  1. Stadium dini

Dampaknya berupa perubahan samar-samar dalam kepribadian, ketrampilan sosial terganggu, berkurangnya minat dan ambisi, afek yang labil dan dangkal, agitasi, sejumlah keluhan stomatik, gejala psikiatrik yang samar dan penurunan bertahap kemampuan intelektual dan ketajaman pikiran.

  • Stadium lanjut

Sebagian gambaran yang muncul yaitu:

  1. Penurunan memori atau daya ingat, biasanya yang menurun adalah daya ingat segera atau daya ingat peristiwa jangka pendek seperti lupa akan janjinya, berita-berita, orang yang baru dijumpainya atau tempat yang baru saja dikunjunginya.
  2. Perubahan mood dan kepribadian, mula-mula depresi, ansietas, dan atau iritabilitas kemudian menarik diri dan apatis.
  3. Penurunan daya orientasi, terutama orientasi waktu seperti nama hari, tanggal, bulan, tahun dan musim, dan juga orientasi tempat smpai ketahap yang berat terhadap orientasi orang.
  4. Gangguan fungsi intelektual, pasien menjadi kurang tajam dibandingkan biasanya.
  5. Gangguan daya nilai, dimana penderita tidak mengantisipasi akibat dari perbuatannya.
  6. Gangguan psikotik, seperti halusinasi, ilusi, delusi, pre okupasi yang tidak tergoyahkan.
  7. Gangguan berbahasa, sering kali samar dan kadang-kadang hampir mutisme.

4.  Pencegahan

Menurut YLSA (2010) pencegahan dimensia yang dapat dilakukan berupa:

  1. Melatih otak dan merangsang fungsi otak agar tidak menurun drastis, yaitu dengan tetap memelihara daya konsentrasi dan belajar memperhatikan apa yang sedang kita lakukan
  2. Mengkonsumsi makanan bergizi, seperti telur, vitamin B 12, makanan yang mengandung zat besi, kacang-kacangan, tepung gandum dan biji-bijian
  3. Menghindari minuman yang mengurangi daya ingat seperti alkohol.

5 . Kriteria Derajat Dimensia

Menurut Annonymous (2011) kriteria derajat dimensia terdiri dari:

  1. Ringan : walaupun terdapat gangguan berat daya kerja dan aktivitas sosial, kapasitas untuk hidup mandiri tetap dengan higiene personal cukup dan penilaian umum yang baik.
    1. Sedang: hidup mandiri berbahaya diperlukan berbagai tingkat suportivitas.
    2. Berat: aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu sehingga tidak berkesinambungan, inkoherensi.

Katagori Dimensia menurut Kelliat (2005) yaitu:

  1. Stadium ringan (MMSE 21-30) yaitu:
  2. Kemunduran fungsi kognitif diantaranya: mengingat, menemukan kata-kata, menyekesaikan masalah, pertimbangan dan berhitung
  3. Kemunduran kemampuan yaitu keja, memasak, membaca, menulis dan hobi
  4. Kemunduran prilaku yaitu apatis, menarik diri, depresi dan cepat tersinggung
  5. Stadium sedang (MMSE 10-20) yaitu:
  6. Kemunduran fungsi kognitif diantaranya: memori jangka pendek, bahasa, tilikan dan orientasi
  7. Kemunduran kemampuan yaitu lupa tempat barang, nyasar dan sulit berdandan.
  8. Kemunduran prilaku yaitu waham, depresi, pergi tanpa tujuan, insomnia dan agitasi
  1. Stadium berat (MMSE <10) yaitu:
  2. Kemunduran fungsi kognitif diantaranya: atensi, kekurangan ADL, bahasa, pertimbangan dan berhitung
  3. Kemunduran kemampuan yaitu ADL mendasar, berpakaian, merapikan diri, mandi, makan, BAB/BAK, berjalan dan gerakan
  4. Kemunduran prilaku yaitu agitasi, verbal, fisika dan insomnia

6. Pengukuran Demensia pada Lansia menurut MMSE

 Data subjektif didapatkan melalui wawancara dengan menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE) untuk pemeriksaan fungsi kognitif.

MMSE dilakukan  untuk mengkaji fungsi kognitif yang mencakup orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi serta mengingat dan bahasa.

Tabel 2.1 Mini Mental State Examination

Nama pasien: ………                  Nama Pewawancara: …………………

Usia pasien  : ……                        Tanggal Wawancara: ………………….

Pendidikan  : ………                     Waktu wawancara   : ……………

Skor maxSkor pasienPertanyaanKet
5 Sekarang (hari), (tgl), (bulan), (tahun), siang/malam? Musim?Orientasi
5 Sekarang kita berada dimana? (lorong), (dusun), (kelurahan), (Kabupaten), (propinsi)Orientasi
3 Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda; almari, sepatu, buku, satu detik untuk setiap benda. Lansia mengulang ke 3 nama benda tersebut. Berikan nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar.Registrasi
5 Hitunglah mundur dari 10.000 ke bawah dengan pengurangan Rp. 1000 dari Rp. 10.000 ke bawah (nilai 1 untuk jawaban yang benar), berhenti setelah lima hitungan (9.000, 8.000, 7.000, 6.000, 5.000).Atensi dan Kalkulasi
3 Tanyakan kembali nama 3 benda yang telah di sebutkan diatas. Berilah nilai 1 untuk setiap  jawaban benar.Mengingat
9               Apakah nama benda ini? Perlihatkan pensil dan jam tangan (nilai 2) jika jawaban benarUlangi kalimat berikut: “ saya ingin sehat” (nilai 1)Laksanakan 3 buah perintah ini: “penganglah selembar kertas dengan tangan kanan, lipatlah kertas itu pada pertengahan dan letakkan  di lantai!: (nilai 3)Bacalah dan laksanakan perintah berikut:” pejamkan mata anda!” (nilai 1)Tulislah sebuah kalimat: Allahu Akbar dalam bahasa Arab” (nilai 1)Tirulah gambar ini: pohon (nilai 1)Bahasa        

Sumber Keliat, 2005

Hasil :   Nilai 21-30: Demensia Ringan

             Nilai 11-20: Demensia Sedang

          Nilai < 10  : Demensia Berat (Stadium lanjut)

(Kelliat, 2005)

7. Pengobatan

Menurut David (2004) terapi suportif yang diberikan berupa:

  1. Berikan perawatan fisik yang baik misalnya nutrisi yang bagus, alat bantu dengar dan alat proteksi
  2. Pertahankan penderita dalam lingkungan yang sudah dikenalnya dengan teman lamanya dan benda-benda yang biasa dekat dengannya
  3. Pertahankan keterlibatan penderita melalui kontak personal, orientasi yang sering dll
  4. Bantu untuk mempertahankan rasa percaya diri
  5. Hindari kegelapan dan lingkungan yang terisolasi

Menurut Keliat (2005) pengelolaan pasien dengan dimensia diantaranya:

  1. Pengawasan
  2. Supervisi dan perawatan di rumah
  3. Rujuk ke fasilitas kesehatan lanjut usia

Menurut UU No. 36 tentang kesehatan  Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan martabat kemanusiaan. Murwani (2010:4) menjelaskan bahwa usia lanjut suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun.

Sedangkan Hurlock (2005) menjelaskan bahwa usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu suatu priode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu.

Lansia adalah mereka yang telah berusia 65 tahun keatas. Durmin (1992) membagi lansia menjadi young elderly (65-74 tahun) dan older elderly  (>75 tahun) (Arisman, 2008)

Batasan Usia Lanjut

Menurut WHO dalam Murwani (2010:6) lanjut usia meliputi:

  1. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun
  2. Usia lanjut (ederly) antara 60-74 tahun
  3. Usia tua (old) antara 75-90 tahun
  4. Usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun

Sedangkan Setyonegoro dalam Murwani (2010:6) pengelompokan usia lanjut meliputi:

  1. Usia dewasa muda (ederly aduhood), usia antara 18 atau 20-25 tahun
  2. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas yaitu usia diantara 25-60 tahun atau 65 tahun
  3. Lanjut usia (geriatric age), lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi untuk umur 70-75 tahun (young old), umur 75-80 tahun (old) dan lebih dari 80 tahun (very old).

Penampilan Berbagai Penyakit Pada Usia Lanjut

Menurut Sasmita (2011) fungsi masing-masing organ pada usia lanjut menurun secara kualitatif maupun kuantitatif. Tubuh manusia akan mengalami proses degeneratif. Perubahan fungsional pada usia lanjut, sebagaimana kesimpulan hasil survei literatur oleh Federal Aviation Administration, USA, dapat dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu:

  1. Kemunduran pada fungsi psikoneurologi (faktor-faktor persepsi) yang menyangkut penglihatan dan pendengaran.
  2. Kemunduran pada fungsi mental. Termasuk diantaranya daya kognisi (kecerdasan, kemampuan berhitung, dan penguasaan ruang), kemampuan belajar, daya ingat, mengambil keputusan.
  3. Kemunduran fungsi sensomotorik. Termasuk kemampuan gerakan dan menjalankan tugas yang kompleks.
  4. Kemunduran fungsi neurofisiologis yang meliputi penghantaran saraf otot dan refleks kardiovaskuler, disamping ketahanan terhadap stres dan kelelahan. Berkurangnya kemampuan metabolisme, dan produksi hormon.
  5. Kemunduran kepribadian. Motivasi, temperamen berkurang, tetapi rasa tanggung jawab, daya pengendalian diri, semakin membaik. Tingkah laku dan perhatian terhadap masyarakat menjadi stabil dan lebih sopan.

Dengan lajunya pertambahan usia, yang ditandai dengan gejala berkurangnya kemampuan fisik dan mental seseorang dan kemampuan beradaptasi pada beban kehidupan maka beberapa keadaan patologis dapat mencampuri kehidupan seseorang dan menimbulkan “penyakit tua”.

Referensi :

Allison dkk, 2008, Rujukan Cepat Psikiatri, EGC, Jakarta.

Annonymous, 2010, Pengaruh Umur, Depresi dan Demensia Terhadap Disabilitas Fungsional Lansia, http://www.pdgi-online.com /v2/ index.php?option=com_content&task=view&id=479&Itemid=1, (dikutip tanggal 1 Aguatus 2011).

___________, 2011, Beberapa Masalah dan Gangguan Yang Sering Terjadi Pada Lansia, http://www.smallcrab.com/lanjut-usia/654, (Dikutip tanggal 1 Agustus 2011).

Alzheimer Australia Artikel, 2005, Mendiagnosa Demensia, www.alzheimer. org.au, (Dikutip tanggal 1 Agustus, 2011).

Booklet YLSA, 2010, Bab 3. Tetap Sehat Di Usia Lanjut, Yayasan Lembaga Sabda, Jakarta.

David, 2004, Buku Saku Psikiatri, EGC, Jakarta.

Dewa, 2010, Menjaga Kesehatan di Usia Lanjut dan Mengenali  Berbagai Penyakit Yang Mungkin Timbul, dari beberapa hal terjadi  www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126399-S-5765, (dikutip tanggal 3 Agustus 2011).

Kelliat. B.A, 2005. Modul Basic Course Community Mental Health Nursing. Jakarta

Kemenkes RI, 2010, Profil Kesehatan Indonesia, Kemenkes RI, Jakarta.

Kusumawati dkk, 2009), Kesehatan Reproduksi, Fitramaya, Yogyakarta.

Murwani, 2010, Gerontik, Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Home Care dan Komunitas, Fitramaya, Yogyakarta.

Sasmita, 2011, Menjaga Kesehatan Dan Mengenali Berbagai Penyakit, http://www.sasmitaconsulting.com, Dikutip tanggal 3 Agustus 2011

Trihandini, 2010, Potret Buram Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Di Indonesia, http://www.fkm.ui.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=151&Itemid=9) (tgl akses 3 Agustus 2011)

UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Kesehatan Lansia (Pasal 138).

Wibowo, 2007, Manajemen Demensia Alzheimer dan Demesia Vaskuler, http://abgnet.blogspot.com/2007/09/manajemen-demensia-alzheimer-dan .html, (di kutip tanggal 1 Agustus 2011).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *