Pemuda Islam Tangguh : IBNU ABBAS
By: Abu Nadhirah_
Para ulama pencinta ilmu pasti mengenal siapa Abdullah bin Abbas ra. Putra paman Rasulullah SAW., Abbas bin Abdul Muthalib. Dialah salah satu ‘pewaris’ Rasulullah SAW. dalam berbagai ilmu. Berbagai tafsir dan hadits serta atsar (perkataan) banyak disandarkan kepada beliau. Para ulama hadits mencatat tidak kurang 1.600 hadits diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra.
Keunggulan Ibnu Abbas dalam bidang ilmu diakui oleh para sahabat besar. Ia hampir selalu menjadi rujukan para sahabat dalam berbagai perkara. Sa’ad bin Abi Waqqash ra. berkata, “Tak seorang pun yang kutemui lebih cepat mengerti, lebih tajam berfikir dan lebih banyak dapat menyerap ilmu dan lebih luas sifat santunnya dari Ibnu Abbas! Dan sungguh, kulihat Umar memanggilnya dalam urusan-urusan pelik, padahal sekelilingnya terdapat peserta Badar dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Maka tampillah Ibnu Abbas menyampaikan pendapatnya, dan Umar pun tak hendak melampaui apa katanya!”
Sementara itu Umar bin Khattab sendiri mengagumi keilmuan Ibnu Abbas ra., “Seandainya Ibnu Abbas menyamai usia kami, maka tidak ada seorang pun di antara kami yang mampu menandinginya, walaupun hanya sepersepuluh ilmunya.” Begitu cemerlangnya keilmuan Ibnu ‘Abbas sampai-sampai Umar menjulukinya ‘pemuda tua’, karena mengalahkan kecerdasan para sahabat besar yang lebih tua usianya.
Abdullah bin ‘Abbas juga menjadi guru dari berbagai tabi’in – generasi setelah sahabat – Sa’id bin Jabir bin Hisyam, Mujahid bin Jabar, Ikrimah al-Madani Maula Ibnu Abbas, Thawus bin Kisan al-Yamani, dan ‘Atha bin Abi Rabah. Para muridnya menjuluki Ibnu ‘Abbas sebagai al-Bahr (lautan) karena luas dan kedalaman ilmunya. Beliau juga dijuluki al-Habr (tinta) karena menggoreskan ilmu agama begitu luas pada umat. Sebagian ulama menggelari Ibnu Abbas sebagai Habrul Ummah (tintanya umat).
Keluasan ilmu Ibnu Abbas diceritakan di antaranya oleh salah seorang tabi’in Abu Wa`il Syaqiq bin Salamah [rahimahu]. Ia mengatakan, “Ibnu Abbas berkhutbah kepada kami pada musim haji. Beliau membuka dengan Surat Nur. Beliau membacanya dan menafsirkannya. Aku pun mengatakan, ‘Aku tidak pernah melihat atau mendengar ucapan seseorang yang semisal ini. Anda Persia, Romawi, dan Turki mendengarnya, niscaya mereka akan masuk Islam.”
Apa gerangan yang rahasia Abdullah bin Abbas sehingga bisa menjadi Habrul Ummah?
Pertama,_ berkat doa yang dipanjatkan Nabi SAW. khusus untuknya. Suatu malam Ibnu Abbas menyiapkan air wudhu untuk Rasulullah di waktu malam. Maimunah berkata, “Wahai Rasulullah, yang menyiapkan air wudhu untukmu adalah Ibnu ‘Abbas.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata;
*اللّهُمَّ فَقِّهْهُ فِي الدِّينِ، وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيلَ*
“Ya Allah, pahamkanlah dia terhadap agama dan ajarkanlah (ilmu) tafsir kepadanya.”_ (HR. Ahmad dalam al-Musnad 1/328 dengan sanad yang hasan).
Doa inilah yang menjadi salah satu penguat kecerdasan ‘Abdullah bin Abbas dalam mencari ilmu.
Namun, bukan itu saja, doa takkan berarti tanpa ikhtiar seorang hamba. Abdullah bin ‘Abbas ra. adalah seorang anak muda dan pengemban dakwah visioner. Ia berpikir jauh ke depan. Bahwa masa keemasan para sahabat akan berakhir lalu umat membutuhkan generasi yang bisa mewarisi ilmu mereka. Ibnu Abbas juga paham bahwa salah satu pilar Islam adalah dakwah, dan dakwah tak bisa berjalan tanpa ilmu. Bila dakwah hanya bermodal semangat dan kemauan belaka, maka akan tiba ia akan punah saat menghadapi berbagai persoalan. Maka, Abdullah bin Abbas membekali diri dengan giat mencari ilmu.
Sikap Abdullah bin Abbas ini dipandang aneh oleh banyak pemuda seusianya. Sepeninggal Rasulullah SAW., Ibnu Abbas mengajak pemuda seusianya mendatangi majlis para sahabat. Namun kawannya justru menukas, “Aneh sekali kamu ini, hai Ibnu Abbas! Apakah kamu kira orang-orang akan membutuhkanmu, padahal di kalangan mereka sebagaimana kau lihat banyak terdapat sahabat Rasulullah?”
Demikianlah sikap sebagian besar pemuda, namun Abdullah bin Abbas tetap berangkat ke majlis ilmu. Ketika zaman berganti nampaklah buah kesungguhan Ibnu Abbas. Ia tampil sebagai ulama di tengah para sahabat Nabi dan guru besar bagi para tabiin. Tinggal penyesalan tiada guna di tengah generasi seusia Ibnu Abbas yang tertinggal jauh dengan keilmuan dan perjuangan sahabat Nabi yang masih belia ini.
Ilmu yang dimiliki Abdullah bin Abbas digunakan sebagai dakwah, bukan sekedar untuk kepuasan intelektual. Saat tiba masa menantu Rasulullah SAW. menjadi khalifah, Ali bin Abi Thalib ra., muncullah kelompok Khawarij yang menentang kekhilafahan Ali bahkan menghalalkan darah mereka. Lalu Khalifah Ali mengutus Ibnu Abbas untuk mendakwahi mereka dan mengajak mereka kembali ke barisan kekhilafahan. Dalam dialog yang dicatat oleh para ulama tarikh/sejarah, Abdullah bin Abbas dengan kecerdasan dan ketinggian ilmunya mengalahkan perdebatan dengan pimpinan Khawarij dan bisa menarik kembali dua ribuan pengikutnya ke pangkuan Khilafah Islamiyyah.
Inilah Ibnu Abbas anak muda pengemban dakwah yang visioner, yang paham dakwah tak cukup hanya duduk-duduk mengobrol tanpa muatan ilmu. Ibnu Abbas tak mau menghabiskan umur dan masa muda yang diberikan tanpa menguasai tsaqofah Islamiyyah. Ia paham bahwa dakwah itu adalah mengubah seseorang agar sepemahaman dengan pemilik ideologi Islam. Lantas bagaimana bisa mengubah pemikiran dan pemahaman umat bila pengemban dakwahnya tak memiliki pemahaman?
Abdullah bin Abbas ra tak mau jadi pemuda biasa, dan tak mau jadi pengemban dakwah biasa, tapi ingin menjadi ujung tombak dakwah. Maka majlis-majlis ilmu adalah tempat pengelanaannya sebelum menuju ladang dakwah dan jihad fi sabilillah.
Hari ini, umat membutuhkan figur-figur pengemban dakwah seperti Ibnu Abbas ra. Maukah kita menjadi salah satu di antaranya?