Kekuasan Kesultanan Aceh
Kekuasaan Kesultanan Aceh Darussalam Dibawah Penguasa Sultan Agung Iskandar Muda Perkasa Alam Pada Tahun 1662 M.
1 .Siapa Iskandar Muda Perkasa Alam ;
Setelah bertahun-tahun penaklukan . Iskandar Muda – Sultan Agung Aceh, wafat pada tahun 1662. Tidak ada seorang pun dalam sejarah yang telah menaklukkan seluruh nusantara dengan satu pukulan, meninggalkan warisan mulia yang akan bertahan selama berabad-abad yang akan datang.
Dia telah mengusir orang-orang kafir, dan merebutnya kembali kepada orang-orang benar, mempermalukan Portugis dan Belanda dalam kemenangan yang gemilang. Dia memimpin salah satu pasukan terbesar yang pernah ada di wilayah ini; dengan ratusan kapal berlayar melintasi pulau dan tentara yang dapat mengguncang bumi.
Puncak teritorial besarnya masih berdiri setelah kematiannya, hanya menyisakan pasukannya yang besar untuk memerintah komunitas yang beragam.
Dia meneror orang Eropa dan merawat sesama Muslim dan bahkan non-Muslim. Namun kematiannya telah membuka babak lain bagi putranya saat ia mengambil jubah ayahnya, melanjutkan kampanye hegemoni di seberang lautan.
2. MILITER Kesultanan Aceh Dibawah Penguasa Iskandar Muda :
Kesultanan Aceh sejak Jatuhnya Malaka telah mengumpulkan pasukan yang sangat besar. Ambisi Iskandar untuk menaklukkan Nusantara sebelum bangsa Eropa memang membawanya pada kesimpulan untuk membentuk kekuatan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan yang ada di Pengepungan Malaka.
Jumlah tenaga kerjanya berkisar dari 85.000 hingga 135.000: kebanyakan dari mereka terdiri dari petani yang dipungut dari desa-desa; dengan setengah dari mereka memegang senapan.
Pasukannya juga terdiri dari meriam, korp kalvari yang menunggangi kuda Persia, 250 gajah, dan pengawal istana elit hanya terdiri dari 7.500 wanita.
Angkatan Laut Aceh juga berkembang di bawah pengawasan salah satu pemimpin perangnya ( hulubalang ) . Mereka mampu membangun armada besar dengan bantuan Ottoman, dengan 550 kapal siap berlayar melintasi seluruh lautan.
3. EKONOMI Kesultanan Aceh Darussalam Dibawah Penguasa Sultan Agung Iskandar Muda.
Meskipun perdagangan rempah-rempah masih menjadi salah satu aspek penyumbang utama perekonomian Aceh, Iskandar telah melakukan upaya yang luar biasa untuk mendiversifikasi pendapatan dari perbendaharaannya: memaksimalkan input hasil pertanian di Sumatera dan menekankan pada pembangunan industri besar-besaran untuk memproduksi barang-barang lokal.
Besarnya kerajaan mereka telah memberi mereka keuntungan dari kemakmuran ekonomi, terutama dengan tanah subur di Jawa telah memberi mereka kelebihan pangan dan melimpahnya rempah-rempah yang dihasilkan dari pulau Ambon.
4. DIPLOMASI Kesultanan Aceh Darussalam.
Hubungan mereka dengan Utsmaniyah menjadi tegang setelah mencapai hegemoni regional, tetapi tidak merusak hubungan baik satu sama lain. Mereka masih menganggap orang Aceh sebagai hegemon sah nusantara, berfungsi sebagai negara penyangga melawan Spanyol. Mereka juga memiliki kedutaan besar di Satuqid, Mughal, dan kesultanan terkemuka lainnya di seberang Samudra Hindia.
Namun, orang Siam kurang antusias, karena mereka terancam oleh pengaruhnya yang berkembang di sepanjang pantai daratan. Kesultanan dan kerajaan lokal juga memandang mereka sebagai ancaman bagi kemerdekaan mereka, karena ekspansionisme agresif selama bertahun-tahun.
Sumber : Shah Abbas ( Sejarahwan/ Penulis )
https://www.deviantart.com/shahabbas1571/art/Aceh-Darussalam-1662-A-Remaster-766810449