SETIAP ANAK ITU HEBAT DAN UNIK…!
Allah telah memberikan kepada setiap anak, potensi dan bakat yang sangat unik dan luar biasa. Potensi dan bakat ini memiliki keunikan masing-masing yang terkadang berbeda antara anak satu dengan yang lain. Teman satu dengan teman yang lainnya. Orang tua dan para guru haruslah memahami potensi ini agar tak salah langkah dalam mendidik. Berapa banyak gagalnya pendidikan lantaran tak memahami dan acuh tak acuh bakat yang dimiliki.
Dunia anak adalah dunia asing. Untuk memberi pengaruh di dalamnya, kita dituntut untuk bisa memasukinya. Jalan apa yang kita tempuh untuk sampai ke sana? Apa pintu yang bisa kita masuki?
Tidak ada pintu selain pintu kelembutan dan kasih sayang serta kedermawanan; melalui hadiah, pelayanan, perlakuan lembut, senyuman, pandangan; sehingga jiwa anak merasa gembira, Senang, ceria, dan aman. Ketika itulah pintunya terbuka untuk kita masuk ke dalam jiwa dan akalnya, lalu kita tanami nilai-nilai, prinsip-prinsip, konsep-konsep, dan pemikiran-pemikiran.
Pendidik mesti menjadi pemilik jiwa yang lebih besar daripada jiwa anak didik; dan harus memiliki sesuatu untuk ia berikan kepada anak didiknya; juga harus menekuni seni memberi dengan cinta; serta membimbing muridnya dengan penuh perhatian dan kesungguhan.
Berusahalah untuk tahu apa yang diinginkan anak anda, bantulah ia untuk mencapainya. Ia akan merasa senang dan bahagia, niscaya ia menuruti semua perintah Anda dengan senang hati. Ketahuilah bahwa pengetahuan yang dalam tentang keunikan anak membantu orang tua untuk menemukan cara mendidiknya. Kita sebagai orang tua, apabila memandang sesuatu dengan pandangan anak ketika menghadapi kesulitan, akan berusaha untuk memenuhi apa yang mereka butuhkan. Hal ini mendorong kita untuk menemukan ide-ide baru dalam memenuhi kemauan mereka.
Adapun sesuatu yang kita lihat dari sisi pandang kita, boleh jadi berbeda dengan yang dimaksud anak. Gambaran dunia yang ada di pikiran kita bukanlah dunia yang ada di dalam pikiran anak-anak.
Kita harus tahu bahwa kebutuhan anak-anak berbeda pada setiap periode usianya, demikian juga kemampuan mereka dalam menghadapi kehidupan ini. Apabila kita bersikeras untuk memaksakan pikiran kita ke dalam pikiran anak dengan tujuan “meningkatkan” mereka, tidak akan membuat mereka menjadi besar, bahkan boleh jadi karena kita menarik mereka “ ke atas ” terlalu keras akan membuat pertumbuhan mereka berhenti.
Berikut ini adalah kisah ilustrasi yang menjelaskan maksud ungkapan di atas.
Seorang yang menderita sakit lemah penglihatan pergi ke klinik spesialis mata. Ketika ia menjelaskan penyakitnya, si dokter melepas kaca matanya dan berkata, ‘Coba pakai kacamata ini. Saya telah memakainya selama sepuluh tahun dan sangat membantu. Saya punya satu lagi di rumah. Engkau dapat memakainya.’ Lalu orang yang sakit tadi memakai kacamata tersebut, tetapi ia merasa sakit matanya bertambah. Ialu ia berteriak karena rasa sakit yang timbul. Dokter merasa heran, apa yang salah? Kacamata itu berfungsi dengan baik ketika saya memakainya, gumam si dokter. Ia berkata kepada orang yang sakit, “cobalah sekali lagi.” Setelah mencobanya kembali, orang itu berteriak dan berkata, “Saya tidak ingin kacamata ini” Tiba -tiba dokter itu berteriak, “Dasar tidak tahu terima kasih, padahal saya telah membantumu”
Ini adalah situasi yang menggelikan. Bukankah kadang kita berbuat sama kepada anak-anak kita ? Kita ingin memberi mereka jalan keluar tetapi tanpa mengetahui apa masalah yang sebenarnya. Bahkan kita menerangkan kepada mereka permasalahan tersebut dari sisi pandang kita tanpa memperhatikan perasaan mereka.
Kita tidak akan mengerti tentang anak-anak kita sebelum kita memposisikan diri kita pada tempat mereka, dan berpikir dengan cara berpikir mereka. Sebuah pepatah cina menyebutkan, “Engkau tidak akan mengerti orang yang di depanmu sebelum engkau berjalan memakai sepatunya seribu langkah”
Biarkanlah anak Anda hidup dengan kehidupannya, akalnya dan kekuatannya. Bukan hidup dengan hidup anda. Anda cukup mengawasinya agar ia tidak terjerumus ke dalam penyimpangan dan bahaya, saat
itu ada yang menjalankan peran sebagai ayah yang penuh dengan kasih sayang sambil mengajari mereka kecakapan hidup.
Belajarlah memahami semua masalah dengan kacamata anak-anak anda, pikirkan dengan baik apa yang mereka inginkan bukan apa yang Anda inginkan, ingatlah selalu sebuah petuah pendidikan, “Berpikirlah dengan akal mereka.”
Hendaklah kita memadukan keikhlasan mendidik putra-putri kita dengan praktik pendidikan yang benar sehingga kerja keras kita membuahkan hasil di dunia sekaligus diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala di akhirat
Wa Allahu A’lam Bsshawab
REFERENSI:
[Dalil At-Tarbiyah Al Usriyyah, prof. Dr. Abdul Karim Bakkar, hlm. 168]
Dipublikasikan oleh Kuttab Media Edukasi