SEPULUH LANGKAH MENYAMBUT BULAN RAMADHAN MUBARAK
Pendahuluan
Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata:
Puasa sya’ban adalah lebih utama dari pada puasa bulan-bulan haram, dan puasa sunnah yang paling utama ialah yang mendekati ramadhan sebelum dan sesudahnya, dan kedudukannya dari puasa ialah kedudukan shalat-shalat sunnah rawatib bersama shalat-shalat fardhu sebelum dan sesudahnya dan ia merupakan penyempurna kekurangan shalat-shalat fardhu, dan demikian puasa yang sebelum dan sesudah ramadhan, maka sebagaimana halnya shalat-shalat sunnah rawatib adalah lebih utama dari pada shalat sunnah mutlak, maka demikian puasa yang sebelum ramadhan dan yang setelahnya adalah lebih utama dari pada puasa yang jauh setelahnya. [Lathaif al-ma’arif (1/129)]
Bismillahirrohmanirrohim…
Segala puji bagi kita yang telah memberikan nikmat-Nya kepada kita dengan datangnya bulan Ramadhan, yang melimpahkan kepada kita di dalamnya dengan keutamaan dan kenikmatan yang banyak, kita memuji kepada Allah dengan pujian yang pantas dengan keagungan dan Qudrah-Nya, agungnya keutamaan dan nikmat-Nya, dan kita bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah dan tidak ada sekutu baginya yang telah menganugerahkan atas umat islam dengan puasa Ramadhan dan qiyamnya, dan kita bersaksi bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah hamba dan Rasul-Nya yang telah mengkhabarkan kepada para sahabatnya dengan kehadiran bulan Ramadhan dengan sabdanya:
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْأَمْنِ وَالْإِيمَانِ، وَالسَّلاَمَةِ وَالْإِسْلاَمِ، وَالتَّوْفِيقِ لِمَا تُحِبُّ رَبَّنَا وَتَرْضَى، رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللَّهُ
“Allah Maha Besar. Ya Allah, tampakkan bulan itu kepada kami dengan membawa keberkahan dan keimanan, keselamatan dan Islam. Rabbku dan Rabbmu (wahai bulan sabit) adalah Allah.” [HR. Ahmad III/17, at-Tirmidzi 3451, dan yang lainnya]
Shalawat beriringan salam semoga tercurahkan kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti beliau sampai hari kiamat.
Amma Ba’du..
Alhamdulillah sekarang kita sedang berada di akhir-akhir dari bulan Sya’ban, tanpa menunggu terlalu lama insyaAllah kita akan menjumpai sebaik-baik bulan, bulan yang mengingatkan dan menggerakkan jiwa dalam perasaan bahagia, bulan Ramadhan bulan yang di dalamnya ada puasa, qiyam, pembebasan dari api neraka, bulan yang mengekang jiwa dari perbuatan buruk, bagaimana tidak bahagia, bulan tersebut adalah bulan yang di dalamnya ada seruan bagi mereka yang merindukan kebaikan, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasallam:
وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
Lalu ada suara berseru: “WAHAI PENCARI KEBAIKAN (di dalam Ramadhan) SAMBUTLAH! WAHAI PENCARI KEBURUKAN (di dalam Ramadhan) BERHENTILAH!” [HR. Tirmidzi.]
Bulan yang Allah wajibkan di dalamnya puasa Ramadhan bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” [Al-Baqarah:183]
Bulan Ramadhan yang di dalamnya Allah turunkan al-Quran, Allah berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ
“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil.” [Al-baqarah:185]
Para salafunas salih dari kalangan sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan tabi’in mereka sangat menaruh perhatian yang sangat besar pada bulan Ramadhan dan mereka sangat bahagia dengan kedatangannya, mereka berdoa agar disampaikan pada bulan Ramadhan kemudian mereka berdoa agar diterima semua amalan selama bulan Ramadhan, menghidupkan malam-malamnya dengan qiyam ( shalat tarawih) dan membaca al-Quran, memperhatikan orang-orang fakir dan miskin dengan shodaqoh dan berbuat baik, memberikan makanan, dan menyediakan hidangan ta’jil pada orang yang berpuasa, dan tentunya bermujahadah dengan segenap jiwanya dalam ketaatan kepada Allah.
Sebagaimana mereka berpuasa di hari-hari Ramadhan dan menjaga lisannya dari apa-apa yang membatalkan atau mengurangi pahala puasa dari perkataan yang sia-sia, senda gurau dan permainan yang tidak bermanfaat, ghibah (gosip), namimah (mengadu domba) dan dusta, bagaimana tidak sedangkan mereka mengetahui bahwasannya ganjaran puasa dan orang yang berpuasa di sisi Allah amatlah besar, sebagaimana yang Nabi khabarkan kepada kita dalam hadist qudsi :
عن أَبي هريرة – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم: قَالَ اللهُ – عز وجل: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَام، فَإنَّهُ لِي وَأنَا أجْزِي بِهِ، وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ ، فَإذَا كَانَ يَومُ صَوْمِ أحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ فإنْ سَابَّهُ أحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ: إنِّي صَائِمٌ. وَالذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيحِ المِسْكِ. لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا: إِذَا أفْطَرَ فَرِحَ بفطره، وَإذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ». متفقٌ عَلَيْهِ، وهذا لفظ روايةِ البُخَارِي.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah ‘Azza wajalla berfirman -dalam hadis qudsi-: “Semua amal perbuatan anak Adam -yakni manusia- itu adalah untuknya, melainkan berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untukKu dan Aku yang akan memberikan balasan dengannya. Puasa adalah sebagai perisai -dari kemaksiatan serta dari neraka-. Maka dari itu, apabila pada hari seseorang diantara engkau semua itu berpuasa, janganlah ia bercakap-cakap yang kotor dan jangan pula bertengkar. Apabila ia dimaki-maki oleh seorang atau dilawan dengan bermusuhan, maka hendaklah ia berkata: “Sesungguhnya saya adalah -sedang- berpuasa.” Demi Zat yang jiwa Muhammad ada di dalam genggaman kekuasaanNya, sesungguhnya bau bacin dari mulut seorang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi. Seorang yang berpuasa itu mempunyai dua kegembiraan dan ia dapat merasakan kesenangannya, yaitu apabila ia berbuka, iapun bergembiralah dan apabila telah bertemu dengan Tuhannya, iapun gembira dengan adanya amalan puasanya.” (Muttafaq ‘alaih) Dan ini adalah lafaz riwayat Imam Bukhari.
Maka puasa adalah hijab (penghalang, pembatas) yang melindungi orang yang berpuasa; agar tidak mempermainkan hawa nafsunya dan menjatuhkan seseorang pada lembah dosa yang Allah ancam dengan api neraka, wal ‘iyadzu billah.
Kita berdoa kepada Allah agar disampaikan pada bulan Ramadhan, dan mejadikan kita termasuk orang-orang yang sukses di bulan Ramadhan yang diterima dan ikhlas semua amalan Ramadhan Rabb yang Maha oengasih lagi Maha penyayang, dan senantiasa memberikan taufik kepada kita dalam mengerjakan kataatan dan meninggalkan semua kemungkaran…Amiin
Bagaimana kita menyambut bulan Ramadhan ? Bagaimana pendapat kita sekiranya kita mengetahui bahwasannya salah seorang yang paling kita hormati akan mengunjungi kita dalam beberapa hari ini, bagaimana kita mendapati perasaan jiwa kita ?dan bagaimana perasaan yang menyelimuti kita dan semangat kita untuk manyambut tamu ini ??? maka apa jadinya jika kita katakan bahwa tamu itu adalah bulan Ramadhan, aduhai bagaimana kita menyambutnya ?
Sebelum kita berbicara tentang bagaimana menyambut bulan Ramadhan, alangkah indahnya jika kita mengingatkan setiap diri kita untuk selalu menghadirkan keikhlasan dalam semua amal perbuatan, jika tidak bisa jujur jangan pernah membebani jiwamu, karena sesungguhnya amal perbuatan tidak akan diterima kecuali dengan ikhlas, Allah berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.” [Al-bayyinah: 5]
LANGKAH-LANGKAH MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
DOA
Seyogyanya bagi setiap muslim berdoa kepada Allah agar disampaikan kepadanya bulan Ramadhan, yang demikian merupakan salah satu bentuk iqtida’ (meneladani) pada salafunas salih sebagaimana yang telah kita jelaskan di atas, dan senantiasa diberikan taufik agar konsisten berpuasa dan beramal saleh selama Ramadhan.
PUASA
Hendaknya kita memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, seperti puasa senin dan kamis, ayyamul Bidh (13,14,15 di bulan Qomariyah) atau yang lainnya, sebagaimana diriwayatkan dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu beliau berkata:
“Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat Anda berpuasa di bulan-bulan lainnya sebagaimana Anda berpuasa di bulan Sya’ban ini”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab :
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاس عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَان , وَهُوَ شَهْر تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَال إِلَى رَبّ الْعَالَمِينَ ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Bulan Sya’ban itu bulan yang banyak dilalaikan manusia diantara bulan Rajab dan Ramadhan. Dan bulan Sya’ban adalah bulan diangkatnya amalan sampai kepada Allah Rabb alam semesta. Jadi saya senang apabila amalanku diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.” [Dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahih an-Nasa’i : 2221]
Dan diriwayatkan juga dari Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau berkata,
يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يَصُومُ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
“Terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa beberapa hari sampai kami katakan, ‘Beliau tidak pernah tidak puasa, dan terkadang beliau tidak puasa terus, hingga kami katakan: Beliau tidak melakukan puasa. Dan saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering ketika di bulan Sya’ban” [Shahih al-Bukhari no. 1969].
MEMBACA AL-QURAN
Di samping kita memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban, ternyata para ulama memberi petunjuk pada kita untuk memperbanyak membaca al-Quran sejak dari bulan Sya’ban. Inilah salah satu amalan bulan Sya’ban yang dianjurkan. Sebagaimana bulan Ramadhan kita dituntunkan untuk sibuk dengan al-Quran, maka sebagai pemanasan aktivitas mulia tersebut sudah seharusnya dimulai dari bulan Sya’ban agar kita terbiasa dan siap memperbanyak tilawah al-Quran di bulan Ramadhan.
قال سلمة بن كهيل : كان يقال شهر شعبان شهر القراء
Salamah bin Kahiil berkata, “Dahulu bulan Sya’ban disebut pula dengan bulan membaca Al Qur’an.”
وكان عمرو بن قيس إذا دخل شهر شعبان أغلق حانوته وتفرغ لقراءة القرآن
‘Amr bin Qois ketika memasuki bulan Sya’ban, beliau menutup tokonya dan lebih menyibukkan diri dengan al-Quran.
MENJAUHI KEMALASAN
Bulan Ramadhan bukanlah bulan malas-malasan, tidur-tiduran dan tidak produktif, bukan pula bulan untuk menonton sinetron sebagaimana anggapan sebagian orang, akan tetap bulan Ramadhan adalah bulan jihad, ibadah dan amal, maka berhati-hatilah dari kerugian akibat menyia-nyiakan waktu di dalamnya dari perkara-perkara yang tidak diridhai oleh Allah Ta’ala, seyogyanya bagi kita menyambutnya dengan penuh semangat, kekuatan dan azzam yang kuat, perbaharuilah “janji” pada Allah di bulan Ramadhan taubat yang jujur dari semua dosa dan kesalahan, bersegera dan berlarilah untuk memperbaiki jiwa dan hatimu, dan ingatlah firman Allah Ta’ala:
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ ۙ (88) اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ (89)
(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna (88) kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (89) [Asy-Syu’ara’: 88- 89].
MENYAMBUT BULAN RAMADHAN DENGAN PENUH SUKA CITA
Sudah sepantasnya bagi setiap muslim untuk menyambut bulan Ramadhan dengan penuh suka cita, dan hendaknya mengingat bahwa Allah memilih bulan ini untuk mewajibkan puasa, disyariatkan aiyam (shalat tarawih), ditutunkannya al-Quran untuk memberikan petunjuk bagi manusia dan mengeluarkan manusia dari kegelapan pada cahaya, bagaimana tidak bersuka cita dengan bulan yang di dalamnya dibukakan pintu-pintu surga dan di tutup di dalamya pintu-pintu neraka, dibelenggulah setan-setan, dilipatgandakan kebaikan, diangkat derajat di dalamnya dan diampuni segala kesalahan dan keburukan.
MENJAUHI KEMUNGKARAN
Wajib bagi kita untuk menyambut bulan yang mulia ini dengan azzam yang kuat, jujur puasanya, qiyamnya karena iman dan mengharap pahala, dan hendaknya badan kita juga berpuasa dari dosa-dosa, ucapan, pandangan, pendengaran, makanan dan minuman yang diharamkan; agar kita mendapatkan kemenangan dengan ampunan dan pembebasan dari api neraka. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa ‘ala alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman/ikhlas serta mengharap pahala dari Allah; maka akan diampuni dosa dosanya di masa lalu”.
[Shohih al-Bukhari (1950]
Seyogianya kita menjaga adab-adab puasa seperti mengakhirkan makan sahur sampai sebagian akhir malam, menyegerakan berbuka ketika kita yakin matahari telah tenggelam, menambah amal kebaikan.
MEMBEBASKAN TANGGUNGAN DARI PUASA WAJIB
Barangsiapa memiliki tanggungan puasa dari puasa Ramadhan yang lalu hendaknya bersegera untuk mengqadha dan mengganti puasanya sebelum lewat dari bulan Sya’ban, Ummul Mu’minin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
كَانَ يَكُونُ عَلـيّ الصّـوْمُ مِنْ رَمَضَانَ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَ إِلَّا فِي شَعْبَانَ
“Aku pernah berhutang puasa Ramadhan dan aku tidak bisa mengqadha’nya kecuali pada bulan Sya’ban.” [HR. Bukhari no. 1951 dan Muslim no. 1950]
MEMPELAJARI FIKIH SEPUTAR PUASA RAMADHAN
Wajib bagi setiap muslim untuk menyembah Allah di atas ilmu, karenanya seyogianya kita kembali membuka dan mempelajari sebagian hukum-hukum yang berkaitan dengan Ramadhan seperti hukum-hukum puasa dan hal-hal apa yang merusak puasa, dan amal-amal yang dianjurkan dalam bulan ini mempunyai keutamaan yang sangat besar seperti: Qiyamul lail, silaturrahim, shodaqoh, I’tikaf dll.
MEMBIASAKAN LISAN BERDZIKIR
Ketahuilah – semoga Allah merahmati kita – bahwasannya jika lisan telah terbiasa dengan sesuatu maka ia tidak akan meninggalkannya, maka biasakanlah lisan kita untuk beristighfar, membaca tahlil, tasbih, takbir dan shalawat atas nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan ingatlah bahwa dalam dzikir kepada Allah ada ketenangan untuk hati, Allah berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” [Ar’Ra’du: 28]
PERENCANANAN
Buatlah perencanan bersama dengan orang yang ada di sekitar kita dari teman-teman, keluarga, untuk kegiatan, program-program yang akan dilakukan di bulan Ramadhan seperti: menjadi relawan dalam menyiapkan makanan buka puasa, membagikan ifthar di jalan dan orang-orang yang lewat, mengunjungi orang yang sakit, ibadah umrah dan mengkhatamkan al-Quran dan amalan-amalan kebaikan yang lain.
YANG TERAKHIR…
Kita berdoa kepada Allah agar kita dijadikan termasuk orang-orang menghidupkan malam-malam Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah dan kita disampaikan pada malam Lailatul Qodr…Allahumma Amiiin…
Wa Allahu A’lam Bisshawab
[Diterjemahkan dari tulisan karya: Syeikh Majid Muhammad Iqbal Bahuta yang berjudul “KAIFA NASTAQBILU RAMADHAN”, semoga Allah mengampuni beliau, kedua orang tuanya dan guru-guru beliau]
Dipublikasikan melalui akun FB : Kuttab Media Edukasi