MENJADI ORANG TUA IDEAL DI ZAMAN NOW…!!!

Banyak orang tua mencoba membiasakan diri dengan materi pendidikan agar dapat mendidik anak dengan baik dan benar, ada sebagian dari mereka mengikuti kursus pendidikan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana menghadapi anak mereka ketika ada masalah dengan mereka, apakah ini cukup?

Perbuatan Kita Adalah Teladan!

Teladan yang baik akan mampu menyuntikkan motivasi ‘dosis tinggi’ dalam diri anak untuk melakukan kebaikan, dan teladan yang buruk akan menggiring anak terperosok ke dalam kubangan keburukan yang sangat dalam.
Ada sebuah riwayat yang mengukuhkan statement di atas.

Dari Mustanir bin Akhdlar bin Mu’awiyah dari bapaknya, ia berdkata, “Aku pernah berjalan bersama Ma’qil bin Yasar radhiyallahu anhu. Tiba-tiba kami menemukan duri di jalan, lalu Ma’qil memungutnya dan menyingkirkannya dari jalan. Aku pun menemukan duri dan melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan. Dia menuntunku dan bertanya, ‘Wahai keponakanku, apa yang mendorongmu melakukan hal itu ?’ Aku menjawab, ‘Wahai paman, aku melihatmu melakukannya, maka aku pun mengikutinya. ‘Ia berkata, ‘Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ اَمَاطَ اَذًى مِنْ طَرِيْقِ اْلمُسْلِمِيْنَ كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةٌ، وَ مَنْ تُقُبِّلَتْ مِنْهُ حَسَنَةٌ دَخَلَ اْلجَنَّةَ.(رواه: الطبرانى فى الكبير و رواه البخارى فى كتاب الادب المفرد)

“Barangsiapa yang menyingkirkan gangguan dari jalan kaum muslimin, akan dicatat baginya satu kebaikan. Dan barangsiapa yang diterima kebaikannya, dia masuk surga”. [HR. Thabrani di dalam al-Kabir dan Bukhari di dalam kitab al-Adabul Mufrad]

Kebanyakan orang tua menasihati anaknya terus menerus, lupa bahwa yang terpenting adalah apa yang mereka lakukan di depan anak mereka? Seorang ayah yang menasihati anaknya untuk tidak merokok dan menjelaskan kepadanya sejauh mana bahaya dan larangannya, dan sebaliknya sang anak melihat ayahnya merokok. Perilaku orang tua tercermin pada anak karena mereka memperhatikan dengan intens. Tindakan kita sangat mempengaruhi anak. Anak meniru kita dalam segala hal, bahkan ucapan, oleh karaena itu orang tua harus jeli pada tingkah laku dan perkataannya di depan anak setiap saat dan hendaknya menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Khusunya seorang anak di fase awal kehidupannya ibarat spons yang menyerap perilaku dari lingkungan sekitarnya, saat ia lahir hingga masuk sekolah, ia memperoleh perilaku tersebut dari orang tuanya, kemudian dari teman sekolahnya, dan pada tahap ini orang tua harus berhati-hati untuk membimbing mereka sehingga mereka dapat membedakan antara perilaku yang salah dan yang benar.

Kedekatanmu Adalah Kebahagiaan Bagi Mereka

Buku-buku dan ceramah seputar pendidikan sangat membantu kita dalam mendidik dan menangani anak dengan cara yang lebih praktis daripada teoritis, dan adalah salah jika orang tua membaca dan menasihati anak mereka tanpa menerapkannya. Karena kata-kata tidak membantu seperti tindakan, adalah kewajiban orang tua untuk selalu bersama anak-anak mereka dan mendengarkan mereka dengan baik sebagaimana halnya saat-saat bahagia antara orang tua dan anak berdampak besar bagi anak, seperti jika ibu membacakan kisah sebelum tidur, makan siang dan makan malam bersama, dan banyak hal yang berdampak besar pada anak, hal-hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh orang lain untuk anak-anaknya,
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ، وَالعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ، أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Amir (kepala Negara), dia adalah pemimpin manusia secara umum, dan dia akan diminta pertanggungjawaban atas mereka. Seorang suami dalam keluarga adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dia akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. Ketahuilah, bahwa setiap kalian adalah pemimipin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas siapa yang dipimpinnya.” [HR. Bukhari no. 2554 dan Muslim no. 1829]

Nasehat Untuk Para Orang Tua…

Orang tua memikul tanggung jawab yang besar yaitu memberikan teladan yang baik kepada anak-anaknya.Setiap anak melihat orang tuanya sebagai orang terbaik karena faktor kedekatan yang melekat pada mereka, maka tak heran jika anak-anak meniru orang tua mereka, berikut ini beberapa nasehat untuk para orang tua:

• Hendaknya yang harus diperbaiki dahulu adalah kedua orang tuanya. Sebagaimana kaidah pendidikan yang sering dilupakan oleh para orang tua adalah :

ابدأ بنفسك وأصلحها يصلح الله لك رعيتك

“Mulai (pendidikan) dari dirimu sendiri dan benahi (shalihkan) dirimu niscaya Allah akan membenahi (menshalihkan) dirimu dan keluargamu”

Maka DIRI KITA (orang tua) adalah MEDAN PERANG PERTAMA yang harus diperbaiki, diluruskan dan dibenahi.

Jika kita tidak mampu memperbaiki dan membenahi diri kita, lantas bagaimana bisa kita memperbaiki dan membenahi orang lain?

• Hendaknya seorang ayah menemani anaknya pada fase-fase awal pertumbuhannya ke masjid untuk menunaikan salat.

• Menjaga kata-kata yang keluar saat berbicara dengan orang lain, terutama di hadapan anak-anak.

• Hendaknya menjadikan hubungan antara orang tua dan anak menjadi hubungan bak pertemanan dan tempat untuk curhat baik itu curhat kesedihan maupun masalah mereka.

• Mengajarkan anak pentingnya keterikatan pada semua anggota keluarga salah satunya dengan menemani mereka dalam kunjungan dan silaturrahim.

• Tidak menggunakan kekerasan saat anak melakukan suatu kesalahan, tetapi orang tua harus kroscek terlebih dahulu dan ajaklah dialog agar orang tua mengetahui alasan anak melakukan kesalahan.

Dari Rafi’ bin ‘Amr Al Ghifari, dia berkata; “Saat masih kecil, aku pernah melempari pohon kurma milik orang Anshar. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di datangi, dan di beritahukan kepada beliau; “Sesungguhnya di sini terdapat seorang anak kecil yang suka melempari pohon kurma kami.” Aku pun dibawa ke hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau kemudian bersabda: “Wahai anak kecil, kenapa kau lempari pohon itu?” Rafi’ berkata; “Kujawab, ‘Untuk saya makan.’ Sabda beliau: “Kalau begitu, janganlah kau melempari pohon kurma itu. Makanlah (buah) yang jatuh di bawahnya.” Beliau lantas mengusap kepalaku dan berdoa; ‘Ya Allah, kenyangkanlah perutnya.” [HR. Ahmad dalam Musnadnya no: 19453]

Lihatlah bagaimana Nabi tidak langsung menghakimi dan menghukum kesalahan yang dilakukan anak, tetapi beliau kroscek terlebih dahulu dan menanyakan alasan melempari buah tersebut, dan yang menarik adalah beliau mendoakan kebaikan setelah mendengar alasan anak tersebut. Harusnya seperti inilah orang tua yang baik, tidak mudah main kekerasan saat anak melakukan alasan terlebih jika orang tua tidak memberikan ruang dialog pada anak.

• Menanamkan prinsip dan nilai-nilai yang mulia pada anak sejak kecil.

• Untuk memotivasi anak agar terbiasa mau membaca, orang tua bisa membaca buku di depannya.

• Agar anak semakin merasa dihormati, maka wajib bagi orang tua untuk tidak mengolok-olok siapa pun di hadapannya.

Dari semua itu hal yang terpenting adalah bahwa keshalihan anak itu bersama dengan keshalihan kedua orang tuanya, bukankah buah jatuh tak jauh dari pohonnya ?

صلاح الأبناء مع صلاح الآباء

KESHALIHAN ANAK ITU BERSAMA DENGAN KESHALIHAN ORANG TUA

Wa Allahu A’lam Bisshawab

Sumber : FB Kuttab Media Edukasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *