Masjid Tuha Teungku Chik Di Tiro

Masjid Tuha Tiro terletak di Gampong Mancang Kecamatan Tiro Kabupaten Pidie di Aceh. Inilah Masjid Tuha Teungku Chik Di Tiro berdiri kokoh. Berada di tepi jalan utama Kecamatan Tiro yang bangunan masjid berukuran sekitar 10×10 meter ini diapit kantor Kecamatan dan sebuah sekolah.

Masjid Tuha Tiro diperkirakan berdiri pada tahun 1206 Hijriah atau 1791 Masehi. Masjid Tuha Tiro dulu terdapat dayah yaitu balai pengajian, sehingga banyak yang belajar mengaji. Di Masjid Tuha ini Teungku Chik Di Tiro menyusun strategi melawan kolonial Belanda. Dari sini semangat perang dikobarkan para ulama sambil menegakkan syiar Islam.

Teungku Chik Di Tiro Muhammad Saman adalah sosok ulama dan pejuang yang menggairahkan kembali Perang Aceh pada tahun 1881 ketika penyerangan rakyat Aceh terhadap Belanda menurun. Teungku Chik Di Tiro Muhammad Saman adalah kakek Teungku Hasan Muhammad Di Tiro atau Hasan Tiro.

Kawasan Tiro menjadi tempat ulama dan pejuang Aceh, juga Teungku Chik Di Tiro Muhammad Saman belajar dan mengajar ilmu agama. Tiro telah menjadi pusat pimpinan agama dan tempat murid-murid agama menuntut ilmu dari seluruh Aceh sejak puluhan tahun.

Pada tahun 1880 pasukan Belanda dipimpin Jenderal Karen van der Heyden telah menaklukkan daerah Aceh Besar. Para pejuang Aceh yang bersembunyi di kaki Gunung Seulawah datang berkumpul di Gunung Biram di kawasan Lamtamot daerah Aceh Besar. Mereka memikirkan langkah yang harus diambil, menyerah atau melawan. Hasil dari pertemuan itu mereka meminta bantuan dengan mengirim utusan ke daerah Pidie.

Utusan Gunung Biram tiba di Pidie, mereka mendapat pesan dari ulama dan ulee balang Pidie bahwa pusat pimpinan ulama Pidie adalah di Tiro. Mereka kemudian pergi ke Tiro daerah Pidie. Tiro juga menjadi tempat membuat senjata rencong, tombak dan pedang on jok (pedang daun enau).

Setelah kedatangan utusan Gunung Biram, ulama Tiro menggelar rapat dua kali di Tiro. Hasil pertemuan itu menyepakati bahwa ulama Tiro harus segera membantu perjuangan di Aceh Besar. Utusan Gunung Biram meminta seorang pemimpin dari Tiro, karena semangat perlawanan sudah luntur sehingga membutuhkan pemimpin perang yang dapat membangkit kembali semangat mengusir Belanda. Pemimpin perang juga harus ikut ke medan perang. Orang-orang yang hadir dalam rapat menyetujui Teungku Chik Di Tiro Muhammad Saman yang baru pulang dari Mekkah untuk memimpin perang di Aceh Besar.

Selanjutnya Teungku Chik Di Tiro Muhammad Saman membangkitkan kembali semangat perang dan jihad pada tahun 1881, yaitu jihad fii sabilillah atau jihad dijalan Allah yang terkenal dengan Prang Sabi (Perang Sabil). Semangat Prang Sabi terus digelorakan hingga beliau meninggal pada 31 Januari 1891. Teungku Chik Di Tiro kemudian diangkat menjadi Pahlawan Nasional dari Aceh.

Oleh: Nediar Juliadi, ST
Banda Aceh, 20 Mei 2021

Referensi/Link:

https://kumparan.com/acehkini/jejak-perang-di-masjid-tuha-tempat-ulama-tiro-berjihad-usir-belanda-1-1vYxTP2I8Z2. Di akses 20 Mei 2021

https://aceh.tribunnews.com/2019/10/07/masjid-bersejarah-di-tiro-memprihatinkan-pernah-ditembusi-peluru. Di akses 20 Mei 2021

https://infopublik.id/kategori/nusantara/378991/pemkab-pidie-akan-data-masjid-tuha-tiro-tahun-depan. Di akses 20 Mei 2021

Foto: Masjid Tuha Tiro di Gampong Mancang Kecamatan Tiro Kabupaten Pidie, Aceh. Tiro, 16 Mei 2021

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *