Menjadi ProAKTIF
Salah satu kebiasaan yang harus dimiliki pemimpin terbaik adalah kebiasaan proaktif. Sikap ini merupakan bentuk tanggung jawab lebih atas konsentrasi pengendalian diri. Pada dasarnya manusia memiliki dua area yang perlu Anda ketahui. Pertama, area proaktif. Kedua, area reaktif.
Proaktif adalah kondisi di mana kita memegang kendali penuh atas diri kita sendiri, seperti perasaan, kebahagiaan, termasuk pilihan pilihan keseharian kita, mulai dari menentukan makan apa hari ini, mengenakan baju apa hingga apa yang akan kita lakukan. Hal-hal semacam ini yang jelas berada di bawah kendali kita secara langsung. Sedangkan hal-hal yang di luar kendali kita, sebut saja misalnya cuaca, masa lalu dan persepsi orang lain terhadap kita.
Saya berikan contoh sederhana. Tempo lalu ada seorang bapak berusia paruh baya yang sedang mengendarai mobil. Kemudian tanpa sadar, ia melindas paku di jalan. Alhasil ban mobilnya dan mendadak mobilnya berhenti. Kejadian ini adalah bukti kecil hal-hal yang di luar kontrol kita. Meskipun apabila orang tersebut lebih berhati-hati barangkali peristiwa ban bocor tidak perlu terjadi. Apabila ia marah ataupun mengutuk peristiwa tersebut tentu hanya akan menguras energi dan membuang buang waktu yang mungkin saja banyak dilakukan orang lain di luar sana.
Betapa tidak sedikit orang yang melakukan hal sia-sia padahal di luar kendali mereka. Artinya mereka mencoba mempengaruhi sesuatu yang tidak bisa diubah, seperti hujan yang tentu tidak bisa kita atur kapan akan turun. Sesungguhnya hal-hal semacam ini tidak perlu kita sesali. Tugas kita cukup mengendalikan diri sendiri, atau memberikan makna bahwa hujan adalah berkah dan mungkin ada alasan-alasan lainnya yang telah direncanakan Tuhan.
Apabila kita memiliki sikap proaktif, tentu akan membuat Anda jauh lebih bahagia. Karena Anda tahu ada banyak hal yang tidak bisa Anda rencanakan, termasuk bagaimana persepsi orang lain. Terkadang kita terlalu mencemaskan sesuatu yang tidak bisa kita ubah seperti soal persepsi orang lain tadi.
Coba bayangkan, misalnya ada seseorang yang berpikir buruk tentang kita tentu hal ini berada di luar diri kita. Bagaimana mengubah pikiran orang lain? Tentu kita tidak bisa mengubah pikiran mereka. Salah satu yang bisa dilakukan adalah mengubah sikap kita sendiri agar hidup menjadi lebih baik dan membuktikan bahwa pikiran negatif orang lain tentang kita adalah hal yang keliru. Dalam hal ini setidaknya ada tiga hal yang perlu Anda miliki agar menjadi pribadi yang proaktif.
Pertama, Anda harus mengetahui hal-hal apa saja yang ada di dalam kontrol Anda dan apa yang berada di luar kontrol Anda. Contohnya, area dalam kontrol Anda, yaitu kebahagiaan, persepsi diri sendiri, tindakan hari ini dan keinginan Anda saat ini. Sementara itu, area di luar kontrol Anda bisa berupa bencana alam, masa lalu ataupun persepsi orang lain.
Kita sebagai pengendali area di dalam kontrol diri harus fokus pada hal-hal yang bisa dilakukan bukan justru mengutuk sesuatu yang tidak bisa kita lakukan. Nah yang terpenting adalah bagaimana kita memberikan arti yang berbeda terhadap sesuatu di luar kontrol kita, semisal pada bencana. Jika kita cerdas, apa yang menimpa kita mungkin saja itu bagian dari tantangan Tuhan supaya kita naik kelas menuju kehidupan yang baru.
Apabila kita dipersepsikan negatif oleh orang lain, maka kita cukup memberikan makna bahwa kita sesungguhnya besar dan lebih maju daripada mereka. Artinya mereka boleh jadi berada di bawah level kita. Mereka lebih sibuk menguras tenaga mencari-cari kesalahan kita bahkan mencaci maki bukan justru memperbaiki diri mereka sendiri. Membenci tentu sesuatu yang tak berguna. Ibarat minum racun berharap orang lain mati.
Kedua, untuk memiliki kehidupan yang proaktif bisa dilakukan dengan mengambil tanggung jawab lebih. Sudah saatnya Anda sebagai anak muda mengambil peran lebih besar lagi. Sekalipun lingkungan Anda kurang mendukung. Hal ini bisa dimulai dari hal kecil, misalnya jika ada kegiatan tertentu, Anda bisa tampil sebagai ketua panitia, pembaca doa, atau menjadi pengarah di acara tersebut. Inilah sikap proaktif yang banyak dimiliki oleh para pemimpin.
Ketiga, biasakan memandang suatu tantangan sebagai kesempatan naik kelas. Seperti diketahui, manusia adalah makhluk yang mudah sekali beradaptasi. Misalnya ketika Anda belajar mengemudikan kendaraan, mungkin awalnya tampak kesulitan namun perlahan akan menjadi terbiasa. Nah ketika kita memahat diri dengan kebiasaan baru yang lebih proaktif, maka dengan sendirinya kita akan naik kelas menuju level yang jauh lebih tinggi lagi.
Ditulis oleh Irma Yanti Lubis, dalam buku ” INDONESIA RECOVERY MENYAMBUT MUSIM SEMI PASCA PENDEMI, SYAFII EFENDI &PARTNERS