PPNI Bireuen, Lelaki di Ujung Bukit dan Alur Emas

hut ppni

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Bireuen dalam rangka HUT PPNI ke 49 melaksanakan program PPNI Bireuen Saweu Syedara ke Buket Sudan, Kecamatan Peusangan Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen, pada hari Minggu, 19 Maret 2023.

Program PPNI Saweu Syedara ini adalah salah satu program PPNI dalam rangka HUT PPNI ke 49, yang diputuskan dalam rapat Pleno Pengurus Harian DPD PPNI Kabupaten Bireuen pada tanggal 06 Maret 2023. Berikut Hasil Rapat Pengurus Harian tersebut : Kegiatan Olahraga Futsal Ceria, tanggal 11 Maret 2023, koordinator Ns. Yahya, S.Kep., Kegiatan Donor Darah Tanggal 17 Maret 2023 dengan Koordinator Ns. Herizal ilyas , S.Kep., PPNI Saweu Syedara ke Buket Sudan pada tanggal 19 Maret 2023 koordinator Ns. Didi Suryadi, S.Kep., dan Podcast Bersama Tokoh Nasional dengan Koordinator Ns. Mahadhir, M.Kep (tentative).

Program PPNI Saweu Syedara ini ditargetkan berkunjung ke rumah “Lelaki di Ujung Bukit” , begitu kami mengistilahkan, karena yang kita kunjungi ini adalah seorang kepala keluarga termasuk kategori keluarga miskin di sebuah gampong yang jauh di atas bukit di pedalaman yang berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah, di Dusun Alue Ie Ceuko, dan masih dalam wilayah Gampong Buket Sudan.

Kami akan mengunjunginya dengan mengantarkan sembako, santunan uang tunai dan sudah disiapkan kebutuhan medis untuk memberikan pengobatan gratis serta pemeriksaan kesehatan kepada lelaki diujung bukit tersebut bersama keluarganya.

Mawardi (49) , begitulah nama lelaki di ujung bukit tersebut, dan kerap dipanggil warga dengan Su’ud, yang menetap di Dusun Alue Ie Cikoe, pedalaman Buket Sudah tersebut tinggal bersama dua orang Istri, istri pertama bernama Agusmiati (48) dan istri kedua bernama Nurmasyitah (36) dan 12 anaknya. Saat ini 2 (dua) orang anaknya sudah tinggal bersama sanak familinya di Gampong Buket Sudan, berarti 10 (sepuluh) anak yang masih bersamanya. Sejak 12 tahun yang lalu Mawardi dan keluarganya tinggal disitu untuk berkebun.

Rombongan PPNI Bireuen pagi Minggu berkumpul di Warkop Selat Malaka Matangglumpang Dua pukul 08.00 WIB, setelah ngopi sejenak memeriksa semua perlengkapan dan foto bersama dengan owner Warkop Selat Malaka Tgk Haji Fauzi, yang juga perawat alumni Akper Mona Banda Aceh, lalu mulai bergerak dengan menggunakan 1 unit mobil double cabin yang disopiri oleh Boyok, Bendahara Fauzi memakai Motor Trail dan beberapa yang lain ada yang menggunakan motor standar, tujuan menuju ke meunasah Gampong Buket Sudan.

Sesampainya di Meunasah Buket Sudan, Koordinator program Didi Suryadi segera menghubungi perangkat desa, tak lama semua anggota tim rombongan sudah berkumpul dan briefing sejenak serta berdoa untuk kelancaran acara kita.

Rombongan Pengurus PPNI Bireuen yang terdiri dari Ketua Mirzal Tawi, Sekretaris Muhammad Hidayat, Bendahara Fauzi Mahmud, para wakil ketua dan anggota antara lain Nurhidayat, Yahya, Busyralilmukminin, Mahadzir, Miswar, Didi Suryadi, Boyok, ustadz Khairil Mursalin, perwakilan DPK PPNI Peusangan Siblah Krueng Mantri Zulkifli, dan didampingi perangkat desa Sekdes Muntasir dan
Muhammad Nasir Kadus Alue Ceukoe. Tepat pukul 09.30 WIB semua anggota rombongan bergerak berangkat dari Meunasah Buket Sudan dengan mobil Double Cabin dan Bendahara Fauzi menggunakan Motor Trail. Saya bersama 2 (dua) orang perangkat desa dan Miswar duduk dibagian dalam cabin bersama sopir, sedangkan rekan-rekan yang lain di cabin belakang.

Perjalanannya begitu memacu adrenalin, medan perjalanan yang luar biasa menantang, menerobos hutan-hutan kecil dan ranting pohon liar serta pohon sawit, turun naik melewati bukit-bukit diantara hamparan pohon sawit yang terbentang luas, jalanan yang menanjak, curam kiri kanan, dan licin penuh lumpur karena malamnya kawasan tersebut diguyur hujan deras semakin menambah seru dan menegangkan. Beberapa kali rombongan harus turun membersihkan batang kayu yang menghalangi jalan dan memandu sopir. Dan juga membantu pak Fauzi yang berboncengan dengan Didi Suryadi yang beberapa kali terjerembab jatuh dan belepotan dengan lumpur. Alhamdulillah hari ini matahari bersinar dengan terangnya membakar tanah jalanan yang kami lalui sehingga sedikit bisa mengeringkan mengurangi kadar licinnya.

Setelah melewati perjalanan 30 KM dari Meunasah Buket Sudan atau 50 KM dari Keude Matangglumpang Dua dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam, dengan medan yang sulit…Alhamdulillah, dengan kepiawaian sang sopir Boyok yang sangat tenang dan tangkas, akhirnya kami sampai ke lokasi yang dituju pada pukul 13.00 WIB.

Kedatangan kami langsung disambut segerombolan anjing yang menyalak, namun tidak menyurutkan semangat kami. Bang Tasir , Bang Nasir (Perangkat Desa) bersama perawat perwakilan DPK PPNI Peusangan Siblah Krueng Mantri Jol mendatangi rumah Mawardi, anggota tim yang lain menunggu sekitar 100 meter dari rumah tersebut.

Setelah kami menunggu sekitar 20 menit, perangkat desa bersama perawat kami, menyampaikan bahwa tidak ada “lelaki di ujung bukit” tersebut di rumah, yang ada hanya anaknya 2 orang , saat ditanyai malah anak kecil tersebut hanya menangis. Melihat gelagat yang kurang bersahabat, perangkat desa mengajak kami untuk putar haluan balik pulang. Menurut keterangan pak Kadus Nasir, bahwa Mawardi atau Su’ud ada riwayat gangguan kejiwaan atau istilah kesehatan disebut dengan ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa), dan kadang-kadang penyakitnya kambuh. Sepertinya penyakitnya sedang kambuh sehingga dia sengaja menghindar dan meninggalkan rumah saat didatangi tadi, begitu kata pak Kadus yang amini oleh pak sekdes.

Tiba-tiba diarah depan ,muncul seorang lelaki dengan menghunus parang panjang dan berteriak – teriak, dan ternyata itu adalah Mawardi, lelaki diujung bukit, dengan garangnya menuju ke arah kami. Tanpa pikir panjang, perangkat desa langsung berkomando untuk semua tim naik mobil dan tancap gas. Dengan sigap sang sopir kami tancap gas, lelaki tersebut berlari ke arah mobil menghadang didepan, namun sang sopir bisa mengontrol mobil dengan baik tanpa ada sentuhan apapun dengan lelaki tersebut dan bisa melaju. Namun lelaki tersebut belum menyerah ternyata masih mengejar mobil kami dengan parang terhunus ditangan, sopir tancap gas lebih kuat lagi dan mobil bergerak kencang meninggalkan lelaki tersebut, terdengar anggota tim yang duduk dibelakang mobil berteriak “cepat…cepat….cepat!!!!!” , dan ada juga yang melafalkan asma Allah….”Allahu Akbar!!!”,…”Lailahaillallah”….!!!

Sejurus terlihat Pak Bendahara Fauzi dengan gerak cepat ngegas Motor Trail tancap gas ke arah berlawanan dengan kami, mengamankan diri menuju areal kebun sawit yang luas.

Setelah kondisi terpantau aman, mobil double cabin dan rombongan berhenti menunggu pak Fauzi yang tadi bergerak berlawanan arah. Kami turun dari Mobil memantau dari kejauhan ke arah lokasi rumah Lelaki tersebut. Terlihat wajah-wajah pucat dan tegang tentunya dengan debaran jantung yang masih memacu kencang karena baru saja melewati drama yang cukup “heroik”.

Beberapa anggota tim mulai gelisah dan mencoba mereka-reka kondisi pak Fauzi. Berbagai macam bayangan pikiran terbersit dalam benak kami. Saya keluarkan handphone dari saku celana lalu saya telpon pak Fauzi, beberapa kali tidak terkoneksi karena memang di kawasan tersebut sinyal hape tidak stabil. Saya coba berulang kali, Alhamdulillah terkoneksi dan terdengar nada masuk, dan pak Fauzi mengangkat panggilan saya, terdengar suaranya di speaker hape saya yang sengaja saya stel bisa didengar semua anggota tim.

Setelah sejenak saya berbicara menanyakan kondisi dan posisi pak Fauzi, lalu hape saya serahkan ke Bang Tasir Sekdes, terdengar Bang Tasir mengarahkan dan membimbing pak Fauzi untuk menyamar dan tidak takut untuk bisa kembali memandu motor trailnya balik menuju arah posisi saat kini kami menunggu.

Saya dengar pak sekdes meminta pak Fauzi untuk membuka baju rompi dan topinya, dengan maksud jangan dikenali lagi oleh sang lelaki tersebut.

Kami menunggu harap-harap cemas, di awang-awang pikiran berkecamuk bayangan rekaan ilusi yang tidak menentu, dan seraya berdoa semoga pak Fauzi bisa sukses melewati jalan pulang ke tempat kami menunggu dengan aman tanpa kurang sesuatu apapun. Setelah beberapa menit kemudian terdengar suara raungan motor yang digeber dengan kencang,,,,dan Alhamdulillah drivernya adalah Pak Fauzi!. Seketika kami semua senang dan bahagia,,,,yang tadinya tertekan perasaan dengan kondisi yang mencekam langsung berubah kembali ceria dan muncul kembali tawa canda dan bahasa-bahasa lucu.

Menurut cerita pak Fauzi, saat dia mengikuti arahan kami untuk menyamar dan kembali mengambil jalan pulang yang melewati lokasi rumah Lelaki tersebut, ada kejadian yang sangat menegangkan. Pak Fauzi dengan penuh keyakinan dan berdoa kepada Allah, memandu motor trailnya, dari jauh pak Fauzi memantau jalan menuju lokasi seputaran rumah Lelaki tersebut dan tidak nampak lagi sang lelaki tersebut… Alhamdulillah pak Fuazi bergumam dalam hati….namun tiba-tiba di persimpangan jalan yang tertutup dengan belukar, keluar sang lelaki tersebut dengan parang (golok) panjangnya,,, Astaghfirullah…Allahu Akbar!!! Pak Fauzi sangat terkejut, namun dengan izin Allah, Alhamdulillah pak Fauzi bisa menguasai motornya, dan tancap gas mengelak sang lelaki dari sisi kanannya, dan pak Fauzi berhasil meloloskan diri.

Dengan perasan aman dan nyaman, kami kembali bergerak melanjutkan perjalanan pulang. Dan yang anehnya, di dalam cabin depan sudah muat 4 orang penumpang. Ternyata tadi ada kejadian lucu, saat dikejar sang lelaki di ujung bukit itu, karena panik dan menyelamatkan diri, pak Yahya yang sebelumnya duduk di cabin belakang memaksa masuk ke cabin depan. Beberapa kali tanpa sadar, saat masuk dan menutup pintu depan tidak bisa, dan terhalang jatuh keluar lagi…namun pak Yahya tetap berusaha keras dan rekan yang didalam cabin mencoba memberi ruang, dan akhirnya pak Yahya bisa lolos masuk ke dalam cabin depan.

Mobil Double cabin yang disopiri Boyok terus bergerak menyusuri jalanan tadi yang pernah kami lalui. Pak Fauzi sudah duluan melaju didepan dengan motor trailnya. Tiba-tiba pak Fauzi berdiri jalanan di arah pandang depan mobil memberikan isyarat berhenti, seketika suasana berubah ada apa lagi gerangan. Ternyata motor trailnya terjerembab tergelincir akibat licin pada jalan menurun ekstrim.

Segera saja dengan sigap para anggota tim turun membantu, dan pak Mahadzir menawarkan untuk menggantikan pak Fauzi sebagai driver motor trail dan pak Fauzi setuju. Lalu kami pun melanjutkan perjalanan.

Sekitar pukul 16.00 WIB, kira-kira 5 KM jarak ke Meunasah Buket Sudan lalu kami belok ke kanan untuk menuju kawasan anak cabang sungai emas (Alur Emas) atau Alue Meuh in bahasa Aceh . Sesuai yang sudah kami rencanakan bahwa selain kegiatan aksi sosial, kami juga akan laksanakan kegiatan eksplorasi alam atau rihlah. Tujuan kami adalah air terjun Alue Meuh.

Tidak jauh kami bergerak sudah mendekati lokasi Air Terjun, nampak bapak-bapak sedang memonitor motornya, rupanya sepeda motornya mogok. Untuk menuju ke lokasi terjun harus menyeberangi sungai kecil tersebut dan karena hujan tadi malam debit airnya meninggi dan tidak bisa dilewatkan kendaraan bermotor. Mobil Double cabin kami juga tidak bisa menyeberangi sungai kecil tersebut, terpaksa mobil diparkirkan ke pinggir jalan dan kami jalan kaki sembari membawa semua bahan dan peralatan kami menyusuri belukar ke jalur pinggir sungai yang lebih dangkal untuk bisa diseberangi.

Dari posisi sungai kecil tersebut jarak ke lokasi air terjun tidak jauh lagi sekitar 500 meter. Kami terus berjalan kaki menyusuri jalan desa, dan disepanjang jalan tersebut ada beberapa rumah warga. Melihat kedatangan kami, warga disitu tersenyum dan sangat ramah menyapa kami.

Sesampainya diujung jalan ada jembatan gantung, kami tidak melewati jembatan tersebut, namun mengambil jalan setapak ke kanan masuk ke lahan atau semacam kebun warga yang disebelah kanannya ada sepetak sawah dengan padi menghijau, kami terus berjalan ada rumah warga , tidak jauh dibelakang rumah tersebut melewati jalan setapak kiri kanannya belukar kecil….Alhamdulillah terdengar suara air dan terlihat lah air terjun yang begitu indah.

Tidak menunggu lama lagi, kami pun menceburkan diri ke air sungai air terjun tersebut,,, Masya Allah airnya dingin, segar dan alamnya masih alami. Kami menikmati nikmatnya dan indahnya ciptaan Allah Yang Maha Kuasa. Nikmat Tuhan Mana Yang Kau Dustakan????
Kami mandi sepuasnya, lalu naik ke batuan dimana air terjun itu jatuh ke bawah,,,terasa lega, segar, lepas segala kepenatan, terasa hilang semua ketegangan tadi,,,,tentunya tidak ketinggalan aksi jepret momen oleh pakar IT kita dari UMMAH, ustadz Chairil Maulana, S.T. Beliau adalah foundernya startup JuangJek https://juangjek.com/, dan juga the man behind scene nya channel CaPer Podcast punya PPNI Bireuen. Dijamin awesome…lahh!!!! Oh ya…momen perjalanan kami ini juga direkam oleh beliau, mungkin yang gak sempat terekam adalah saat-saat dikejar oleh Lelaki di Ujung Bukit.

Sebagian tim menyiapkan makan siang, untuk lauk pauk dan perlengkapannya sudah disiapkan sehari sebelum hari H. Untuk urusan ini sudah ditangani dengan apik oleh koordinator acara yaitu pak korlap Didi Suryadi alias Didi Noah. Semua bahan dan perlengkapan itu lah yang tadi kami turunkan dari mobil untuk dibawa ke lokasi.

Pak Korlap sudah siapkan ikan mulus (bandeng) dan suree (tongkol), cah kangkung, minuman mineral, nasi putih bungkus, arang, korek api, panggangan, kopi, pisang rebus plus kelapa parut plus gula, tomat, bawang, kecap, pisau, telor, dan makanan ringan, pakokenya komplit dah….!!!

Pak korlap dibantu pak Mahadzir, Miswar, Mantri Jol, pak sekdes , pak Kadus mengolah ikan panggang. Alhamdulillah, kami menikmati makan siang dengan ikan mulus dan tongkol panggang dengan latar belakang air terjun yang indah dan suara alam yang masih perawan…luar biasa nikmatnya!!!

Setelah puas menikmati segarnya air terjun dan indahnya alam Alue Meuh, kami beranjak pulang kembali ke Meunasah Buket Sudan. Tiba di Meunasah Buket Sudan sekitar pukul 17.00 WIB lewat, kemudian kami shalat jamak qashar Zuhur Ashar.

Tiba-tiba dengan wajah pucat pasi pak Busyra berjalan ke arah kami dan mengatakan bahwa tas kecil yang berisi dompet, dan hapenya tertinggal di rumah warga di jalan menuju air terjun. Tadi dia singgah disitu minta permisi ke sumur (kamar mandi) untuk ganti pakaian setalah mandi di air terjun, dia lupa tas kecilnya yang disangkut di dinding. Pak Busyra ditemani pak Mahadzir menggunakan motor trail pak Fauzi kembali menuju ke rumah warga tersebut.

Selanjutnya saya bersama pak Fauzi, Miswar, Mantri Jol, pak sekdes dan pak Kadus ke rumah pak Keuchik, kami silaturahmi dan sambil bercerita tentang perjalanan kami tadi. Dan Pak Keuchik pun menyetujui bahwa bantuan diserahkan saja kepada anaknya pak Mawardi. Sembari menunggu kembalinya Pak Busyra dan Mahadzir, kami putuskan untuk serahkan terus bantuan kami.

Rumah tempat tinggal anak tersebut tidak jauh dari rumah pak keuchik, kami menyerahkan bantuan sembako dan santunan uang tunai kepada 2 (dua) orang anaknya pak Mawardi si “Lelaki di Ujung Bukit” , yang saat ini tinggal bersama kakaknya pak Mawardi. Alhamdulillah anak-anak tersebut bisa bersekolah dan belajar ngaji serta terpenuhi akses pelayanan kesehatannya apabila sakit. Berbeda nasib dengan saudara-saudaranya yang tinggal di ujung bukit sana.

Usai menyalurkan bantuan, kami pun pamitan kepada perangkat desa dan juga warga yang hadir di lokasi. Ternyata jam telah menunjukkan pukul 18.50 WIB, azan pun berkumandang tanda masuknya waktu shalat Maghrib. Kami pun shalat Maghrib berjamaah di Meunasah Buket Sudan. Selepas shalat maghrib dan pak Busyra pun sudah kembali bersama Pak Mahadzir, kami pun beranjak bergerak pulang meninggalkan Gampong Buket Sudan seperti saat tadi pagi berangkat dari titik kumpul warkop Selat Malaka. Alhamdulillah Misi selesai!!!

Namun ada satu hal yang patut menjadi konsen kami selaku insan kesehatan, bahwa Lelaki di Ujung Bukit bahkan siapapun dia dan dimana pun mempunyai hak untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang layak bagi kehidupannya, pemerintah wajib menjamin hal tersebut, karena itu adalah hak asasi dari warga negara. Menurut kami, Program Satu Gampong Satu Perawat (One Village One Nurse) bisa menjadi solusi!

Program satu gampong satu perawat (OVON) menjadi solusi alternatif bagi peningkatan pelayanan kesehatan bagi warga desa di Indonesia disaat adanya disparitas sebaran tenaga kesehatan yang tidak berimbang dan jarak akses pelayanan kesehatan yang jauh.

Apalagi saat ini Pemerintah Daerah Kabupaten Bireuen melalui Dinas Kesehatan sudah mencanangkan program Bireuen Sehat. Untuk mewujudkan visi tersebut tentunya tidak cukup hanya dengan pembangunan infrastruktur saja, perlu juga didukung sumber daya manusia kesehatan, terutama adalah perawat. Seperti yang kita ketahui bahwa perawat adalah tenaga kesehatan yang dominan dalam pelayanan kesehatan, selain itu perawat memiliki kompetensi utama berupa asuhan keperawatan yang mencakup promotif, preventif, kuratif (delegasi dan mandat) dan pemulihan kesehatan. Perawat juga memiliki kewenangan klinis yang bisa memberikan layanan primer pada tingkat individu, keluarga dan masyarakat. Oleh karenanya sangat cocok perawat bisa menjadi garda terdepan dalam pelayanan kesehatan di pelosok desa.

Program Perawat Gampong atau Satu Gampong Satu Perawat (OVON), sebagai upaya mewujudkan pembangunan kesehatan sampai tingkat desa, serta membangun desa mandiri.
Perawat Gampong tersebut diprioritaskan putra putra daerah setempat atau sekitar, supaya tidak ada masalah, jadi mereka layaknya seperti pulang kampung. Progam tersebut disamping untuk kemandirian desa juga bisa menjadi upaya pemerintah menjamin kesejahteraan perawat sebagai anak bangsa, mengurangi angka pengangguran, dengan terserapnya lulusan pendidikan tinggi keperawatan. Sedangkan untuk pembiayaan program tersebut seperti honor atau gaji, dan lain-lain bisa digunakan Dana Desa, tentunya perlu diatur dalam regulasi resmi.

Kita berharap semua warga seperti “Lelaki Di Ujung Bukit” dan Lelaki-lelaki lainnya yang ada diujung negeri bisa mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang memadai untuk kehidupannya.

Dan kita juga berharap dan berdoa semoga Lelaki di Ujung Bukit bersedia membawa turun anak dan istrinya ke kampung sehingga terpenuhinya akses pendidikan dan kesehatan, biar dia saja yang disana berkebun untuk penghasilan. Semoga!

Nonton video perjalanan kami di Caper Podcast https://youtu.be/5UVNC_xeWy0

Dirgahayu PPNI Ke-49, Gapai Sejahtera Dengan Profesionalisme!!!!
PPNI Bireuen…Jaya…Jaya…Jaya!!!

2 thoughts on “PPNI Bireuen, Lelaki di Ujung Bukit dan Alur Emas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *