Raih Ramadhan Yang Mabrur

Apa itu Mabrur? Mabrur berarti diterimanya ibadah seorang muslim oleh Allah Ta’ala, oleh sebab itu Ramadhan kita akan di sebut mabrur jika terdapat ciri-ciri atau indikatornya.
Setidaknya ada 5 (lima) ciri atau 5 (lima) indikator dari mabrurnya Ramadhan kita. Simak penjelasannya sebagai berikut :
Pertama , Salimul Aqidah (Akidah yang semakin baik)
Ramadhan akan menempa diri kita untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, Ditandai dengan semakin kuatnya ikatan hati kita kepada Allah Ta’ala, semakin kuat ikatan itu, akan semakin rindu kita kepada Allah Ta’ala. Dalam praktiknya, kita akan merasa sedih jika melewatkan momen-momen ibadah. Merasa sedih jika tertinggal shalat berjamaah, merasa menyesal karena terlewat shalat dhuha , terlewatkan berjamaah tarawih dan witir , membaca Al –Qur’an dan contoh lainnya yang membuat kita menyesal jika melewatkan aneka momen kebaikan dalam bulan suci Ramadhan.
Karena dengan semakin baik dan lurusnya aqidah kita , seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Sang pencipta, sebagaimana Allah Ta’ala telah berfirman yang artinya : “ Sesungguhnya Shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua untuk Allah tuhan semesta alam”(Qs. Al An’am : 162)
Kedua , Salimul Ibadah (Ibadah yang semakin baik)
Bagaimana dengan kondisi ibadah kita ? Apakah bertambah kualitas dan kuantitasnya?.
Hal ini juga yang menjadi indikator mabrur-tidaknya Ramadhan kita.
Jika pada saat sebelum Ramadhan masih melewatkan ibadah-ibadah sunah, maka Ramadhan ini adalah momen yang tepat untuk meningkatkan amalan-amalan sunah. Entah itu shalatTarawih dan Witir , Qiyamul lail , dhuha, membaca Al-Quran, shalat sunnah rawatib, ataupun amalan-amalan sunah lainnya.
Jika kita sudah bisa mengalahkan rasa malas untuk terus meningkatkan ibadah kita sesuai dengan perintah dan contoh dari baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam, maka ini merupakan ciri dari Salimul ibadah (Ibadah yang semakin baik untuk hamba hamba Allah Ta’ala).
Allah Ta’ala, telah memberitakan kepada kita bahwa Dia menciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya. Firman Allah Ta’ala, . Artinya: “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”(Qs. Adz-Dzariyat:56).
Oleh karena itu Allah Ta’ala memberikan ujian dengan perintah ibadah , melaksanakan perintah, dan menjauhi segala larangan-Nya. Allah Ta’ala, berfirman. Artinya “(Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya (Qs.Al Mulk:2).
Ketiga , Salimul Akhlak (Akhlak yang semakin baik)
Mabrur-tidaknya Ramadhan juga bisa dilihat dari indikator akhlak kita. Apakah semakin hari semakin baik, atau masih seperti dulu, sama saja? Memang, karakter seseorang itu sulit untuk diubah, karakter menjadi suatu barang yang unik dari setiap manusia. Namun, walaupun karakter cenderung “permanen” atau istilahnya “dari sononya begitu”, tapi akhlak seseorang dapat diperbaiki. Melalui Ramadhan, akhlak kita akan dibina hingga melahirkan kesalehan Spiritual, Kesholehan Intelektual, Kesholehan Emosiinal dan Kesholehan Sosial.
Keempat : Salimul Fikr (Pemikiran yang semakin baik)
Kualitas pemikiran seseorang dipengaruhi oleh ilmu yang dia terima dan dari kondisi lingkungannya. Ilmu yang didapat bisa bersumber dari bahan bacaan, tontonan, majelis taklim, bangku sekolah formal dan non formal hingga pergaulan.
Ilmu yang didapat akan mengakar menjadi pemahaman yang melandasi pola pikirnya, lalu pola pikir itu akan melahirkan suatu tindakan yang berujung pada karakter seseorang. Semakin baik ilmu yang didapat, akan semakin baik pemikiran seseorang sebagaimana filosofi padi semakin tua dan berisi akan semakin merunduk (taat) bukan malah semakin ‘menantang’ langit.
Ramadhan menjadi ajang pembelajaran yang berharga untuk meningkatkan kapasitas pemikiran seseorang maka Ramadhan Juga di sebut dengan Syahrut Tarbiyyah (bulan pendidikan) semakin kita cerdas dalam mengisi Ramadhan maka Allah Ta’ala, akan mewisuda kita dengan gelar yang amat tinggi di sisinya mengalahkan gelar-gelar keduniawian yaitu gelar ketaqwaan (Qs. Al Baqoroh: 183).
Kelima Salimun Nafs (Jiwa yang semakin baik)
Jika merujuk pada pepatah “mensana in corpore sano” : di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, maka Ramadhan adalah momen yang tepat untuk menyehatkan tubuh dan jiwa sekaligus.
Bagaimana tidak ?
Para ahli medis pun bersepakat bahwa puasa dapat meningkatkan kesehatan seseorang. Dari tubuh yang sehat itu, seseorang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya secara maksimal. Selain itu, puasa dapat menahan hawa nafsu seseorang sehingga jiwanya akan terlatih untuk menghindari kesia-siaan─yang merupakan tanda baiknya seorang muslim.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam, bersabda : “Puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa janganlah berkata keji dan berteriak-teriak, jika ada orang yang mencercanya atau memeranginya, maka ucapkanlah, ‘Aku sedang berpuasa” (HR. Bukhori dan Muslim).
Maka oleh karena itu puasa menjadikan jiwa pelakunya semakin baik karena mengkombinasikan dua kesehatan yaitu tubuh dan jiwa itu, kemudian akan melahirkan manusia yang paripurna.
Kesimpulannya bahwa seperti perkataan Ustadz Adi Hidayat :
“Tanda Puasa anda berhasil, ada perubahan karakter!” Diibaratkan pada proses mesin pengolahan kayu, masuknya Pinus keluarnya kertas, jangan masuk Pinus, keluarnya juga Pinus, dan celakanya malah keluar pisang.
Sahabatku,,
Yang menjadi pertanyaannya adalah : adakah kelima tanda-tanda itu bersemayam pada sudut-sudut diri kita ?
Apakah Ramadhan ini telah membina diri kita menjadi pribadi yang mabrur ?
Tidak perlu dijawab dengan kata-kata. Mari kita sama-sama mengoptimalkan Ramadhan yang terus berjalan untuk mengejar tanda-tanda kemabruran itu.
Semoga kita digolongkan ke dalam hamba-Nya yang bertakwa dan mendapatkan kemenangan dari Allah Ta’ala . Aamin.
Sumber : http://bogor-kota.muhammadiyah.or.id/ar/artikel-ramadhan-yang-mabrur-detail-993.html