Pemilu Turkiye, Antara Kebangkitan “New Ottoman” atau “New Attaturk”?

Pemilu Turkiye yang akan berlangsung 14 Mei mendatang dapat dikatakan sebagai pertarungan antara New Ottoman versus New Attaturk. Kedua kandidat yang bersaing, satunya adalah jelas sosok yang sedang berupaya membangkitkan kembali kejayaan Turkiye seperti era Ottoman yang disegani dunia dan satunya lagi adalah sosok yang mendewakan Mustafa Kamal Attaturk dengan pandangan-pandangan Sekulerisme Radikalnya.

Paham Attaturk kita katakan Sekulerisme Radikal karena sejarah mencatat mereka bukan sekedar memisahkan agama dari kehidupan publik, tapi juga secara totalitas memusuhi simbol-simbol Islam hingga pada tataran mengubah suara adzan ke bahasa latin. Jadi Sekulerisme Attaturk bukan sekedar mengincar muslimah-muslimah yang menutup auratnya dengan jelbab. Tapi lebih radikal lagi.Dan sosok Kemal Kilicdaroglu yang menjadi pesaing serius Erdogan dalam Pilpres ini adalah ketua dari Partai CHP yang didirikan Attaturk.

Sementara itu, rekam jejak Erdogan selama kepemimpinannya sebagai Perdana Menteri dan juga Presiden jelas menunjukkan dia sedang berupaya mengembalikan New Ottoman. Upaya Erdogan ini bukan sekedar pada tataran simbol seperti memahamkan kembali bangsanya terhadap sejarah Ottoman sebagai kekaisaran Islam dg para Sultan-sulthannya yang agung, tapi juga Erdogan berupaya membawa Turkiye menjadi negara kuat yang mandiri dan disegani. Di bawah Erdogan, ketergantungan Turkiye kepada pasokan senjata dari Barat semakin hari semakin hilang.

Saat Turkiye menghilangkan ketergantungan inilah mereka bisa menjadi mandiri. Bahkan saat ini Turkiye telah mampu menjadi pengekspor drone-drone canggih yang mengkhawatirkan Barat.Karena bagi Erdogan, tidak mungkin Turkiye akan kuat jika persenjataannya bergantung pada Barat. Begitu juga dalam aspek lainnya. Erdogan juga memberikan kebebasan yang tinggi bagi umat Islam untuk menunjukkan identitasnya di depan publik. Semua aturan yang mengekang umat Islam warisan Attaturk dicabut selama Erdogan berkuasa. Itu sebab, dukungan bagi Erdogan dari bangsa cukup kuat hingga sejauh ini. Erdogan dan partainya telah memimpin Turkiye lebih dari dua dekade.Maka kiprah Erdogan ini tentu sangat mengkhawatirkan para pengikut Attaturk.

Sadar bahwa Sekulerisme di Turkiye jg masih sangat kuat, berbagai upaya dilakukan untuk menghentikan langkah Erdogan. Kaum sekuler lebih merasa nyaman mengekor kepada Barat alih-alih menjadi bangsa yang mandiri. Anehnya, mereka melihat seolah sejarah Turkiye hanya dimulai dari masa Attaturk.

Padahal Turkiye telah memiliki sejarah panjang berabad-abad lamanya sebagai kekaisaran Islam yang kuat. Walaupun mereka mendewakan Attaturk sebagai pahlawan kemerdekaan Turkiye, tapi nyatanya di bawah Attaturk lah justru muslim Turkiye mengalami penindasan. Bagaimana Attaturk disebut sebagai pahlawan jika bangsanya sendiri ditindas hanya karena keislamannya.Tapi memang, jika kita mau teliti, opini Mustafa Kamal Attaturk sebagai pahlawan Turkiye diberikan sejatinya bukanlah karena keterlibatannya dalam perang kemerdekaan, melainkan karena keberhasilan menindas umat Islam dan menghilangkan simbol-simbol Islam di negara bekas pusat kekaisaran Islam ini. Itulah agaknya alasan dan sebab ia dianggap sebagai pahlawan oleh kaum sekuler Turkiye. Buktinya, narasi kaum sekuler Turkiye dewasa ini tentang Attaturk bukanlah tentang sosok Attaturk dalam perang kemerdekaan melawan Barat. Tapi tentang kebenciannya Attaturk kepada Islam.

Coba perhatikan, apa warisan Attaturk bagi pengikutnya di Turkiye khususnya dewasa ini? Jawabannya adalah kebencian kepada Islam. Kebencian kepada simbol-simbol Islam seperti jelbab muslimah dan lainnya. Jadi, warisan Attaturk kepada pendukung atau pengikut paham sekulernya sama sekali bukan kebencian kepada penjajah Barat dan agenda2 penjajahan modernnya. Malahan, kaum sekuler Turkiye secara konsisten justru ingin membawa kembali Turkiye membebek kepada Barat.Jadi disini kan jelas mengapa Attaturk dianggap sebagai pahlawan dan diagung-agungkan kaum sekuler?

Nah, dalam Pilpres Turkiye pada 14 Mei nanti yang akan menjadi saingan utama Erdogan adalah Kemal Kilicdaroglu yang merupakan sosok penerus jejak dari Attaturk. Di antara isu hangat di media-media Turkiye dan sosial medianya beberapa waktu terakhir adalah komentar Kilicdaroglu yang mengkritisi perusahaan nasional Turkiye, Baykar yang bergerak dalam bidang teknologi. Perusahaan ini telah berhasil memproduksi drone-drone dan pesawat tempur canggih Turkiye yang membuat Turkiye disegani kawan dan lawan. Anehnya, Kilicdaroglu juga juga mengatakan akan menjadikan bekas bandara Attaturk di Istanbul menjadi pusat riset luar angkasa dan akan diserahkan pengelolaannya kepada kawannya di Amerika. Komentar Kilicdaroglu segera mendapat respon keras dari kalangan nasionalis Turkiye dan apalagi dari Islamis. Perusahaan- perusahaan nasional Turkiye juga protes dan mengatakan bahwa mereka bukanlah orang asing di negerinya.Jadi, jelas bahwa Kilicdaroglu tidak jauh bedanya dengan Kamal Attaturk yang pro Barat dan bersedia menjadi pembebeknya.

Paham Sekulerisme sesungguhnya memang membawa penganutnya untuk sepenuhnya menjadi budak-budak barat yang hina. Tapi Kilicdaroglu bukan tidak paham resiko dari statemennya itu, ia agaknya justru sedang menunjukkan kepada Barat bahwa ia siap menjadi budak mereka. Kilicdaroglu juga menunjukkan kepada pendukung sekulernya bagaimana rute perjalanan masa depan Turkiye jika ia memimpin. Yakni menjadi budak Barat. Jadi, Pilpres Turkiye 14 Mei nanti tidak berlebih-lebihan apabila disimpulkan sebagai pertarungan antara proyek New Ottoman versus New Attaturk.

Siapa yang menang akan menentukan masa Turkiye apakah akan berjalan ke jalan Attaturk seperti di masa sakitnya di masa silam atau terus bergerak maju mandiri dalam semua bidang. Sadar akan kontestasi pertarungan yang sangat menentukan ini, umat Islam di Turkiye semakin merapatkan barisan mendukung Erdogan. Hal demikian juga berlaku bagi kaum sekuler Turkiye yang sangat solid dan militan mendukung Kilicdaroglu. Tapi masalahnya, Kilicdaroglu dalam Pilpres ini berhasil menggaet Partai Sa’adet, satu partai Islam kecil menjadi pendukungnya.

Begitu juga sejumlah teman-teman Erdogan.Kilicdaroglu juga susah payah berusaha mengubah citra dan image partainya yang anti Islam. Ia mengatakan jika berkuasa akan tetap memberikan kebebasan muslimah untuk berhijab, mempromosikan sejumlah Caleg perempuannya yang berhijab, berdiri dibawah kaligrafi bertuliskan “Allah” dan sebagainya. Tentu, semua itu dilakukan dengan tujuan memperoleh dukungan suara umat Islam dalam Pilpres ini. Kadangkala politisi itu memang brengsek. Dia yang tidak pernah dikenal keberpihakannya kepada Islam eh tiba-tiba memoles citra menjadi seolah sosok yang peduli Islam. Tapi anehnya, ada juga yang mau percaya.

Sejumlah survey memprediksi Kilicdaroglu akan menang. Dan sejumlah lainnya mengeluarkan hasil survey Erdogan akan menang. Jadi pertarungan dalam Pilpres Turkiye kali ini agaknya sangat ketat.Siapa yang akan menang pasti akan mengubah arah jalan masa Turkiye. Apakah akan terus berjalan menuju New Ottoman atau bangkitnya kembali New Attaturk. Kita tunggu saja hasil Pilpres 14 Mei nanti.

Teuku Zulkhairi

Pembaca berita-berita Turkiye dan Dunia Islam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *