Laksamana Keumalahayati : Panglima Inong Balee

Posisi Aceh secara geografis di Selat Malaka membuat perairan Aceh banyak dilalui dan dan disinggahi kapal asing untuk membeli rempah-rempah, baik secara resmi maupun ilegal. Untuk menertibkan hal tersebut Kerajaan Aceh membentuk angkatan laut yang tangguh dan diplomat handal.

Kedatangan kaum imperialis dan kolonialis kemudian membuat kekacauan di Selat Malaka, untuk itu Kerajaan Aceh harus mengambil tindakan. Bangsa asing pertama yang melakukan kontak dan berkonflik dengan Aceh adalah Portugis pada awal abad XVI. Portugis mencoba merebut Selat Malaka dari Aceh pada t ta- hun 1511 masehi.

Waktu itu Portugis berusaha melakukan intervensi terhadap kerajaan-kerajaan di Selat Malaka, baik Aceh maupun Malaya, hingga kemudian Portugis berhasil merebut Malaka. Kerajaan Aceh kemudian berusaha mengusir bangsa asing tersebut dari kawasan Selat Malaka.

Sebelum diangkat menjadi admiral, Laksamana Keumalahayati pernah menduduki jabatan sebagai panglima pasukan wanita (pasukan inong balee) yakni divisi tentara perempuan yang terdiri dari para janda yang suaminya telah gugur peperangan saat Aceh melawan Portugis. dalam

Pembentukan pasukan perempuan tersebut merupakan idenya Keumala Hayati. Ia menyampaikan maksudnya itu kepada sulthan dengan alasan agar wanita juga diberi kesempatan untuk berjuang di medan perang membela bangsanya, serta bisa menuntut balas atas kematian suaminya.

Ide Keumalahayati itu diterima oleh sulthan, dan dibentuklah sebuah divisi tentara wanita yang dinamai armada Inong Balee. Untuk menopang armada tersebut, sulthan membekalinya dengan berbagai jenis senjata dan membangun benteng pertahanan sebagai pangkalan di daerah Krueng Raya. Benteng itu dinamai Kuta Inong Balee (Benteng Para Janda).

Sumber: Laksamana Keumalahayati, Penulis L.H. HAROEN, Penerbit SYAM tahun 2017

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *