Tgk Yusran Hadi: “Allah Ta’ala Mensyariatkan Ibadah Puasa Agar Kita Menjadi Orang Bertakwa”
Banda Aceh – Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh Dr. Tgk. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA. mengingatkan dan mengajak umat Islam untuk memperbanyak ibadah dan amal shalih di bulan Ramadhan untuk mencapai ketakwaan.
Hal ini disampaikan oleh Doktor Yusran Hadi dalam ceramah Tarawih pada malam ke 23 Ramadhan 1445 H (Rabu malam, 3/4/24) ba’da Isya sebelum shalat Tarawih di Masjid Syuhada, Lamgugob, Banda Aceh.
Ramadhan merupakan syahrul ‘ibadah wat taqwa (bulan ibadah dan ketakwaan). Dinamakan bulan Ramadhan dengan syahrul ibadah wa taqwa karena pada bulan ini diperintahkan melakukan ibadah puasa dan qiyam Ramadhan (shalat tarawih, tahajud/qiyamul lail, witir), tadarus Al-Qur’an, i’tikaf, serta amal shalih berupa sedekah/infak sebagaimana juga dilarang melakukan maksiat. Tujuannya untuk mencapai ketakwaan.
Para ulama mendefinisikan takwa adalah patuh terhadap segala perintah dan larangan Allah ta’ala. Definisi lain, takwa adalah mengerjakan segala perintah Allah ta’ala dan neninggalkan segala larangan-Nya. Inila hakikat takwa.
Banyak ayat Al-Qur’an dan hadits yang memerintahkan kita untuk bertakwa. Maka hukumnya wajib. Di antaranya:
Allah ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepadanya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (Ali ‘Imran: 102)
Allah ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr: 18)
Allah ta’ala berfirman,, “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung.” (Al-Ahzab: 70-71).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda, ”Bertakwalah kamu di mana saja kamu berada. Ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya akan menghapuskan (dosa)nya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (At-Tirmizi).
Tgk Yusran Hadi yang juga Doktor Fiqh dan Ushul Fiqh pada International Islamic University Malaysia (IIUM) menjelaskan ibadah yang paling utama di bulan Ramadhan sesuai dengan Sunnah Rasulullah shakkahu ‘alaihi wa sallam yang dapat mengantarkan kepada ketakwaan.
Pada bulan Ramadhan Allah ta’ala mewajibkan puasa selama sebulan penuh. Tujuannya adalah untuk menjadi orang bertakwa sebagaimana firman Allah ta’ala, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 183).
Dalam ayat di atas, Allah ta’ala menyebutkan hikmah dan tujuan dari puasa dengan firman-Nya, “agar kamu bertakwa”. Inilah keutamaan puasa yaitu meraih derajat taqwa atau menjadi orang yang bertakwa. Orang yang bertakwa dijamin masuk surga oleh Allah ta’ala sebagaimana disebutkan dalam banyak ayat Al-Qur’an dan hadits.
Pada bulan Ramadhan pula dianjurkan melakukan qiyam Ramadhan yaitu menghidupkan malam Ramadhan dengan shalat Tarawih, Tahajjud/Qiyamul Lail, Witir, dan memperbanyak tadarus Al-Qur’an. Inilah perbuatan takwa.
Dengan menjalankan ibadah puasa dan Qiyam Ramadhan yaitu shalat Tarawih, Tahajud/Qiyamul Lail, Witir dan tadarus Al-Qur’an, maka kita diharapkan menjadi orang yang bertakwa yang dijamin masuk surga oleh Allah ta’ala. Inilah doa, harapan dan cita-cita tertinggi seorang muslim.
Ramadhan melatih kita agar menjadi orang yang bertakwa melalui ibadah puasa fulltime setiap hari di bulan Ramadhan. Dalam puasa, kita dilarang melakukan hal-hal yang membatalkan puasa seperti makan, minum, dan hubungan suami istri, meskipun di luar puasa dibolehkan. Jika hal-hal yang halal dan mubah tersebut dilarang ketika berpuasa, maka terlebih lagi hal-hal yang diharamkan. Tentu kita harus lebih menjaga diri dari yang diharamkan Allah ta’ala.
Melalui shalat Tarawih, tahajuj/qiyamul lail dan Witir sebulan penuh di bulan Ramadhan, kita diharapkan melakukan shalat-shalat sunnat pada bulan-bulan lainnya. Karena di bulan Ramadhan kita sudah dilatih dan dididik untuk memperbanyak melakukan shalat sunnat sehingga terbiasa dan mudah melakukannya. Inilah perbuatan takwa.
Pada bulan Ramadhan kita sangat dianjurkan untuk memperbanyak tadarus Al-Qur’an dan berinfak, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang shahih diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Adalah Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- merupakan sosok yang paling dermawan. Terlebih lagi di bulan Ramadhan ketika Jibril menjumpainya untuk mengajarinya Al-Qur’an. Jibril menemui beliau di setiap malam Ramadhan untuk mengajarinya Al-Quran. Maka ketika Jibril menjumpainya, beliau adalah orang yang paling dermawan, lebih dari angin yang bertiup.” (Muttafaq ‘alaih).
Melalui tadarus Al-Qur’ran setiap hari di bulan Ramadhan, maka kita diharapkan selalu berinteraksi dengan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup kita, baik dengan membacanya, memahaminya (metadabburinya), menghafalnya, mempelajarinya, mengajarkannya dan mengamalkannya. Inilah perbuatan takwa.
Melalui amal shalih berupa sedekah atau infak yang selalu kita lakukan di bulan Ramadhan, maka kita diharapkan terbiasa membantu saudara-saudara kita seiman yang membutuhkan bantuan karena ekonominya yang lemah dan tidak mencukupi untuk kebutuhan hidupnya yaitu orang fakir, orang miskin, orang yang terkena bencana alam dan orang yang terdampak perang seperti saudara-saudara kita di Gaza Palestina saat ini. Inilah perbuatan takwa.
Pada bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan amal shalih terutama pada sepuluh malam terakhir untuk mencari malam Lailatul Qadar. Oleh karena itu, kita dian
jurkan untuk i’tikaf (berdiam diri di masjid untuk beribadah dengan sungguh-sungguh dan maksimal dengan mendekatkan diri kepada Allah ta’ala),” pungkas Doktor Yusran Hadi yang juga ketua Pimpinan Cabang Syah Kuala Banda Aceh ini.