Asal Muasal Kedai Kopi di Bireuen

Jumlah kedai kopi di Bireuen terus bertambah. Hari ini (22/6/24) telah dilakukan grand opening sebuah kedai kopi baru. Kedai kopi yang dilabeli nama Jatah Kuphi berada di jalan Mayjen T Hamzah Bendahara, atau persisnya di depan RSUD dr. Fauziah Bireuen.

Saya sempat menghadiri acara Grand Opening Jatah Kuphi. Hal itu untuk menghargai undangan kawan yaitu seorang pensiunan Pama Polisi. Dan melalui tulisan singkat ini juga saya ucapkan “Selamat dan Berkah untuk Jatah Kuphi.”

Nah, dari mana asal mula kedai kopi di Bireuen?Sampai saat ini belum kita temukan prasasti tentang hal muasal kedai kopi di Bireuen, kecuali dasar penuturan beberapa sesepuh Bireuen.

Menurut beberapa sesepuh Bireuen, kopi saring atau kupi sareng yang sudah menjadi ikon Bireuen diperkenalkan pada masa sebelum terbentuknya Republik tercinta ini. Ketika itu etnis Tionghoa yang datang ke Aceh melalui Ulee Lheu atau Pelabuhan Idi menyebar sampai ke Bireuen.

Etnis Tionghoa tersebut di Bireuen ada yang beternak babi, menjadi petani sayur, bertukang, dan menjual kopi saring. Pendatang yang oleh orang Bireuen sering disebut Cina, menjual kopi dengan menggunakan gerobak. Gerobak yang dilengkapi tungku pemanas, beberapa buah cawan dan kursi didorong menyelusuri jalan seputaran kota Bireuen. Dan di tempat keramaian berhenti menunggu pecandu kopi. Lokasi yang sering menjadi tempat mangkal gerobak kopi Cina, yaitu Stasion Kereta Api Bireuen, atau tempat Jatah Kuphi sekarang, di Pasar Sabtu tempat menjual lembu atau hewan ternak lainnya dan juga di pasar malam.

Seiring kemajuan zaman, gerobak kopi Cina sudah tidak terlihat lagi di Bireuen. Generasi berikutnya menjual kopi saring dengan membuka kedai kopi. Kedai kopi yang lahir sebelum kemerdekaan di antaranya Kedai Kopi Tanjong. Kedai kopi milik mendiang Supek ini masih aktif sampai hari ini.Seterusnya muncul kedai kopi di luar kota Bireuen, seperti di Cureh yang populer Beng Cureh.

Dikatakan Bank..eh salah!…Beng, karena kopi bisa ditukar dengan kelapa atau hasil tani lainnya. Berikutnya Beng Kupi Si Dawod, di Tutu Meuria Meunasah Blang, Bengkupi Sion di dekat PUPR sekarang.Orang Cina juga membuka kedai kopi di Geurugok, Leubu Cot, Matang Geulumpang Dua, Cot Keutapang, Peulimbang, Jeunib, dan di Keudee Samalanga. Ke arah Takengon muncul kedai kopi pribumi, yaitu Keudee Kupi Husen, di Simpang Meunasah Gadong, Keudee Kupi Raman Peugawee di Keudee Dua dan lainnya.

Terkait bahan baku kopi saring diolah dari biji kopi Gayo. Biji kopi itu digongseng, kemudian ditumbuk sampai berbentuk bubuk. Kopi yang sudah menjadi bubuk itu direbus dan disaring. Air rebusan itulah yang disajikan untuk penikmat kupi sareng.

*Artikel ini dikutip dari akun Facebook Adi Djuli, beliau adalah wartawan senior di Bireuen

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *