Teuku Nyak Makam, Panglima Perang Aceh Yang Sangat Ditakuti!

“Teuku Nyak Makam, salah satu Panglima perang Acheh melawan penjajah Belanda di akhir hayat nya di Dipancung Belanda. Kepala beliau dijadikan panjangan Belanda di Batavia lalu di bawa ke negeri Belanda hingga hari ini masih ada di museum Belanda.
Panglima Teuku Nyak Makam merupakan panglima perang Acheh yang diangkat langsung oleh Sultan Acheh untuk memimpin perjuangan melawan penjajah Belanda di wilayah Timur Acheh, yang meliputi kawasan Acheh Timur, Langkat dan Deli (kini masuk dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara, sebelumnya merupakan wilayah Kerajaan Acheh).
Teuku Nyak Makam diangkat menjadi Mudabbiru syarqiah, yaitu penegak kedaulatan Acheh di bagian timur dan sebagai Panglima Mandala Kerajaan Acheh di Sumatera Timur dan Acheh.
Teuku Nyak Makam salah seorang panglima perang dari Kerajaan Acheh yang dikenal gigih melawan Belanda. Pada malam 22 Juli 1896 ia Syahid dipancung. Dengan pengangkatan dan kemampuan cerdiknya dalam berperang, membuat Belanda memiliki rasa ketakutan yang hebat terhadap Teuku Nyak Makam.
Belanda menilai bahwa setiap orang Acheh sama dengan 100 orang tentara Belanda. Namun untuk Teuku Nyak Makam, Belanda menilai 10 kali lipat lagi dari setiap orang Acheh dan ini bernilai sama dengan 1.000 orang Belanda. Penilaian ini sesuai dengan fakta sejarah seperti yang dikutip dari buku Panglima Teuku Nyak Makam. Dengan kekuatan sedemikian, membuat Belanda selalu mencari cara untuk bisa mengalahkan Teuku Nyak Makam.
Akhirnya pada 21 Juli 1896, tentara Belanda mendapatkan kabar bahwa Teuku Nyak Makam sedang berada dalam keadaan lemah.Beliau sedang mengalami sakit berat di Lamnga dan jika Belanda menyerangnya, pasti dapat dihancurkan dengan cepat.
Setelah mendengar kabar tersebut, Belanda yang dipimpin oleh Letnan Kolonel G.F. Soeters segera menuju Lamnga, tepat pada 21 Juli menjelang 22 Juli 1896. Pasukan Belanda datang dengan strategi mengepung dan berkombinasi bersama satu detasemen dari batalion yang ditempatkan di Kuala Gigieng. Pasukan ini berjumlah kurang lebih 2.000 orang tentara. Dengan kekuatan dan jumlah pasukan yang banyak ini, Belanda baru sanggup menghadapi seorang Panglima Acheh, Teuku Nyak Makam yang sedang sakit parah.
Mengutip dari jurnal yang berjudul Teuku Panglima Polem’s Purse, serangan Belanda yang secara tiba-tiba ini membuat desa Lamnga tidak mempersiapkan strategi perang karena tidak ada yang memberitakan sebelumnya.
Saat itu, rata-rata penduduk desa Lamnga adalah perempuan, kakek-kakek yang sudah rentan, dan anak-anak kecil. Keadaan ini juga tidak dapat membendung ribuan tentara Belanda secara tiba-tiba untuk menyerang Teuku Nyak Makam yang berbaring lemah tak berdaya di atas tempat peristirahatannya. Dengan kebengisannya, Belanda menangkap Panglima Teuku Nyak Makam kemudian diangkat dan dibawa dengan tandu. Kemudian, istri dan penghuni lainnya yang berada di kediaman Nyak Makam juga digiring oleh para tentara dengan pisau tajam ke arah badan mereka.
Teuku Nyak Makam dan sang istri dibawa menuju kampung Gigieng, tempat Letnan Kolonel Soeters sedang menunggunya.Meskipun wajah pucat pasi, badan kurus hanya tinggal kulit pembalut tulang, tetapi itu semua tidak menghentikan Kolonel Soeters untuk menyerang Teuku Nyak Makam. Soeters memancung kepala Teuku Nyak Makam dalam keadaan yang terikat dan terbaring di atas tandunya. Atas perintah Kolonel Stemfoort, kepala Panglima Teuku Nyak Makam yang sudah dipancung itu, dibawa ke Kutaraja (kini Kota Banda Acheh), dimasukkan dalam toples besar berisi cairan alkohol, kemudian dipajang di beranda belakang Rumah Sakit Tentara (Kini Rumah Sakit Kesdam Banda Acheh).
Kepala Panglima Teuku Nyak Makam yang sudah mengelembung itu, terapung apung dalam toples tersebut.Setelah itu, tubuh Nyak Makam dicincang sampai hancur secara bergantian oleh 2.000 tentara Belanda lainnya dengan penuh semangat. Kematian Teuku Nyak Makam disaksikan secara langsung oleh istri dan anaknya. Selain itu, penduduk Lamnga pun digiring oleh pasukan Belanda untuk menyaksikan kematian Teuku Nyak Makam di Kuala Gigieng, Acheh.
Sumber: https://www.facebook.com/share/p/1BZ7yrr2iq/