Mengagungkan Ikatan Pernikahan

Allah berfirman,

يا أيها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبابل لتعارفوا إن أكرمكم عند الله أتقاكم إن الله عليم خبير

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (QS. al-Hujuraat: 13)

Keharmonisan dan kelanggengan jalinan pernikahan adalah sesuatu yang sangat diinginkan oleh semua pasangan suami istri. Mereka mendambakan rumah tangganya rumah tangga yang penuh cinta kasih sayang, sakinah mawadah warohmah.

Sebaliknya, keretakan rumah tangga dan perceraian adalah hal pahit yang tidak dinginkan oleh semua pasutri. Walaupun demikian tidak sedikit pasangan suami istri yang rumah tangganya mengalami gonjang ganjing dan keretakan dan tak sedikit pula dari mereka yang terpaksa mengakhiri rumah tangga mereka dengan perceraian.

Kunci utama kebahagiaan dalam rumah tangga adalah jika setiap individu mengagungkan dan menerap kan syariat Islam. Kita buktikan juga bahwa syariat Islam telah menetapkan tujuh benteng (langkah pencegahan) agar tidak terjadi perceraian.

Tujuh langkah tersebut adalah :

Benteng pertama: Islam memerintahkan laki-laki yang akan memilih calon istri untuk memperhatikan sisi agama calon istrinya.

Benteng kedua: Islam memerintahkan kepada laki-laki ketika hendak menikahi seorang wanita agar melihat (nadzor) wanita yang akan dinikahinya.

Benteng ketiga: Islam menetapkan hak dan kewajiban suami istri. ketika seorang wanita sudah menjadi istri maka suaminya adalah manusia yang paling wajib ia taati.

Benteng keempat: Ketika terjadi keretakan rumah tangga, Islam memerintahkan agar ada dua pihak yang menjadi mediator untuk menghubungkan kembali dua insan yang sedang bertengkar itu.

Benteng kelima: Islam melarang suami menjatuhkan talak kepada istri di saat istri dalam kondisi haid atau dalam kondisi suci setelah di gauli.

Benteng keenam: Islam menetapkan masa iddah (masa tenggang) yang panjang untuk wanita yang diceraikan suaminya.

Benteng Ketujuh: Islam menetapkan dua jatah talak raj’i (talaq yang bisa dirujuk) untuk suami.

Pasangan Hidup adalah Amanah

Iya, semua pasangan suami istri wajib sadar diri bahwa pasangannya adalah amanah yang dititipkan kepadanya. Amanah dari siapa? Amanah dari Allah Rasulullah bersabda:

“Wahai sekalian para suami bertakwalah kalian kepada Allah berkenaan dengan istri-istri kalian, sesungguhnya kalian menjadikan mereka sebagai pasangan hidup dengan amanat dari Allah dan kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. (HR.Muslim:1218)

Di samping amanat dari Rabb kita pasangan kita orang tua mereka. juga amanah dari orang tua si istri.

Wahai sekalian para suami Istri anda adalah harta yang sangat mahal yang dimiliki oleh kedua orang tuanya. Tatkala masih kecil ia disayang-sayang, dirawat dibesarkan, dibahagiakan oleh kedua orang tuanya. Ketika putri kecil itu sakit maka orang tua langsung panik dan berusaha mencarikan dokter yang terbaik.

Ketika nyawanya terancam mungkin orang tua seandainya bisa memberikan nyawanya akan ia korbankan nyawanya itu untuk putrinya asalkan putrinya tetap bisa hidup. Setiap kali sang ayah berangkat kerja dikecuplah kening putri mungilnya itu, demikian juga tatkala pulang dari kerja dikecup lagi kening putri kecil itu.

Ketika putri ini sudah tumbuh dewasa dan tiba waktunya untuk menikah orang tua harus menyerahkan putri ini kepada orang lain.

Kira-kira putri yang sangat mahal ini mungkinkah akan diserahkan kepada seseorang yang akan menyakitinya, menelantarkan nya, menganiayanya?

Tidak, sekali kali tidak, orang tua pasti akan menyerahkan putrinya ke pada seseorang yang dia yakini bisa melindungi, menyayangi dan mengayomi putrinya. Dan orang yang dipercayai untuk hal itu adalah Anda wahai para suami. Maka jagalah amanah ini.

Demikian juga wahai para istri Suamimu adalah harta yang sangat mahal yang dimiliki oleh kedua orang tuanya. Ketika dia masih kecil la disayang sayang dirawat, dijaga dengan baik oleh kedua orang tuanya.

Ketika dia sakit maka orang segera mencarikan obat dan mengupayakan kesembuhannya. Dirawat dan dididiklah buah hati tersebut dengan sepenuh hati dan jiwa agar kelak menjadi laki-laki shalih.

Ketika putra ini sudah tumbuh dewasa dan tiba waktunya untuk menikah, orang tua harus menyerahkan putra ini kepada orang lain.

Kira-kira putra yang sangat dicintainya ini, mungkinkah akan diserahkan kepada seseorang yang akan menyakitinya, menelantarkannya, menganiayanya? Tidak, sekali-kali tidak. Orang tua pasti akan menyerahkan putranya kepada wanita yang dia yakini bisa menyayangi dan membahagiakan putranya. Dan orang yang dipercayai untuk hal itu adalah Anda wahai para istri. Maka jagalah amanah ini.

Pasangan Kita Bukanlah Manusia Sempurna

Wahai para suami istrimu bukanlah wanita yang sempurna, ia memiliki kekurangan di sana-sini dan bisa jadi di luar sana ada wanita lain yang lebih indah di matamu dan lebih memikat hatimu.

Wahai para istri! Suamimu juga bukan laki-laki yang sempurna, dia punya aib dan cacat tentunya, dan bisa jadi di luar sana ada laki-laki yang tampak lebih menawan.

Tapi setidaknya ada tiga hal yang perlu diingat:

Wanita lain atau pria lain tampak indah itu karena tidak tampak olehmu cacat dan aibnya, sementara pasanganmu setiap hari hidup bersamamu sehingga tampak semua kekurangannya. Bisa jadi wanita lain atau laki-laki lain yang memikat hatimu itu aibnya lebih banyak tapi engkau tidak mengetahuinya

Jika pasanganmu memiliki cacat memiliki aib, ketahuilah bahwa engkau pun sama, banyak cacat dan aib. Engkau suka jika aibmu di maklumi dan dimaafkan demikian juga pasanganmu akan senang jika kekurangannya dimaafkan.

Bagaimanapun juga pasanganmu memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Wahai suami, istrimu adalah ibu terbaik bagi anak-anakmu, posisinya di hati anak-anakmu tidak bisa digantikan oleh wanita lain. Demikian juga anda wahai istri, Suamimu adalah bapak terbaik untuk anak-anak mu, posisinya di hati anakmu tidak bisa digantikan oleh laki-laki lain.

Maka dari itu tundukkan pandanganmu dari wanita lain tundukkan pandanganmu dari laki-laki lain. Ridhoilah, syukurilah pasangan hidup yang telah Allah anugerahkan kepada mu. Banyak banyaklah melihat sisi-sisi kebaikan dari pasangan mu dan ber sabarlah atas hal-hal yang tidak engkau sukai darinya. Bisa jadi di balik sesuatu yang tidak kamu sukai ada kebaikan yang banyak.

Allah berfirman yang artinya:

“Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya. (QS.an-Nisaa:19)

Memahami Bahwa Kita dan Pasangan Kita Adalah Dua Makhluk Berbeda

lya, kita dan pasangan kita adalah dua makhluk yang banyak berbeda. Suami adalah laki-laki dengan sifat kelaki-lakiannya sementara istri adalah wanita dengan sifat kewanitaannya. Laki-laki tidaklah sama dengan wanita.

Allah berfirman:
“Dan laki laki tidaklah sama dengan perempuan. (QS. Ali Imran:35)

Kita berasal dari dua keluarga yang berbeda, mungkin juga dari dua lingkungan yang berbeda. Dengan latar belakang pendidikan yang berbeda, cita cita dan impian yang berbeda, hobi dan selera hidup yang berbeda-beda, atau mungkin kita dari dua suku dan ras yang berbeda, sementara masing masing suku dan ras memiliki kultur, budaya dan adat istiadat yang berbeda pula.

Maka seandainya dalam rumah tangga ada hal-hal yang berbeda antara kita dan pasangan kita dalam meng hadapi masalah itu merupakan suatu hal yang sangatlah wajar. Mungkin kita menyenangi makanan pedas sementara pasangan kita tidak menyukai, mungkin kita menyukai kipas angin tapi pasangan kita justru akan masuk angin jika kita menyalakan kipas angin. kita menyukai minuman yang manis sementara pasangan kita menderita penyakit gula,

Tidak wajar jika perbedaan yang wajar seperti ini kita sikapi keras sehingga memicu kita untuk berpisah dari pasangan kita.

Selama perbedaan yang ada bukanlah sesuatu yang menyentuh prinsip agama yang pokok maka tidak perlu menjadi alasan untuk menyudahi ikatan yang mulia ini.

Tugas kita bukanlah mempertajam perbedaan tapi berusaha merangkai unsur unsur yang berbeda menjadi bangunan yang indah dan kokoh. Sebagaimana perbedaan sifat yang ada pada besi, semen, pasir, batu jika dirangkai akan menjadi bangunan yang kokoh lagi in dah. Demikianlah, semoga Allah menjaga dan melindungi rumah tangga kaum muslimin dari berbagai keburukan.

Disusun oleh: Ustadz Hafid al-Mustofa, Lc

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *